AkzoNobel

Perusahaan multinasional produk cat dan kimia asal Belanda

Akzo Nobel N.V., berbisnis dengan nama AkzoNobel, adalah sebuah perusahaan multinasional asal Belanda yang memproduksi cat dan pelapis performa untuk keperluan ritel dan industri di seluruh dunia. Berkantor pusat di Amsterdam, perusahaan ini eksis di lebih dari 80 negara dan mempekerjakan lebih dari 32.000 orang.[2]

Akzo Nobel N.V.
Naamloze Vennootschap
Kode emitenTemplat:EuronextAmsterdam
Komponen AEX
IndustriBahan kimia
Didirikan1994; 30 tahun lalu (1994)
Kantor
pusat
Amsterdam, Belanda
Wilayah operasi
Seluruh dunia
Tokoh
kunci
Thierry Vanlancker (CEO)
Nils Smedegaard Andersen (Chairman dewan pengawas)
Produk
MerekDulux
Pendapatan8,53 milyar (2020)[1]
€963 million (2020)[1]
€630 juta (2020)[1]
Total aset€13,17 milyar (2020)[1]
Total ekuitas€5,95 milyar (2020)[1]
Karyawan
32.200 (2020)[1]
Situs webwww.akzonobel.com

Sejarah

AkzoNobel memiliki sejarah penggabungan dan akuisisi yang cukup panjang. Perusahaan ini memulai sejarahnya pada abad ke-17.[3] Tonggak sejarah penting perusahaan ini meliputi pembentukan AKZO pada tahun 1969, penggabungan dengan Nobel Industries pada tahun 1994 untuk membentuk Akzo Nobel, divestasi bisnis farmasi, serta penggabungan dengan ICI pada tahun 2007/2008 untuk membentuk AkzoNobel.

Akzo

Akzo dibentuk pada tahun 1969 sebagai hasil penggabungan antara Algemene Kunstzijde Unie (AKU) dan Koninklijke Zout Organon (KZO).[4]

AKU dibentuk pada tahun 1929 melalui penggabungan antara Vereinigte Glanzstoff Fabrike (didirikan pada tahun 1899) dan Nederlandse Kunstzijdefabriek (ENKA, didirikan pada tahun 1911). Sebelum bergabung, ENKA mengalami sejumlah masalah, antara lain masalah teknis dalam memproduksi serat sintetis. Pendiri ENKA, Jacques Coenraad Hartogs, pun meminta solusi kepada Rento Hofstede Crull. Keduanya kemudian membentuk NV I.S.E.M., yang kesuksesan dan labanya memungkinkan ENKA untuk melakukan sejumlah akuisisi dan penggabungan. ENKA kemudian digabung ke dalam AKU pada tahun 1938.[5]

Sementara KZO dibentuk melalui penggabungan antara Koninklijke Zout Ketjen dan Koninklijke Zwanenberg Organon pada tahun 1967. Koninklijke Zout Ketjen sendiri merupakan hasil penggabungan antara Koninklijke Nederlandse Zoutindustrie (KNZ) dan Ketjen. KNZ dibentuk pada tahun 1918 oleh Ko Vis sebagai sebuah produsen garam, yang hingga saat ini masih memainkan peran penting dalam aktivitas bisnis AkzoNobel.[4] Sedangkan Koninklijke Zwanenberg Organon dibentuk melalui penggabungan antara Zwanenberg's Fabrieken (didirikan pada tahun 1887), sebuah eksportir daging asal Oss, dan Organon, sebuah perusahaan farmasi yang didirikan oleh Saal van Zwanenberg di Oss.

Setelah AKU dan KZO bergabung, Akzo melakukan sejumlah akuisisi penting, antara lain terhadap Armour and Company pada tahun 1970,[6] Levis Paints pada tahun 1985, dan divisi bahan kimia khusus dari Stauffer pada tahun 1987. Akzo juga mendivestasi bisnis rekayasa plastik poliamida dan poliesternya ke DSM pada tahun 1992. Pada tahun 1993, Akzo membentuk sebuah perusahaan patungan dengan Harrisons Chemicals (UK) Ltd, anak usaha Harrisons & Crosfield.

Nobel

Pada tahun 1646, produsen senjata asal Swedia, Bofors didirikan di Karlskoga. Pada tahun 1893, mayoritas saham Bofors resmi dipegang oleh Alfred Nobel. Pada tahun 1984, Bofors mengakuisisi KemaNobel yang merupakan hasil penggabungan antara bisnis bahan kimia dari Liljeholmens Stearinfabrik (didirikan pada tahun 1841), Barnängen Tekniska Fabrik AB (1868), dan Casco (1928) pada tahun 1970.[butuh rujukan]

Pada akhir dekade 1970-an dan awal dekade 1980-an, perusahaan ini kembali melakukan sejumlah akuisisi. Pada tahun 1978, KemaNord mengakuisisi produsen bahan kimia peledak sipil asal Swedia, Nitro Nobel dan Liljeholmens Stearinfabrik. Pada tahun 1981, perusahaan ini mengakuisisi produsen elektronik asal Swedia, Pharos milik AGA. Setahun kemudian, perusahaan ini juga mengakuisisi produsen cat, Nordsjö. Pada tahun 1983, perusahaan ini mengkonsolidasikan bisnis sistem makanan dari KenoGard dan Kema Nobel untuk membentuk Probel, yang kemudian diubah namanya menjadi Nobel Biotech. Pada tahun 1984, Bofors mengakuisisi mayoritas saham KemaNobel, yang juga memiliki hubungan sejarah dengan Alfred Nobel, pencipta dinamit yang memungkinkan peledakan nitrogliserin secara aman. Pada tahun 1985, Bofors telah mengintegrasikan KemaNobel ke dalam organisasinya, dan mengubah namanya menjadi Nobel Industries.[butuh rujukan]

Pada tahun 1986, perusahaan ini mendivestasi bisnis bahan peledak sipilnya, yakni Nitro Nobel, serta mengakuisisi produsen kertas dan pulp, Eka AB. Pada tahun 1988, perusahaan ini mengakuisisi Berol Kemi milik Procordia.[butuh rujukan]

Pada tahun 1986, perusahaan ini mengakuisisi Elektrokemiska Aktiebolaget (Eka), yang juga didirikan oleh Alfred Nobel pada tahun 1895. Eka sebelumnya mengakuisisi perusahaan kehutanan asal Swedia, Iggesunds Bruk AB pada tahun 1951. Pada akhir dekade 1980-an, anak usaha dari perusahaan ini melakukan sejumlah akuisisi. Casco Nobel mengakuisisi Sadolin & Holmblad pada tahun 1987, bisnis perekat dan senyawa gabungan dari Parteks pada tahun 1988, dan produsen cat asal Inggris, Crown Berger pada tahun 1990. Pada tahun 1990, Pharos mengakuisisi produsen elektronik asal Amerika, Spectra-Physics. Pada pertengahan dekade 1990-an, perusahaan ini mulai mendivestasi bisnis non-intinya. KVK Agro Chemicals dijual ke Sandoz pada tahun 1991, Nobel Consumer Goods (yang utamanya terdiri dari Barnängen Tekniska Fabrik, Liljeholms, Sterisol, dan Vademecum) dijual ke Henkel asal Jerman, serta NobelTech (bisnis elektronik dari perusahaan ini) dijual ke Celsius Industries.[butuh rujukan]

Penggabungan

Pada tahun 1994, Akzo dan Nobel Industries setuju untuk bergabung dan membentuk Akzo Nobel. Perusahaan ini kemudian mendivestasi Nobel Chemicals, Nobel Biotech, dan Spectra-Physics. Pada tahun 1995, bisnis resin PET dijual ke Wellman, Inc.. Pada tahun 1996, bisnis perlindungan tanaman dijual ke Nufarm. Pada tahun 1998, perusahaan ini mengakuisisi produsen pelapis industrial dan serat sintetis, Courtaulds. Perusahaan ini kemudian mendivestasi bisnis pelapis industrial milik Courtaulds dan Daejen Fine Chemicals. Courtaulds kemudian digabung dengan Akzo Nobel Fibres untuk membentuk Acordis, yang pada bulan Desember 1999 didivestasi ke CVC Capital Partners. Pada tahun 1999, perusahaan ini mengakuisisi bisnis farmasi dari Kanebo, perusahaan farmasi asal Italia, Farmaceutici Gellini, Nuova ICC, dan Hoechst Roussel Vet.

Pada awal dekade 2000-an, perusahaan ini kembali melakukan sejumlah divestasi. Pada tahun 2000, perusahaan ini menjual bisnis VCM dan PVC milik Rovin ke Shin-Etsu Chemical. Perusahaan ini kemudian mendivestasi bisnis monomer optis ADC-nya ke Great Lakes Chemical pada tahun 2001, bisnis tinta percetakannya pada tahun 2002, bisnis katalisnya ke Albemarle Corp. pada tahun 2004, bisnis tinta dan resin perekatnya ke Hexion pada tahun 2005, bisnis resin UV/EB-nya ke Cray Valley pada tahun 2006, dan Akcros Chemicals ke GIL Investments pada tahun 2007. Pada tahun 2006, perusahaan ini mengakuisisi produsen pelapis dekoratif dan industrial asal Kanada, SICO Inc.. Setahun kemudian, perusahaan ini juga mengakuisisi produsen pelapis industrial asal Kanada, Chemcraft International, Inc.

Pada tahun 2007, Organon International dijual ke Schering-Plough dengan harga €11 milyar dan AkzoNobel resmi keluar dari bursa saham NASDAQ. Pada tahun 2008, Crown Paints dijual ke para manajemennya.[7]

Pada bulan Desember 2012, AkzoNobel setuju untuk menjual bisnis pelapis arsitekturalnya di Amerika Utara ke PPG Industries dengan harga $1,1 milyar[8]

Akuisisi ICI

Pada tahun 2008, AkzoNobel mengakuisisi Imperial Chemical Industries (ICI) asal Britania Raya dengan harga $15,8 milyar.[9]

ICI merupakan hasil penggabungan antara British Dyestuffs Corporation, Brunner, Mond & Company, Nobel Explosives, dan United Alkali Company[10] pada tahun 1926. Setahun kemudian, ICI telah mempekerjakan lebih dari 33.000 orang, dengan lima produk utama, yakni produk alkali, bahan peledak, logam, bahan kimia umum, dan bahan pewarna. Pada tahun 1933, perusahaan ini "menemukan" polietilen, yang kemudian dipatenkan dan dijual sebagai bahan insulasi. Pada tahun 1986, perusahaan ini membeli divisi bahan kimia dari Beatrice dan Glidden Paint.

Pada tahun 1993, ICI memisahkan bisnis biosainsnya menjadi sebuah perusahaan tersendiri dengan nama Zeneca, yang kemudian bergabung dengan Astra AB untuk membentuk AstraZeneca.

Pada tahun 1997, ICI mengakuisisi National Starch, Quest, Uniqema, dan Crosfield milik Unilever. Perusahaan ini kemudian mendivestasi bisnis komoditas curah dan bahan khususnya sebagai Crossfield (1998), Uniqema (2006), dan Quest (2006).

Pada bulan April 2008, Henkel mengakuisisi bisnis perekat milik National Starch.[11] Pada bulan Juni 2010, AkzoNobel mendivestasi bisnis pati milik National Starch ke Corn Products International.

Upaya akuisisi oleh PPG Industries

Pada bulan Maret 2017, PPG Industries meluncurkan tawaran pembelian sebesar €20,9 milyar untuk perusahaan ini. Tawaran tersebut kemudian ditolak oleh AkzoNobel.[12] Beberapa hari kemudian, PPG kembali meluncurkan tawaran pembelian sebesar €24,5 milyar ($26,3 milyar), namun juga ditolak oleh AkzoNobel.[13] Sejumlah pemegang saham pun mendesak perusahaan ini untuk mengeksplorasi tawaran tersebut.[14][15] Pada bulan April 2017, investor aktivis, Elliot Investors meminta Chairman Antony Burgmans diberhentikan karena Akzo menolak untuk berdiskusi dengan PPG. Elliott, yang memegang 3,25% saham perusahaan ini, mengklaim bahwa mereka merupakan salah satu dari sekelompok investor yang memegang 10% saham perusahaan ini, sehingga dapat meminta rapat umum pemegang saham luar biasa diadakan untuk memutuskan pemberhentian Burgmans.[16] Pada tanggal 13 April 2017, Templeton Global Equity menyatakan bahwa mereka merupakan salah satu dari sekelompok investor yang meminta rapat umum pemegang saham luar biasa diadakan untuk mendiskusikan kelanjutan Burgmans sebagai chairman.[17] Pada bulan yang sama, Akzo mengungkapkan rencananya untuk memisahkan divisi bahan kimianya dan membayar deviden tambahan sebesar €1,6 milyar untuk menghalangi pembelian oleh PPG.[18][19] Strategi Akzo tersebut pun diremehkan oleh PPG, yang mengklaim bahwa tawarannya memberikan nilai yang lebih baik bagi para pemegang saham Akzo,[20][21] dengan didukung oleh investor aktivis, Elliot Advisors.[22]

Referensi

Pranala luar

52°20′24″N 4°52′16″E / 52.34000°N 4.87111°E / 52.34000; 4.87111