Susan Wojcicki
Susan Diane Wojcicki (lahir 5 Juli 1968) adalah seorang eksekutif teknologi asal Amerika Serikat yang menjabat sebagai CEO YouTube dari Februari 2014 hingga 2023. Dia berasal dari Los Altos, California, dan memiliki kekayaan bersih $765 juta pada tahun 2022.[2]
Susan Wojcicki | |
---|---|
Lahir | Susan Diane Wojcicki 5 Juli 1968[1] Santa Clara County, California, Amerika Serikat |
Warga negara | Amerika Polandia |
Almamater | Universitas Harvard (S.Sn.) Universitas California, Santa Cruz (M.Si.) Sekolah Manajemen Anderson UCLA (M.A.B.) |
Suami/istri | Dennis Troper (m. 1998) |
Anak | 5 |
Orang tua | Stanley Wojcicki Esther Wojcicki |
Kerabat | Anne Wojcicki (adik) Janet Wojcicki (saudara perempuan) Sergey Brin (ipar laki-laki, 2007–2015) |
Tanda tangan | |
Riwayat Pendidikan
Susan Wojcicki dibesarkan di kampus Stanford dengan. Dia bersekolah di Gunn High School di Palo Alto, California, dan menulis untuk koran sekolah. Seorang mahasiswa humaniora di perguruan tinggi, ia mengambil kelas ilmu komputer pertamanya sebagai senior. Susan Wojcicki belajar sejarah dan sastra di Harvard University dan lulus dengan predikat pada tahun 1990. Dia juga menerima Master of Science di bidang ekonomi dari University of California, Santa Cruz pada tahun 1993 dan gelar Master of Business Administration dari UCLA Anderson School of Management pada tahun 1998.[3]
Karier
Susan Wojcicki juga sebagai karyawan ke-16 Google, yang dipekerjakan pada tahun 1999, dia memulai sebagai manajer pemasaran pertama perusahaan pencarian dan kemudian memimpin semua pemasaran dan perdagangan. Selain itu, Susan turut andil dalam proses pengakusisian Youtube oleh Google pada 2007 silam. Sejak 2014, perempuan kelahiran California ini dipercaya memimpin layanan streaming video terbesar di dunia dan dia semakin fokus untuk menjaga konten dan tipuan yang mengganggu dari situs web. Kesibukannya sebagai CEO YouTube, dia masih sempat mengurusi lima orang anaknya. Ia pun menjadi salah satu inisiator dibuatnya Google Doodles.
Kontroversi
Selama Wojcicki menjabat sebagai CEO, YouTube telah memperketat kebijakannya pada video yang dianggap berpotensi melanggar kebijakan sepeti ujaran "kebencian" dan "ekstremisme".[4][5] Kebijakan itu dikritik oleh pembuat konten (content creator) dan analis sebagai penyensoran.[6][7]