Nashiruddin ath-Thusi

dokter asal Nizari Ismaili state

Muhammad bin Muhammad bin al-Hasan at-Thūsī (bahasa Persia: محمد بن محمد بن حسن طوسی‎ 24 Februari 1201 – 26 Juni 1274), lebih dikenal sebagai Nashiruddin ath-Thusi (bahasa Persia: نصیر الدین طوسی; atau hanya Tusi /ˈtsi/[3] di Barat), adalah seorang polimatik, arsitek, filsuf, dokter, ilmuwan, dan ulama Persia.[4][5][6][7][8][9][10][11][12][13]Dia sering dianggap pencetus gagasan trigonometri sebagai suatu disiplin matematika tersendiri.[14][15][16]Dia merupakan seorang Muslim Syiah Dua Belas Imam.[17] Cendekiawan Muslim Ibnu Khaldun (1332–1406) menganggap Tusi sebagai yang terbesar dari para cendekiawan Persia kemudian.[18]

Nashiruddin ath-Thusi
Prangko Iran untuk peringatan 700 tahun kematiannya
GelarKhawaja Nasir
Informasi pribadi
Lahir18 Februari 1201
Tus, Khorasan
Meninggal26 Juni 1274(1274-06-26) (umur 73)
Masjid Al-Kazhimiyah, Kazhimiyah, Baghdad, Ilkhanat
AgamaIslam
EtnisPersia
ZamanZaman Kejayaan Islam
WilayahPersia
MazhabImamiyyah
KredoIbnu Sinaisme
Minat utamaIlmu kalam, Filsafat Islam, Astronomi, Matematika, Biologi dan Kedokteran, Fisika, Ilmu Pengetahuan
Ide terkenaltrigonometri sferis, Tandem Tusi
Karya terkenalRawḍa-yi Taslīm, Tajrīd al-'Aqa'id,
Akhlaq-i-Nasri, Zij-i ilkhani,
al-Risalah al-Asturlabiyah,
Al-Tadhkirah fi'ilm al-hay'ah
GuruKamal al-Din Yunus[1]
Pemimpin Muslim
Siswa
  • Shams ad-Din Al-Bukhari[2]
Dipengaruhi oleh
Pengaruh

Biografi

Nashiruddin ath-Thusi lahir di kota Tus di Khorasan abad pertengahan (timur laut Iran) pada tahun 1201 dan mulai dan mulai belajar pada usia dini. Di Hamadan dan Tus dia mempelajari Quran, Hadis, fikih Ja'fari, logika, filsafat, matematika, kedokteran, dan astronomi.[19]

Dia tampaknya dilahirkan dalam keluarga Syiah dan kehilangan ayahnya di usia muda. Memenuhi keinginan ayahnya, Muhammad muda mengikuti pembelajaran dan pendidikan dengan sangat serius dan menempuh perjalanan jauh untuk menghadiri kuliah para cendekiawan terkenal dan memperoleh pengetahuan, sebuah amalan yang sangat dianjurkan dalam iman Islamnya. Pada usia muda, dia pindah ke Nishapur untuk belajar filsafat di bawah Farid al-Din Damad dan matematika di bawah Muhammad Hasib.[20] Dia juga bertemu Attar Nishapur, sang guru sufi legendaris yang kemudian dibunuh oleh pasukan Mongol, dan menghadiri kuliah Qutb al-Din al-Misri.

Di Mosul, dia belajar matematika dan astronomi dengan Kamaluddin bin Yunus (meninggal 639 H/1242 M), seorang murid Sharaf al-Din al-Tusi.[1] Kemudian dia berkorespondensi dengan Sadr al-Din al-Qunawi, menantu dari Ibnu Arabi, dan kelihatannya bahwa mistisisme, sebagaimana yang disebarluaskan oleh para guru sufi pada masanya, tidak menarik bagi pemikirannya dan begitu kesempatan cocok, dia menyusun buku petunjuk Sufisme filosofisnya sendiri dalam bentuk buklet kecil berjudul Awsaf al-Ashraf, "Tanda-Tanda Kemuliaan".

Ketika tentara Jenghis Khan menghancurkan tanah airnya, dia dipekerjakan oleh negara Nizari Ismaili dan memberikan kontribusi terpenting dalam ilmu pengetahuan selama masa ini ketika dia berpindah dari satu benteng ke benteng lainnya.[21] Dia ditawan setelah penyerbuan Puri Alamut oleh pasukan Mongol.[22]

Lihat pula

Referensi

Bacaan lebih lanjut

  • {{{last}}} (1970–80). "Ṭūsī, Muḥammad Ibn Muḥammad Ibn al-Ḥasan". Dictionary of Scientific Biography. New York: Charles Scribner's Sons. ISBN 0684101149. 
  • O'Connor, John J.; Robertson, Edmund F., "Nasir al-Din Tusi", Arsip Sejarah Matematika MacTutor, Universitas St Andrews .
  • Encyclopædia Iranica, "AḴLĀQ-E NĀṢERĪ", G.M. Wickens [2]
  • Encyclopædia Iranica, "AWṢĀF AL-AŠRĀF", G.M. Wickens [3]
  • Encyclopædia Iranica, "Nasir al-Din al-Tusi" George Saliba [4]

Pranala luar