Geleteng pasir

kepiting kecil di pasir pantai
(Dialihkan dari Ocypode kuhlii)
Geleteng Pasir
Geleteng pasir (Ocypode kuhlii)
dari pantai Citepus, Palabuhanratu, Sukabumi
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Subfilum:
Kelas:
Ordo:
Infraordo:
Famili:
Genus:
Ocypode
Spesies:
O. kuhlii
Nama binomial
Ocypode kuhlii
De Haan, 1835[1]

Geleteng pasir (Ocypode kuhlii) adalah sejenis kepiting hantu anggota suku Ocypodidae. Ketam atau yuyu kecil penghuni pantai berpasir ini menyebar terutama di Indonesia; juga di Nikobar, Thailand selatan, dan Papua Nugini.

Etimologi

Di tangan; lebar karapas lk. 2 cm
Kaki-kakinya gundul
Di lubang persembunyian
Hewan muda, tersamar di pasir pantai

Ocypode berarti berkaki lincah; menunjuk pada kegesitan hewan ini berlarian di pasir pantai.[2][3][4] Sedangkan kuhlii diambil dari nama Heinrich Kuhl (1797–1821), yakni seorang peneliti fauna berkebangsaan Jerman yang berdinas dan wafat dalam usia muda di Hindia Belanda.

Pengenalan

Kepiting bertubuh kecil; karapas hewan dewasa dari spesimen tipe berukuran 33 × 43 mm. Karapas lebih lebar daripada panjang; mencembung di arah panjangnya; berbintil-bintil halus, lebih kasar di sisi lateral daripada di tengahnya. Mata bertangkai, namun tanpa perpanjangan tangkai. Tungkai yang pertama berbentuk sapit, yang tidak sama ukurannya antara kanan dan kiri; tekstur permukaannya berbintil-bintil.[5] Kepala sapit (palm) dengan sisi atas yang membundar dan berbintil kasar; sisi dalamnya dengan serangkaian (8-10) bintil yang berderet melintang, berjarak, membentuk rigi pengerik untuk menghasilkan suara desik geleteng.[5][6] Ruas-ruas carpus dan propodus pada kaki-kaki P2 dan P3 (pereiopod no 2 dan 3) gundul, tak berambut, pada permukaan anterior dan posteriornya. Gonopod G1 (pleopod no 1) berupa pipa yang tiba-tiba membengkok tajam ke arah lateral, dan sedikit mengecil, di dekat ujungnya.[6]

Agihan dan ekologi

O. kuhlii terutama menyebar di pantai-pantai di wilayah Indonesia: Sumatra (Aceh, Simeulue, Nias, Padang); Jawa (pantai selatan [Karang Hawu], Jakarta, Semarang); Madura; Kangean; Bali (Legian); Lombok (Ampenan); Flores; Solor; Timor; Ternate; dan Papua (Sekru, Nabire, Teluk Yos Sudarso). Di luar Indonesia, spesimen diperoleh dari India (Kepulauan Nikobar); Thailand (Phuket); dan Papua Nugini.[6] Kepiting ini tercatat pula dari pantai selatan Jawa di Cilacap.[7]

Sebagaimana namanya, geleteng pasir hidup sebagai benthos di pasir pantai.[8][9] Namun ekologi yuyu ini belum banyak dilaporkan.[10] Kerabatnya, O. cordimanus yang terdapat di Pulau Air, Kepulauan Seribu, dilaporkan membuat lubang-lubang pada pantai berpasir yang sebelah atas, pada tempat-tempat yang berpasir halus dan gembur, yang terendam air laut tatkala pasang tinggi.[11]

Kepiting pasir ini mencari makanan di area yang tidak jauh dari lubang persembunyiannya.[12] Kerabatnya yang lain, O. ceratophthalmus di Singapura, diketahui berperan sebagai pemakan bangkai (scavenger) di habitatnya;[4] sementara O. ryderi di Kenya bersifat pemakan segala (omnivora).[13]

Kepiting Ocypode betina meletakkan telur-telurnya di air laut. Setelah telur-telur itu menetas, anak-anak kepiting akan berenang di laut sebagai plankton sebelum pada akhirnya kembali mendarat untuk tumbuh menjadi dewasa di pantai.[3]

Manfaat

Meskipun tidak banyak dieksploitasi, di beberapa tempat di pantai selatan Jawa kepiting kecil ini acap ditangkap untuk dijadikan makanan. Di selatan Jogya, untuk sebagian, yuyu ini juga dikenal sebagai jingking.

Catatan kaki

Pranala luar