Orang Chamorro

kelompok etnik

Orang Chamorro (/ɑːˈmɔːr, ə-/;[4][5] atau Chamoru) adalah penduduk asli Kepulauan Mariana, yang secara politik terbagi antara wilayah Guam dan Persemakmuran Kepulauan Mariana Utara di Mikronesia, yang keduanya adalah wilayah seberang laut Amerika Serikat. Saat ini, populasi suku Chamorro yang signifikan juga terdapat di beberapa negara bagian AS seperti Hawaii, California, Washington, Texas, Tennessee, Oregon dan Nevada, di mana mereka dikategorikan sebagai Penduduk Pasifik menurut Sensus AS. Menurut Sensus 2000, sekitar 65.000 orang keturunan Chamorro tinggal di Guam dan 19.000 lainnya tinggal di Mariana Utara.[6] 93.000 lainnya tinggal di luar Mariana di Hawaii dan Pesisir Barat Amerika Serikat. Suku Chamorro merupakan suku Austronesia, dengan beberapa di antaranya memiliki darah Eropa (terutama Spanyol) dan Asia (terutama Filipina).

Orang Chamorro
Orang Chamorro (1915)
Jumlah populasi
147.798 (2010)[1]
Daerah dengan populasi signifikan
 Amerika Serikat
 Guam59.381 (2010)[2]
 Kepulauan Mariana Utara12.902 (2010)[3]
Bahasa
Chamorro
Inggris
Agama
Sebagian besar Katolik Roma
Kelompok etnik terkait
Suku Austronesia lainnya

Penduduk asli Guam, yang secara etnis disebut Chamorro, merupakan keturunan Austronesia dan mungkin juga memiliki nenek moyang lain, seperti Spanyol, Filipina, dan Jepang. Suku Chamorro dan suku Mikronesia lainnya meliputi sekitar setengah populasi Guam sekarang.

Etimologi

Masyarakat pra-kolonial di Mariana menerapkan sistem kasta, di mana Chamori merupakan kasta yang tertinggi.[7]

Setelah Spanyol mencaplok dan menjajah Mariana, sistem kasta akhirnya punah di bawah kekuasaan Spanyol, dan semua penduduk asli kepulauan itu akhirnya disebut dengan eksonim Spanyol Chamorro. Nama CHamoru adalah endonim yang berasal dari ortografi asli eksonim Spanyol. Digraf ch dianggap sebagai satu huruf, sehingga kedua karakter tersebut dikapitalisasi di awal kalimat atau kata benda, seperti ij dalam bahasa Belanda.

Selain merujuk pada penduduk pribumi, istilah "Chamorro" dalam bahasa Spanyol juga bisa berarti "kaki babi", "[gandum] tanpa bulu", "botak", "dipangkas", atau "[rambut] dicukur dekat dengan permukaan".[8][9][10] Sekitar tahun 1670, seorang misionaris Katolik melaporkan bahwa pria asli Guam mencukur seluruh rambut mereka, kecuali rambut "sepanjang jari" di bagian ubun-ubun. Gaya rambut ini sering muncul dalam penggambaran Chamorro di zaman modern. Namun, deskripsi orang Eropa pertama tentang penampilan fisik orang Chamorro pada tahun 1520-an dan 30-an melaporkan bahwa kedua jenis kelamin memiliki rambut hitam yang memanjang sampai ke pinggang atau bahkan lebih jauh. Deskripsi lain, diberikan sekitar 50 tahun kemudian, melaporkan bahwa penduduk asli pada waktu itu mengikat rambut mereka menjadi satu atau dua jambul.[11]

Lembaga Suku Chamorro di Guam mengadvokasi ejaan CHamoru, sebagaimana tercermin dalam hukum publik Guam tahun 2017 33-236.[12] Pada tahun 2018, Komisi Bahasa CHamoru dan Pengajaran Sejarah dan Budaya Masyarakat Adat Guam mengumumkan ejaan CHamoru sebagai ejaan standar yang merujuk pada bahasa tersebut karena lebih disukai oleh orang-orang dibandingkan dengan ejaan lama Chamorro.[13]

Bahasa

Penyambutan Galiung Manila oleh suku Chamorro di Kepulauan Ladrones, ca. 1590 Kodeks Boxer

Bahasa Chamorro termasuk dalam cabang Melayu-Polinesia dari rumpun bahasa Austronesia. Karena Guam dijajah oleh Spanyol selama lebih dari 300 tahun, bahasa Chamorro memiliki banyak kata pinjaman dari bahasa Spanyol. Contohnya adalah bagaimana sistem angka Chamorro tradisional digantikan oleh angka Spanyol.[14]

Bahasa Chamorro sering digunakan di dalam rumah, tetapi jarang dipakai di luar rumah. Namun, kini terdapat keinginan untuk menghidupkan kembali bahasa tersebut, dan semua sekolah negeri di Guam dan Mariana Utara dikenai kewajiban oleh undang-undang untuk mengajarkan bahasa Chamorro sebagai bagian dari kurikulum pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.

Ungkapan bahasa Chamorro yang paling terkenal adalah håfa adai, sebuah sapaan yang setara dengan "halo" dalam bahasa Indonesia.

Orang Chamorro awal

Rekonstruksi penggunaan struktur batu latte

Orang Chamorro diyakini datang ke Kepulauan Mariana dari Asia Tenggara pada tahun 2.000 SM. Mereka berkerabat dekat dengan orang Austronesia di Filipina, Indonesia (khususnya Maluku dan Sulawesi), penduduk asli Taiwan, serta penduduk Kepulauan Caroline di selatan (terutama pulau-pulau terluar Negara bagian Yap di Federasi Mikronesia). Mereka adalah pelaut andal dan pengrajin terampil yang ahli dalam membuat tenunan yang rumit dan tembikar yang detail. Batu latte, tiang batu megalitik dengan batu penjuru hemisferik di atasnya, digunakan oleh suku Chamorro sebagai fondasi bangunan dan kini menjadi simbol nasional.

Masyarakat Chamorro mengadopsi sistem keluarga avunkulat matrilineal, di mana paman dari keluarga ibu memainkan peran ayah yang lebih dominan daripada ayah kandung seorang anak.[15][16]

Pertanian

Catatan kolonial Spanyol menunjukkan bahwa petani Chamorro menanam benih sesuai dengan fase bulan. Misalnya, petani di Guam sering menanam tanaman umbi-umbian seperti ubi jalar dan talas saat bulan purnama selama air laut surut.[17]

Budaya

Kosmogoni dan agama

Suku Chamorro sedang menjala ikan, 1819

Menurut legenda Chamorro, dunia diciptakan oleh saudara kembar, Puntan dan Fu'uña.[18] Saat ia terbaring sekarat, Puntan memerintahkan adiknya Fu'uña untuk menjadikan tubuhnya sebagai bahan alam semesta. Fu'uña menggunakan kedua mata saudaranya untuk menciptakan matahari dan bulan, alisnya untuk membuat pelangi, dan bagian tubuh lainnya menjadi berbagai fitur alam di Bumi. Setelah pekerjaannya selesai, dia turun di sebuah pulau bernama Guåhan (Guam), dan mengubah dirinya menjadi batu raksasa. Batu ini terbelah, dan dari situlah muncul semua manusia. Beberapa percaya bahwa batu ini pernah terletak di bawah sebuah gereja di Agat, sementara yang lain percaya bahwa batu itu adalah Laso de Fua yang terletak di Teluk Fouha di Umatac.

Suku Chamorro terlibat dalam pemujaan leluhur, tetapi tidak mempraktikkan "agama" formal dalam arti menyembah dewa. Namun, setidaknya ada satu catatan oleh Christoph Carl Fernberger pada tahun 1623, bahwa ritual pengorbanan manusia dilakukan untuk menenangkan "ikan besar". Klaim ini mungkin terkait dengan legenda Chamorro tentang mengapa pulau Guam menyempit di bagian tengahnya. Menurut legenda, seekor ikan raksasa secara bertahap menggerogoti pulau dari kedua sisi. Meskipun suku Chamorro kuno konon memiliki kemampuan magis, makhluk besar itu tidak takut pada mereka. Ketika para pria tidak berhasil memburunya, para wanita menggunakan rambut mereka untuk menenun jaring, yang tumbuh lebih besar saat mereka bernyanyi. Nyanyian itu membuat ikan terpesona, hingga membuatnya terjebak ke dalam jaring raksasa.[19]

Kasta dan kelas

Lukisan yang menunjukkan perbedaan kasta suku Chamorro, 1819

Masyarakat Chamorro terbagi menjadi dua kasta utama, dan terus begitu selama lebih dari satu abad setelah penjajah tiba. Menurut catatan sejarah yang ditulis oleh orang Eropa seperti Pastor Charles Le Gobien, tampaknya ada perbedaan ras antara kasta rendah Manachang dengan kasta Chamori yang lebih berkuasa, Manachang digambarkan lebih pendek, berkulit lebih gelap, dan secara fisik kurang kuat dibanding Chamori. Kasta Chamori dibagi lagi menjadi kelas menengah-atas Achoti/Acha'ot, dan Matua/Matao yang merupakan kasta tertinggi. Achoti dapat naik kelas menjadi Matua, dan seorang Matua dapat turun kasta menjadi Achoti, sementara Manachang tidak dapat memperbaiki kedudukannya. Anggota Manachang dan Chamori tidak diizinkan untuk berbaur. Ketiga kelas sama-sama melakukan pekerjaan fisik, tetapi memiliki tugas khusus yang berbeda.[7][20] Le Gobien berteori bahwa masyarakat Chamorro merupakan kumpulan dari suku-suku kecil dengan asal usul yang berbeda-beda. Gagasan ini didukung oleh bukti karakteristik bahasa Chamorro dan kebiasaan sosial mereka.

Pastor Pierre Coomans menulis tentang praktik penghitaman gigi di kalangan wanita Chamorro (juga merupakan kebiasaan yang tersebar luas di Nusantara, Jepang, Tiongkok tenggara, dan sebagian Indocina), yang dianggap sebagai keindahan serta sebagai pembeda dari binatang.[11] Fernberger juga menulis bahwa lelaki muda Chamorro menindik penis mereka, suatu kebiasaan yang berkembang di kawasan Asia Tenggara Maritim.[21]

Cerita rakyat

Cerita tradisional suku Chamorro meliputi kisah taotaomo'na dan birak, serta hantu duende yang diperkenalkan oleh Spanyol sebagai sosok yang tinggal di tempat-tempat seperti Yona, bangunan tua, sekolah, lift hotel, dan jembatan Ma'ina.[22] Taotaomo'na merupakan mitos hantu gentayangan. Sementara birak adalah istilah yang lebih luas yang mungkin merujuk tidak hanya pada hantu, tetapi juga pada iblis.

Sejarah

Gadis Chamorro di tahun 1930-an

Pada tanggal 6 Maret 1521, setelah berkelana melintasi Samudra Pasifik, Fernando de Magelhaens dan anak buahnya menemukan "indios" pertama sejak mereka meninggalkan Amerika Selatan.[23] Kemudian, pendatang Spanyol menamai mereka "Chamurres", berasal dari istilah lokal untuk kasta atas; istilah ini kemudian diubah menjadi "Chamorro", istilah Spanyol kuno untuk "botak", mungkin mengacu pada kebiasaan bercukur penduduk setempat.[23]

Selama berabad-abad, Kepulauan Mariana diduduki oleh beberapa negara asing (Spanyol, Jerman, Jepang, Amerika Serikat), dan masyarakat Chamorro saat ini hampir seluruhnya multietnis. Suku Chamorro merupakan keturunan Austronesia, tetapi mulai berinteraksi secara signifikan dengan Spanyol dan Filipina selama Era Penjajahan Spanyol (1521–1898 M). Sejak akhir abad ke-19 dan seterusnya, banyak suku Chamorro menikah dengan suku Pasifik lainnya, juga orang Amerika, Filipina, Tionghoa, dan Jepang.

Selama Era Penjajahan Spanyol, populasi Chamorro menurun dengan masuknya penyakit Eropa dan perubahan corak masyarakat selama Perang Spanyol-Chamorro. Orang Spanyol membunuh banyak pria Chamorro dan mendeportasi sebagian besar lainnya ke Guam, di mana mereka tinggal di beberapa paroki untuk mencegah pemberontakan. Beberapa orang memperkirakan bahwa sebanyak 100.000 Chamorro mungkin telah menghuni Mariana ketika orang Eropa pertama kali menetap pada tahun 1667. Pada tahun 1800, jumlahnya turun hingga di bawah 1.000. Di dalam paroki, Spanyol memfokuskan upaya mereka untuk mengkonversi penduduk asli menjadi Katolik. Pastor Frances X. Hezel menyatakan bahwa orang Chamorro yang tertangkap basah atau dilaporkan terlibat dalam "sihir" akan dihukum di hadapan umum. Melalui upaya ini, mereka diberi nama keluarga Spanyol melalui Catálogo Alfabético de Apelidos atau Katalog Alfabetik Nama Keluarga. Dengan demikian, suku Chamorro melakukan asimilasi dengan budaya Eropa dan mereka yang memiliki nama keluarga Spanyol belum tentu berdarah Spanyol, seperti halnya orang Filipina yang mengadopsi marga Spanyol.

Selama Perang Spanyol-Amerika, Amerika Serikat merebut Guam pada 21 Juni 1898. Di bawah Perjanjian Paris yang ditandatangani pada 10 Desember 1898, Spanyol menyerahkan Guam kepada Amerika Serikat secara efektif pada 11 April 1899. Guam termasuk di antara 17 negara non-pemerintahan sendiri yang terdaftar oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Sekelompok suku Chamorro di Guam pada pertengahan 1940-an

Sebelum Perang Dunia II, ada lima yurisdiksi Amerika di Samudra Pasifik: Guam dan Pulau Wake di Mikronesia, Samoa Amerika dan Hawaii di Polinesia, dan Filipina di Asia Tenggara. Pada tanggal 8 Desember 1941, beberapa jam setelah serangan Pearl Harbor, pasukan Jepang dari Mariana melancarkan invasi ke Guam. Suku Chamorro dari Mariana Utara, yang telah berada di bawah kekuasaan Jepang selama lebih dari 20 tahun, dibawa ke Guam untuk membantu Jepang. Selama pendudukan, warga Guam menjadi korban kerja paksa, penahanan, penyiksaan dan eksekusi. Pasukan Amerika merebut kembali pulau itu pada 21 Juli 1944; Hari Pembebasan dirayakan di pulau itu guna memperingati kemenangan Sekutu.

Setelah Perang Dunia II, Undang-Undang Organik Guam tahun 1950 menetapkan Guam sebagai organized unincorporated territory milik Amerika Serikat, yang menyediakan struktur pemerintahan sipil di pulau itu, dan memberikan kewarganegaraan AS bagi penduduknya. Gubernur Guam diangkat secara federal sampai tahun 1968, ketika Undang-Undang Pemilihan Gubernur Guam mengatur pemilihan umum untuk jabatan tersebut. Karena Guam bukan negara bagian A.S., warga negara A.S. yang tinggal di Guam tidak diizinkan untuk memilih presiden dan perwakilan kongres mereka adalah anggota yang tidak mereka pilih.

Meningkatnya jumlah suku Chamorro, terutama pemuda yang pindah ke Daratan AS, telah memperumit definisi dan pelestarian identitas Chamorro. Di Guam, gerakan hak-hak masyarakat Chamorro telah berkembang sejak Amerika Serikat menguasai pulau itu. Para pemimpin gerakan berusaha mengembalikan tanah leluhur kepada orang-orang Chamorro, dan mencapai penentuan nasib sendiri.

Kebudayaan modern

Orang Chamorro di sebuah gereja di Inarajan, Guam pada pertengahan 1940-an

Kebudayaan Chamorro selama bertahun-tahun mendapat pengaruh nyata dari kebudayaan Spanyol, Meksiko, Amerika, Jepang, dan Filipina, serta kebudayaan Oseanik lainnya (kebanyakan Mikronesia). Pengaruh dari era Jerman di Mariana Utara terlihat dalam bentuk marga yang berbau Jerman.

Konsep inafa'maolek ("berbuat baik untuk satu sama lain", sering diterjemahkan sebagai saling ketergantungan) adalah inti dari budaya tradisional Chamorro. Penghormatan terhadap keluarga, masyarakat, dan orang yang lebih tua (man mko') merupakan komponen utama, meskipun tingkatnya bervariasi antara satu keluarga ke keluarga lainnya. Kebudayaan modern sangat dipengaruhi oleh adat dan nilai-nilai Amerika, terutama karena Kepulauan Mariana (dibagi menjadi Guam dan CNMI) dimiliki oleh Amerika Serikat, sebagai wilayah yang terorganisir tetapi tidak tergabung di Amerika; selain itu, kebanyakan orang keturunan Chamorro sekarang tinggal di luar Mariana di Amerika Serikat.

Sabung ayam dan perjudian terkaitnya diperkenalkan oleh orang Spanyol dan telah lama menjadi hiburan yang penting dalam budaya Chamoru, terutama di kalangan pria. Tradisi ini masih populer di kalangan orang tua serta imigran dari Filipina, yang memelihara ayam jantan aduan; namun, kompetisi pertarungan seni bela diri campuran juga semakin populer, terutama di kalangan generasi yang lebih muda. Acara berskala besar diadakan sepanjang tahun di Guam dan Saipan, yang menampilkan pesaing lokal serta peserta tamu dari luar negeri.

Kehidupan Chamorro telah lama berpusat pada sistem klan matriarkal. Konsep "klan" yang berasal dari nenek moyang dari jalur ibu masih berlaku hingga kini.

Diabetes melitus dan penyakit jantung menjadi semakin merebak di antara penduduk asli serta pendatang Oseanik yang tinggal di Mariana, khususnya orang-orang Refaluwasch.[24]

Tabib tradisional yang disebut suruhånu (atau suruhåna untuk wanita) masih menjadi andalan warga karena diyakini memiliki pengetahuan tentang pengobatan herbal dan rohani.

Agama

Kebanyakan suku Chamorro menganut Katolik Roma[25] dan sedikit di antaranya masih mempertahankan beberapa tradisi dan kepercayaan sebelum penaklukan Eropa pertama; sejumlah penduduk Mariana masih akan meminta izin kepada roh leluhur sebelum memasuki bagian hutan tertentu.

Di antara 56 negara bagian dan teritori Amerika Serikat, Kepulauan Mariana memiliki tingkat religiusitas yang tertinggi, dengan hanya 1,75% dari populasi (Guam 2,5% dan Mariana Utara hanya 1%) yang tidak terikat atau memeluk keyakinan tertentu.

Masakan

Nasi merah Chamorro

Masakan Chamorro dipengaruhi oleh berbagai kultur. Contoh makanan populer asal luar negeri antara dan berbagai jenis empanada manis atau gurih, yang awalnya diperkenalkan oleh Spanyol, dan pancit, hidangan mie dari Filipina.

Bukti arkeologi dari pulau-pulau di Mariana mengungkapkan bahwa padi dibudidayakan di sana sejak era prasejarah.[26] Nasi merah yang dibuat dengan achoti adalah makanan pokok khas yang membedakan hidangan Chamorro dengan hidangan khas Pasifik lainnya. Biasanya, nasi merah disajikan untuk acara-acara khusus, seperti pesta (gupot atau "fiesta"), nobenas, dan acara-acara seperti kelulusan sekolah dan perguruan tinggi. Sambal fiina'denne' menjadi pelengkap berbagai sajian. Buah-buahan seperti lemmai, mangga, niyok, dan bilimbines juga digunakan dalam berbagai kuliner lokal. Di Mariana, masakan Korea, Tiongkok, Jepang, dan Amerika juga biasa ditemukan. Terdapat pula camilan khas yang disebut guyuria.

Hidangan khas lokal meliputi kelaguen, yang terbuat dari daging yang dimasak seluruhnya atau sebagian dengan asam sitrat daripada panas; tinaktak, hidangan daging yang terbuat dari santan; dan kå'du fanihi (sup kelelawar). Kelelawar dan burung lokal menjadi langka di zaman modern terutama karena masuknya ular-pohon cokelat pada masa Perang Dunia II, yang menggusur populasi burung lokal dan juga mengancam populasi fanihi (kelelawar buah). Perburuan kelelawar buah secara ilegal juga mengancam populasi yang ada.[27]

Spam dan daging kalengan lainnya diperkenalkan ke kepulauan setelah Perang Dunia II, yang menyebabkan perubahan pola makan dan berbagai masalah kesehatan.[28]

Diaspora di Amerika Serikat

Suku Chamorro pada Festival Kepulauan Pasifik di San Diego

Menurut sensus 2010, ada 148.220 Chamorro yang tinggal di Amerika Serikat, sebagian besar asli Guam, tetapi ada juga yang dari Mariana Utara dan Saipan.[29]

Suku Chamorro pertama kali bermigrasi ke AS pada abad ke-20. Dalam dasawarsa berikutnya, kelompok-kelompok kecil orang Guam merantau ke Hawaii dan bagian barat Amerika Serikat, di mana mereka bekerja sebagai petani.[30] Penduduk Guam memperoleh kewarganegaraan Amerika pada tahun 1929.[31] Dan setelah berakhirnya Perang Dunia II, lebih banyak lagi orang Guam yang bermigrasi ke AS. Kebanyakan dari mereka adalah tentara atau orang yang menikah dengan tentara.[30]

Pada tahun 1950 penduduk Guam memperoleh kewarganegaraan Amerika penuh,[32] yang mendorong migrasi warga Guam ke AS. Jadi, migrasi besar pertama rakyat Guam mulai terjadi dan lebih dari 160 orang Guam beremigrasi ke AS pada tahun 50-an. Banyak dari mereka pindah ke California.[33] Pada tahun 1952, imigran Guam mendirikan organisasi pertama mereka di AS: The Guam Territorial Society (kemudian berganti nama menjadi The Guam Society of America), di Washington D.C., di mana bekerja untuk Departemen Pertahanan dan melakukan operasi militer.

Pada tahun 60-an, ratusan orang Guam beremigrasi ke Amerika Serikat. Ini merupakan waktu ketika jumlah terbesar orang Guaman beremigrasi ke negara ini. Sebagian besar dari mereka beremigrasi ke AS untuk melarikan diri dari Perang Korea dan Topan Karen.[34]

Pada tahun 70-an, gelombang pendatang dari Guam kembali tiba di AS. Pada tahun 1986, AS mengakuisisi Kepulauan Mariana Utara,[35] yang kembali mendorong migrasi dari kawasan tersebut ke AS.

Referensi

Pranala luar