Koh Lay Huan

Kapitan Cina Koh Lay Huan (Hanzi sederhana: 辜礼欢甲; Hanzi tradisional: 辜禮歡甲; Pinyin: Gū Lǐ Huān Jia; meninggal 1826) adalah seorang yang kaya dan berpendidikan,[1] yang sebelumnya memberontak melawan Dinasti Qing Manchu dan melarikan diri ke Siam dan Malaya, hingga akhirnya menetap di Penang sebagai Kapitan Cina pertama.[2] Ia adalah seorang pedagang, pekebun, pengumpul pajak,[3] ketua komunitas rahasia Tionghoa, dan salah seorang dari segelintir pemimpin perintis di Penang.[4]

Kehidupan sebelumnya

Koh Lay Huan berasal dari County T'ung-an,[5] Prefektur Zhang Zhou, Provinsi Fujian,[6] di pantai tenggara Tiongkok. Pada saat itu, Fujian adalah pusat kegiatan Tiandihui (Komunitas Langit dan Bumi), suatu komunitas rahasia yang bertujuan untuk menggulingkan Dinasti Qing Manchu. Setelah terlibat dalam aktivitas pemberontakan, Koh Lay Huan terpaksa melarikan diri ke selatan Siam, tempat ia berhasil menetap.[7]

Ia menjadi sorang sekutu dekat dari pemimpin/penghulu Nakhon Si Thammarat (yang sekitar tahun 1821 menikah dengan salah seorang putri Koh di Penang).[8][9] Kemudian, didorong oleh prospek dagang, ia pindah ke Kedah tempat ia sekali lagi berhasil menetap,[7] membentuk keluarga kedua,[10] dan menjadi Kapitan Cina Kedah di Kuala Muda.[11]

Partisipasi dalam pendirian Penang

Pada tahun 1786 Francis Light mengklaim Pulau Pinang atas nama Raja Inggris dan menamainya Pulau Pangeran Wales. Hanya ada sekitar seratus nelayan Melayu mendiami Pulau Pinang pada waktu itu, tetapi populasi penduduk tumbuh dengan cepat, mencapai 5.000 pada tahun 1789 dan 10.000 sepuluh tahun kemudian.[12]

Koh Lay Huan memiliki kontribusi dalam keberhasilan itu. Tidak lama setelah Light tiba, ia datang mengunjungi Light[13] dan membawa beberapa kapal Tionghoa dan Melayu bermuatan dari Kuala Muda, Kedah, untuk membersihkan, menghuni, berdagang, dan mengembangkan pulau secara umum.[14] Pada pertemuan perdana, Koh menghadiahkan Light beberapa jaring penangkap ikan.[6] Pada Mei 1787 Light menunjuk Koh sebagai Kapitan Cina Penang.[15]

Light menghormati sikap, usaha, kecerdasan dan koneksi sosial dan politik Koh. Ia tercatat pernah mengatakan tentang Koh, "Tuanka (tauke) Tionghoa adalah rubah tua. Ia berurusan sedikit dengan pemerintah, tapi menjadi kaya raya dan menikah dengan putri dari Raja tua. Ia memiliki kekuasaan besar di Bechara atau Dewan mereka"[16] Dengan menunjuk Koh sebagai Kapitan Cina, Light telah mendapatkan seorang administrator dan hakim.

Koh disebut dengan nama Chewan dalam dokumen-dokumen resmi.[6] Ia juga dikenal dengan nama Koh Lay Hwan,[17] Cheki,[18] Chu Khee,[19] Ku Li-huan, dan Patcan.[20]

Asal mula pengumpulan pajak Penang

Pada tahun 1795, mitra bisnis Light, James Scott, mencari perwakilan ketika diputuskan bahwa properti harus dikenakan pajak, pendapatan diperlukan untuk mendanai kepolisian, memelihara jalan, dan menjaga kebersihan. Pada saat itulah Kapitan Cina Koh Lay Huan, rekannya dari komunitas India (Kapitan Keling) Cauder Mohideen, dan anggota-anggota komunitas terkemuka lainnya membentuk Komite Penilai pertama untuk menentukan tarif dan pengumpulan pajak (penilaian).[21]

Hubungan dengan Aceh dan budidaya lada

Koh telah terlibat dalam budidaya lada lama sebelum ia datang ke Penang. Ia telah memiliki pengalaman di bidang ini di Phuket dan Kedah.Karena kekayaan dan usahanya, Koh memiliki koneksi Sultan Aceh yang mampu berbicara bahasa Inggris dan Prancis, Jauhar al-Alam.[4] Pada waktu itu, sebagian besar produksi lada dunia berasal dari Aceh. Tahun 1790 Francis Light mengirim Koh ke Aceh untuk mengumpulkan tanaman lada untuk kemudian dibudidayakan di Penang.

Koh menjaga hubungannya dengan Sultan Aceh Jauhar al-Alam dan sekitar tahun 1819 ia membantu Sultan mengatasi pemberontakan yang dilakukan oleh kepala-kepala teritorial Aceh.[4][22]

Keturunan

Koh mulai mendirikan sebuah kongsi. Keturunannya memainkan peran besar di komunitas Tionghoa Penang-Kedah selama beberapa generasi.[6]

Ia memiliki enam putra dan dua putri dari Saw It Neoh, istrinya di Penang, dan dua putra dan satu putri dari Guan Boey Neoh, istrinya di Kedah. Putrinya, Luan, istri dari kepala/penghulu Nakhon Si Thammarat, kemudian menjadi ibu dari Gubernur Phang Nga dan Takuapa, yang secara finansial mendukung monopoli pajak Khaw Su Chiang yang berhasil di propinsi-propinsi tersebut dan yang dengan dukungan dari perempuan berkuasa itu kemudian menjadi Gubernur Rating pada tahun 1844.[9]

Putra sulung Koh, Koh Kok Chye, dari istri Penang-nya dipromosikan menjadi Gubernur Kuala Kedah (1821-1841).[8][9] Seorang putra lain mendampingi Sir Stamford Raffles ke Singapura pada saat pendirian negara itu pada tahun 1819.[3] Putra Koh Lay Huan juga menjadi Raja Pungah di Ligor dan Wakil bagi Chau Phya dari Ligor.[23]

Keturunan-keturunannya yang juga terkenal antara lain Koh Teng Choon, pekebun, dan putra Teng Choon, Koh Seang Tat, yang bersama-sama dengan Foo Tye Sin mengoperasikan perusahaan sukses Tye Sin Tat & Co.

Keturunan dari Koh Seang Teik (adik Koh Seang Tat) adalah Koh lip Cheng dan Koh Lip Teng (sarjana Ratu dari Sekolah Bebas Biaya Penang).

Keturunan Koh Lip Cheng yang juga terkenal adalah Datuk Koh Sin Hock (DSPN, AMN, OBE, JP) yang aktif di dunia politk Malaya pada masa pendudukan Inggris dan Jepang.

Referensi

Pranala luar

  • Evers, Hans-Dieter; Korff, Rüdiger (2000). Southeast Asian Urbanism: The Meaning and Power of Social Space. LIT Verlag Berlin-Hamburg-Münster. ISBN 978-3-8258-4021-1.