Zakir Naik

Da'i, Pakar Ilmu Agama Islam

Zakir Abdul Karim Naik (Hindi: ज़ाकिर अब्दुल करीम नायक) (lahir: 18 Oktober 1965) adalah seorang da'i atau penceramah agama Islam dari India yang berfokus pada Ilmu Perbandingan Agama.

Zakir Naik
ذاکِر نائيک
ज़किर नाइक
Zakir Naik di Maladewa pada tahun 2010
LahirZakir Abdul Karim Naik
18 Oktober 1965 (umur 58)
India Mumbai, Maharashtra, India
PendidikanIlmu Perbandingan Agama (Comparative Religion Studies) dan Sarjana Kedokteran dan Bedah
Almamater
  • Kishinchand Chellaram College,
  • Topiwala National Medical College & BYL Nair Charitable Hospital,
  • Universitas Mumbai
PekerjaanKetua Yayasan Penelitian Islam (Islamic Research Foundation IRF), Pembicara umum, Da'i
Tahun aktif1991–sekarang
Dikenal atasDakwah,
Pendiri Peace TV,
Pembicara umum Islam internasional
Anggota dewanYayasan Penelitian Islam (Islamic Research Foundation) IRF[1],
Akademi Penelitian dan Pendidikan Islam (Islamic Education and Research Academy) (iERA)[2][3],
Sekolah Islam Internasional (Islamic International School),
dan Persatuan Palang Merah Islam (United Islamic Aid)[4]
AnakFariq Naik, Rusyda Naik
PenghargaanPenghargaan Internasional Raja Faisal untuk Pelayanan Islam (2015)
Situs webwww.irf.net
www.peacetv.tv
Facebook: zakirnaik Youtube: UC3YmP7nqf514I1zh1eVbzrA Youtube: Drzakirchannel Edit nilai pada Wikidata

Zakir pada saat ini merupakan buronan dari otoritas India atas dakwaan pendanaan terrorisme, ujaran kebencian, menghasut permusuhan publik, dan pencucian uang.[5][6][7] Zakir kabur dari India pada tahun 2016,[8] dan menetap di Malaysia. Namun semenjak tahun 2019, Zakir dilarang untuk berbicara di publik dikarenakan kontroversi perkataan-perkataannya yang berisi hasutan kebencian dan menimbulkan perpecahan di Malaysia.[9][10]

Atas dasar hukum ujaran kebencian, Peace TV yang didirikan oleh Zakir Naik dilarang penyiarannya di India, Bangladesh, Kanada, Sri Lanka, and Inggris.[11][12][13]

Biografi

Zakir Naik lahir pada tanggal 18 Oktober 1965 di Mumbai, India dan merupakan keturunan Suku Konkani. Ia bersekolah di St. Peter's High School di Mumbai. Kemudian bergabung dengan Kishinchand Chellaram College dan mempelajari kesehatan di Rumah Sakit Nasional Topiwala dan Rumah Sakit Nair di Mumbai. Ia kemudian menerima gelar MBBS-nya di Universitas Mumbai. Tahun 1991 ia berhenti bekerja sebagai dokter medis dan beralih dibidang Dakwah Islam.[14]

Zakir Naik mengatakan ia terinspirasi oleh Ahmed Deedat yang telah aktif dibidang dakwah selama lebih dari 40 tahun. Menurut Zakir Naik, tujuannya adalah berkonsentrasi pada remaja Muslim berpendidikan yang mulai meragukan agamanya sendiri dan merasa agamanya telah kuno, selain itu untuk menghilangkan kesalahpahaman tentang Islam.[15]

Thomas Blom Hansen, seorang sosiolog yang memegang posisi akademik diberbagai universitas, telah menulis bahwa Zakir Naik mengabadikan Al-Qur'an dan Hadits dalam berbagai bahasa dan berpergian ke berbagai negara untuk membicarakan Islam bersama para teolog, telah menjadikannya sangat terkenal di lingkungan Muslim dan Non Muslim.

Meskipun ia biasa berbicara kepada ratusan hadirin dan kadang ribuan hadirin, justru rekaman video dan DVD ceramahnya yang banyak didistribusikan. Perkataannya biasa direkam dalam bahasa Inggris, untuk disiarkan pada akhir pekan di sejumlah Jaringan Televisi di lingkungan Muslim Mumbai dan di saluran Peace TV. Topik yang ia bicarakan mencakup: Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern, Islam dan Kristen, dan Islam dan Sekularisme.[16][17]

Ceramah, debat dan kontroversi

Naik telah mengadakan banyak debat dan ceramah di seluruh dunia,[1] ia biasa mengadakannya di Mumbai, India, dan setiap tahun sejak 2007 ia memimpin Konferensi Damai 10 hari di Somaiya Ground, Sion, Mumbai dengan cendekiawan lainnya, termasuk politikus Malaysia, Anwar Ibrahim pada 2008.[18]

Tahun 2004, Naik mengunjungi Selandia Baru[19]dan kemudian ibu kota Australia atas undangan Islamic Information and Services Network of Australasia. Dalam konferensinya di Melbourne, menurut jurnalis Sushi Das, "Naik memuji superioritas moral dan spiritual Islam dan mencerca kepercayaan lain dan bangsa Barat secara umum", menambahkan bahwa kata-kata Naik "mendorong jiwa keterpisahan dan memperkuat pemisahan".[20]

Bulan 1 April 2005, Naik terlibat dalam debat dengan William Campbell, topiknya ialah Islam dan Kristen dalam konteks ilmu pengetahuan, di mana keduanya membicarakan dugaan kesalahan ilmiah di dalam kitab suci.[21]

Khushwant Singh, seorang jurnalis India, mengatakan bahwa kata-kata Naik "kejam" dan "mereka jarang masuk debat tingkat sarjana perguruan tinggi, di mana kontestan bersaing dengan yang lainnya untuk memperoleh nilai terbaik".[22][23]

Analis politik Khaled Ahmed menganggap bahwa Zakir Naik, menurut klaim superioritas Islam terhadap keyakinan religius lain, mempraktikkan apa yang ia sebut Orientalisme mundur.[24]Dalam sebuah ceramah di Melbourne University, Naik mengatakan bahwa hanya Islam yang memberikan wanita kesamaan sejati.[25]Ia menyatakan pentingnya penutup kepala dengan menganggap bahwa "pakaian Barat yang terbuka" membuat wanita lebih mungkin mengalami pelecehan seksual.[26]

Tanggal 21 Januari 2006, Naik mengadakan sebuah dialog antaragama dengan Sri Sri Ravi Shankar. Acara ini mengenai konsep Tuhan dalam Islam dan Hinduisme, tujuannya ialah memberikan kesepahaman antara dua agama besar India, dan mengeluarkan kesamaan antara Islam dan Hinduisme, seperti bagaimana berhala dilarang. Diadakan di Bangalore, India dengan 50.000 orang memadati Palace Grounds.[27]

Bulan August 2006, kunjungan dan konferensi Naik di Cardiff (Britania Raya) menjadi objek kontroversi ketika MP (anggota parlemen) Wales David Davies meminta acaranya dibatalkan. Ia menyebutnya seorang 'penjual kebencian', dan mengatakan pandangannya tidak pantas memperoleh 'platform publik'; Muslim dari Cardiff, mempertahankan hak berbicara Naik di kota mereka. Saleem Kidwai, Sekretaris Jenderal Muslim Council of Wales, tidak setuju dengan Davies, menyatakan bahwa "orang-orang yang mengenalnya (Naik) tahu bahwa ia adalah salah satu orang paling tidak kontroversial yang pernah ada. Ia berbicara tentang kesamaan antar agama, dan bagaimana kita harus hidup selaras dengan mereka", dan mengundang Davies untuk membicarakan lebih jauh dengan Naik secara pribadi di konferensi ini. Konferensi tetap berjalan, setelah dewan Cardiff mengatakan bahwa mereka senang apabila ia tidak berceramah dengan pandangan ekstremis.[28][29]

Setelah sebuah ceramah oleh Paus Benediktus XVI bulan September 2006, Naik menantang debat publik langsung dengannya, tetapi ditolak oleh Sri Paus.[30]

Bulan November 2007, IRF mengadakan konferensi dan pameran Islam internasional 10 hari bertemakan Konferensi Damai di Somaiya Ground di Mumbai. Ceramah tentang Islam dilaksanakan Naik juga dua puluh cendekiawan Islam lainnya dari seluruh dunia.[31]

Selama salah satu ceramahnya, Naik memprovokasi kemarahan di antara anggota komunitas Syiah di konferensi itu ketika ia menyebutkan kata-kata "Radhiyallah taa'la anhu" (berarti 'Semoga Allah mengampuninya') setelah menyebut nama Yazid I dan menyebutkan bahwa Pertempuran Karbala hanya berdasarkan politik.[32] Lainnya mempercayai komentar ini disengaja.[33]

Referensi

Pranala luar