Kanon Alkitab

Kanon Alkitab adalah kumpulan kitab yang diyakini memiliki otoritas sebagai Firman Allah dan layak menjadi tolak ukur bagi iman umat.

Kanon Alkitab, atau kanon Kitab Suci,[1] adalah suatu daftar kitab yang dianggap sebagai kitab suci yang berwibawa atau otoritatif oleh komunitas keagamaan tertentu. Kata "kanon" berasal dari bahasa Yunani Kuno κανών, yang berarti "mistar" atau "tongkat pengukur". Istilah tersebut pertama kali dicetuskan oleh umat Kristen untuk merujuk pada kitab suci, tetapi gagasan tersebut dikatakan berasal dari umat Yahudi.[2] Kanon Alkitab dapat juga dipahami sebagai sebuah daftar kitab yang menjadi "standar" atau "aturan" yang bersifat normatif bagi umat.[3]

Sebagian besar kanon yang tercantum dalam artikel ini dianggap sudah "ditutup", yaitu tidak ada penambahan atau pengurangan kitab lagi.[4] Sehingga mencerminkan keyakinan bahwa wahyu umum telah berakhir dan karenanya teks-teks yang terinspirasi tersebut dapat dikumpulkan menjadi suatu kanon yang lengkap dan otoritatif, yang mana Bruce M. Metzger mendefinisikannya sebagai "sebuah kumpulan yang otoritatif dari kitab-kitab". Sebaliknya, suatu "kanon terbuka", yang mana memungkinkan penambahan kitab melalui proses dari wahyu yang berkelanjutan, didefinisikan Metzger sebagai "sebuah kumpulan kitab-kitab otoritatif".[5]

Semua kanon tersebut telah dikembangkan selama berabad-abad dan melalui proses diskusi yang rumit,[6] lalu kesepakatan dibuat oleh otoritas-otoritas keagamaan dari keyakinan mereka masing-masing. Umat menganggap kitab-kitab kanonik diinspirasikan oleh Allah atau mengungkapkan sejarah yang berwibawa tentang hubungan antara Allah dengan umat-Nya. Kitab-kitab seperti "Injil Kristen–Yahudi" telah dikeluarkan seluruhnya dari kanon; namun banyak kitab yang diperdebatkan, yang dianggap non-kanonik atau bahkan apokrif oleh beberapa kalangan, dipandang sebagai apokrifa Alkitab atau Deuterokanonika atau sepenuhnya kanonik oleh kalangan lainnya.

Ada perbedaan-perbedaan antara Tanakh Yahudi dan kanon Alkitab Kristen, dan antara berbagai kanon dalam denominasi Kristen yang berbeda. Perbedaan kriteria dan proses kanonisasi menentukan apa yang dianggap berbagai komunitas tersebut sebagai kitab suci yang terinspirasi. Dalam beberapa kasus di mana terdapat beragam tingkatan inspirasi kitab suci, sungguh bijak untuk membahas teks-teks yang hanya memiliki status ditinggikan di dalam suatu tradisi tertentu. Hal ini menjadi lebih kompleks ketika mempertimbangkan kanon terbuka dari berbagai aliran Orang Suci Zaman Akhir — yang dapat dipandang sebagai perluasan dari Kekristenan dan Yudaisme — dan wahyu kitab suci yang konon diberikan selama kurun waktu beberapa tahun kepada sejumlah pemimpin gerakan tersebut.

Kanon Yahudi

Yudaisme Rabinik

Yudaisme Rabinik (bahasa Ibrani: יהדות רבנית‎) mengakui 24 kitab dari Teks Masoret, dan umumnya disebut Tanakh (bahasa Ibrani: תַּנַ"ךְ‎) atau Alkitab Ibrani.[7] Terdapat bukti yang mendukung pendapat bahwa proses kanonisasi terjadi antara 200 SM dan 200 M, dan suatu pandangan yang populer adalah Torah (Taurat) dikanonisasi ca 200 SM, Para nabi ca 200 SM, dan Tulisan-tulisan ca 100 M[8] mungkin pada suatu konsili hipotetis di Yamnia —namun semakin banyak kritikan atas pandangan ini oleh para akademisi modern.[9][10][11][12][13] Menurut Marc Zvi Brettler, kitab-kitab suci Yahudi selain Taurat dan para Nabi tidaklah tetap, karena masing-masing kelompok yang berbeda melihat kewibawaan dalam kitab-kitab yang berbeda.[14]

Sebuah gulungan naskah Kitab Ester, salah satu dari kelima megillot Tanakh.

Kitab Ulangan memuat suatu larangan untuk melakukan penambahan atau pengurangan (Ulangan 4:2, 12:32) yang mungkin saja berlaku pada kitab itu sendiri (yaitu suatu "kitab tertutup", larangan terhadap penyuntingan tulisan di kemudian hari) atau pada perintah yang diterima Musa di Gunung Sinai.[15] Kitab 2 Makabe (bukan bagian dari kanon Yahudi) menguraikan bahwa Nehemia (ca 400 SM) "menyusun sebuah perpustakaan dengan mengumpulkan berbagai buku tentang para raja dan para nabi, karangan-karangan Daud dan surat-surat para raja mengenai sumbangan-sumbangan bakti" (2 Makabe 2:13).

Kitab Nehemia menunjukkan bahwa Ezra (seorang imam dan ahli kitab) mengembalikan Torah dari Babilonia ke Yerusalem dan Bait Kedua pada kurun waktu yang sama. Baik Kitab 1 Makabe maupun 2 Makabe menunjukkan bahwa Yudas Makabe (ca 167 SM) juga mengumpulkan kitab-kitab suci (1 Makabe 3:42–50, 2 Makabe 2:13–15, 2 Makabe 15:6–9), karenanya beberapa akademisi berpendapat bahwa kanon Yahudi ditetapkan oleh dinasti Hashmonayim.[16] Namun sumber primer ini tidak menunjukkan kesan bahwa kanon "ditutup" pada waktu itu, dan tidak terdapat kejelasan bahwa kitab-kitab suci ini identik dengan yang kemudian menjadi bagian dari kanon tersebut.

Selain Tanakh, Yudaisme Rabinik arus utama juga memandang Talmud (bahasa Ibrani: תַּלְמוּד‎) sebagai teks sentral lainnya yang otoritatif. Talmud merupakan suatu catatan diskusi para rabi yang berkaitan dengan sejarah, adat istiadat, filsafat, etika, dan hukum Yahudi. Talmud terdiri dari dua komponen: Mishnah (ca 200 M), yaitu ringkasan tertulis yang pertama dari Hukum lisan Yudaisme; dan Gemara (ca 500 M) yang berisikan penjelasan dari Mishnah dan tulisan-tulisan Tannaitik terkait, yang mana sering kali bersinggungan dengan topik lainnya dan menguraikan Tanakh secara luas. Ada terdapat banyak kutipan dari Sirakh di dalam Talmud, meskipun kitab tersebut pada akhirnya tidak diterima dalam kanon Ibrani.

Talmud merupakan dasar dari semua kitab hukum rabinik dan sering dikutip dalam literatur rabinik lainnya. Kelompok Yahudi tertentu, seperti Yahudi Karait, tidak menerima Hukum lisan sebagaimana yang dikodifikasikan di dalam Talmud dan hanya memandang Tanakh sebagai satu-satunya yang berwibawa.

Beta Israel

Kaum Yahudi Ethiopia, atau Beta Israel (Ge'ez: ቤተ እስራኤል—Bēta 'Isrā'ēl), memiliki sebuah kanon kitab suci yang berbeda dengan Yudaisme Rabinik. Mäṣḥafä Kedus (Kitab-kitab Suci) adalah nama literatur keagamaan dari kaum Yahudi ini, yang mana utamanya ditulis dalam bahasa Ge'ez. Kitab tersuci mereka, Orit, terdiri dari Pentateukh, serta Yosua, Hakim-hakim, dan Rut. Kitab lainnya dari kanon Yahudi Ethiopia dianggap memiliki tingkat kepentingan kedua atau sekunder. Kanon tersebut terdiri dari kitab-kitab lainnya dari kanon Ibrani, mungkin selain Kitab Ratapan, dan berbagai kitab deuterokanonika. Kitab-kitab ini misalnya Sirakh, Yudit, Tobit, 12 Esdras, 1 dan 4 Barukh, tiga kitab Makabian, Yobel, Henokh, Perjanjian Abraham, Perjanjian Ishak, dan Perjanjian Yakub. Ketiga perjanjian patriarkal yang terakhir disebutkan tersebut berbeda dengan tradisi kitab suci ini.[17]

Tulisan-tulisan keagamaan tingkat ketiga yang penting bagi kaum Yahudi Ethiopia, namun tidak dianggap sebagai bagian dari kanon, antara lain meliputi: Nagara Muse (Percakapan Musa), Mota Aaron (Wafatnya Harun), Mota Muse (Wafatnya Musa), Te'ezaza Sanbat (Aturan Sabat), Arde'et (Para Murid), Apokalipsis Gorgorios, Mäṣḥafä Sa'atat (Kitab Harian), Abba Elias (Bapa Elia), Mäṣḥafä Mäla'əkt (Kitab Para Malaikat), Mäṣḥafä Kahan (Kitab Para Imam), Dərsanä Abrəham Wäsara Bägabs (Homili tentang Abraham dan Sara di Mesir), Gadla Sosna (Kisah Susana), dan Baqadāmi Gabra Egzi'abḥēr (Pada Mulanya Allah Menciptakan). Selain kitab-kitab ini, Zëna Ayhud (Josippon versi Ethiopik) dan perkataan dari berbagai fālasfā (filsuf) merupakan sumber-sumber yang belum tentu dianggap suci, tetapi tetap memiliki pengaruh yang besar.

Kanon Samaria

Ada versi lain dari Torah (Pentateukh, Taurat), dan ditulis dengan alfabet Samaria. Teks ini dikaitkan dengan orang Samaria (bahasa Ibrani: שומרונים‎, bahasa Arab: السامريون), suatu suku bangsa yang mana Jewish Encyclopedia mendeskripsikannya: "Sejarah mereka sebagai suatu komunitas yang berbeda dimulai dengan dikuasainya Samaria oleh orang Asyur pada tahun 722 SM."[18]

Gulungan Abisha, gulungan naskah tertua di kalangan orang Samaria di Nablus.

Hubungan antara Torah Samaria dengan Teks Masoret masih dalam perdebatan. Ada beberapa perbedaan kecil, seperti perbedaan usia orang-orang yang disebutkan dalam silsilah; sedangkan yang lainnya merupakan perbedaan besar, seperti adanya suatu perintah untuk bermonogami, yang mana hanya terdapat dalam versi Samaria. Yang lebih penting, teks Samaria menyimpang dari Masoretik dengan menyatakan bahwa Musa menerima Sepuluh Perintah Allah di Gunung Gerizim, bukan di Gunung Sinai, dan di atas Gunung Gerizim inilah pengorbanan kepada Allah harus dilakukan —bukan di Yerusalem. Meski demikian para akademisi tetap mencari keterangan dalam versi Samaria ini dalam upaya untuk mengetahui makna dari teks-teks Torah asli, serta untuk melacak perkembangan dari berbagai rumpun teks. Beberapa gulungan naskah di antara berbagai gulungan naskah Laut Mati telah diidentifikasi sebagai jenis teks Pentateukh proto-Samaritan.[19]

Kaum Samaria memandang Torah sebagai kitab suci yang terinspirasi (atau terilhami), tetapi tidak menerima bagian-bagian lain dari Alkitab —mungkin posisi yang sama juga dipegang oleh kaum Saduki.[20] Mereka tidak memperluas kanon mereka dengan menambahkan suatu komposisi Samaritan apa pun. Ada Kitab Yosua Samaritan, namun ini merupakan suatu kronik populer yang ditulis dalam bahasa Arab dan tidak dianggap sebagai kitab suci. Teks keagamaan Samaritan non-kanonik yang lain misalnya Memar Markah (Pengajaran Markah) dan Defter (Buku Doa) —keduanya berasal dari abad ke-4 atau kemudian.[21]

Mereka yang merupakan keturunan Samaria di Israel/Palestina zaman modern mempertahankan Taurat versi mereka sebagai kanonik sepenuhnya dan berwibawa.[22] Mereka menganggap diri mereka sebagai "para penjaga Hukum" yang sejati. Penegasan ini ditekankan kembali semata-mata oleh klaim dari komunitas Samaria di Nablus (suatu daerah yang secara tradisi dikaitkan dengan kota kuno Sikhem) untuk memiliki salinan Torah yang paling tua dan masih terlestarikan —yang mereka yakini ditulis oleh Abisha, seorang cucu Harun.[23]

Kanon Alkitab Kristen

Gereja perdana

Komunitas Kristen tertua

Meskipun Gereja perdana menggunakan Perjanjian Lama berdasarkan kanon Septuaginta (LXX),[24] mungkin sebagaimana ditemukan dalam Daftar Bryennios atau daftarnya Melito, para Rasul tidak mewariskan suatu set ketetapan tentang kitab-kitab suci baru; sebaliknya, Perjanjian Baru berkembang dari waktu ke waktu.

Tulisan-tulisan terkait para rasul telah tersebar di kalangan komunitas-komunitas Kristen paling awal. Surat-surat Paulus beredar dalam bentuk-bentuk yang sudah terkumpulkan pada akhir abad ke-1 M. Yustinus Martir, pada awal abad ke-2, menyebutkan tentang "memoar para Rasul", yang mana umat Kristen (bahasa Yunani: Χριστιανός) menyebutnya "injil", dan secara otoritatif dianggap setara dengan Perjanjian Lama.[25]

Daftarnya Marsion

Marsion dari Sinope merupakan seorang pemimpin Kristen pertama dalam catatan sejarah (meski kemudian dipandang sesat) yang mengusulkan dan mengutarakan suatu kanon Kristen yang unik (ca 140 M).[26] Daftarnya memuat 10 surat dari Rasul Paulus, serta sebuah versi Injil Lukas yang saat ini dikenal sebagai Injil Marsion. Dengan demikian ia telah membentuk suatu cara tertentu dalam memandang teks-teks keagamaan, yang hingga kini menetap dalam pemikiran Kristen.[27]

Setelah Marsion, umat Kristen mulai memisahkan teks-teks yang selaras dengan "kanon" (tongkat pengukur) dari pemikiran teologis yang dapat diterima dan teks-teks yang memicu penyesatan. Hal ini memainkan peranan utama dalam menuntaskan struktur dari kumpulan karya-karya yang disebut Alkitab. Ada pendapat bahwa desakan awal bagi proyek kanonisasi dari kalangan Kristen proto-ortodoks berawal dari perlawanan terhadap kanon yang diusulkan oleh Marsion.[27]

Bapa Apostolik

Sebuah kanon empat injil (Tetramorf) dinyatakan oleh Ireneus dalam kutipan berikut: "Adalah tidak mungkin jumlah Injil dapat lebih banyak atau lebih sedikit dari yang ada. Sebab ada empat penjuru bumi di mana kita hidup, dan ada empat mata angin utama, sementara Gereja tersebar di seluruh dunia, serta 'pilar dan dasar' dari Gereja adalah Injil dan Roh kehidupan. Maka sudah sepatutnya Gereja memiliki empat pilar yang memberi nafas keabadian di setiap penjuru, dan memberi hidup kembali pada manusia... Oleh karenanya Injil selaras dengan hal-hal ini... Sebab makhluk hidup memiliki empat aspek dan Injil memiliki empat aspek... Karena itu semua orang yang menghancurkan bentuk Injil ini adalah sia-sia, tidak terpelajar, dan juga lancang; [yaitu] mereka yang menyatakan aspek-aspek Injil lebih banyak, atau, di pihak lain, lebih sedikit dari yang telah disebutkan sebelumnya."[28]

Selembar folio dari P46; sebuah koleksi awal abad ke-3 dari Surat-surat Paulus.

Pada awal abad ke-3, teolog Kristen seperti Origen dari Aleksandria mungkin telah menggunakan (atau setidaknya telah akrab dengan) 27 kitab yang sama dengan yang terdapat dalam edisi-edisi Perjanjian Baru modern, meskipun masih ada pertentangan atas kanonisitas beberapa tulisan tersebut (lihat pula Antilegomena).[29] Demikian pula dari sekitar abad ke-2, fragmen Muratori menunjukkan bahwa ada satu set tulisan-tulisan Kristen yang agak mirip dengan apa yang sekarang menjadi Perjanjian Baru, yang mana mencakup keempat Injil dan menentang keberatan atasnya.[30] Jadi, sementara ada suatu ukuran yang baik tentang perdebatan dalam Gereja perdana atas kanon Perjanjian Baru, tulisan-tulisan penting tersebut telah diterima oleh hampir semua kalangan Kristen pada pertengahan abad ke-3.[31]

Gereja Timur

Bapa Gereja Aleksandria

Origen dari Aleksandria (184/5-253/4), salah seorang cendekiawan mula-mula yang terlibat dalam kodifikasi kanon Alkitab, memiliki latar belakang pendidikan yang baik dalam teologi Kristen maupun filsafat paganisme, namun secara anumerta dikutuk dalam Konsili Konstantinopel II tahun 553 karena beberapa ajarannya dianggap sesat. Kanon yang diajukan Origen mencakup semua kitab dalam kanon Perjanjian Baru saat ini kecuali empat kitab: Surat Yakobus, Surat Petrus yang Kedua, Surat Yohanes yang Kedua dan Ketiga.[32]

Ia juga memasukkan Gembala Hermas yang mana kemudian ditolak. Bruce M. Metzger, seorang akademisi keagamaan, menjelaskan upaya yang dilakukan Origen dengan mengatakan, "Proses kanonisasi yang direpresentasikan oleh Origen dilanjutkan dengan cara seleksi, beranjak dari banyak kandidat untuk disertakan lebih sedikit."[33] Hal ini merupakan upaya besar pertama untuk menyusun berbagai surat dan kitab tertentu sebagai ajaran yang terinspirasi dan berwibawa bagi Gereja perdana pada saat itu, meskipun tidak ada kejelasan apakah Origen menganggap daftarnya berwibawa bagi dirinya sendiri.

Dalam surat Paskah yang ditulisnya pada tahun 367, Patriark Athanasius dari Aleksandria memberikan sebuah daftar kitab yang persis sama dengan apa yang menjadi 27 kitab protokanonik Perjanjian Baru,[34] dan menggunakan ungkapan "yang dikanonisasi" (kanonizomena) berkenaan dengan kitab-kitab tersebut.[35] Athanasius juga memasukkan Kitab Barukh dan Surat Nabi Yeremia dalam kanon Perjanjian Lama yang diajukannya. Namun ia mengeluarkan Kitab Ester dari kanon ini.

Kanon-kanon Timur

Gereja-gereja Timur secara umum memiliki firasat yang lebih lemah dibandingkan dengan Barat berkenaan dengan kebutuhan untuk membuat suatu gambaran yang jelas terkait kanon Alkitab. Mereka lebih sadar akan adanya tingkatan kualitas rohaniah di antara kitab-kitab yang mereka terima (misalnya klasifikasi dari Eusebius; lihat pula Antilegomena) dan lebih jarang menegaskan bahwa kitab-kitab yang mereka tolak tidak memiliki kualitas rohaniah sama sekali. Sebagai contoh Konsili Quinisextum tahun 692, yang mana ditolak oleh Paus Sergius I[36] (lihat pula Pentarki), mengesahkan kanonisitas daftar-daftar tulisan berikut ini: Kanon Para Rasul (ca 385), Konsili Laodikia (ca 363), Konsili Kartago yang Ketiga (ca 397), dan Surat Paskah Athanasius yang ke-39 (367).[37] Dan selanjutnya daftar-daftar ini tidak disepakati. Demikian pula kanon-kanon Perjanjian Baru dari Gereja Suriah, Armenia, Georgia, Koptik Mesir, dan Ethiopia memiliki beberapa perbedaan kecil antara satu dengan yang lainnya.[38] Wahyu kepada Yohanes dikatakan sebagai salah satu kitab yang paling tidak pasti; di Timur, khiliasme dan Montanisme membuatnya dicurigai;[39] kitab tersebut tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Georgia sampai dengan abad ke-10, dan tidak pernah dimasukkan dalam leksionari resmi Gereja Ortodoks Timur sejak zaman Bizantium hingga saat ini.

Gereja Barat

Bapa Gereja Latin

Konsili pertama yang memberlakukan kanon Katolik seperti yang sekarang ini (Kanon Trente) mungkin adalah Sinode Hippo, di Afrika Utara, pada tahun 393. Sebuah ringkasan singkat tentang riwayat konsili tersebut dibacakan dan diberlakukan oleh Konsili Kartago pada tahun 397 dan 419.[40] Konsili-konsili ini berada di bawah pengaruh Agustinus dari Hippo, yang menganggap kanon tersebut ditutup sejak saat itu.[41] Konsili Roma tahun 382 di bawah otoritas Paus Damasus I, di mana Decretum Gelasianum dianggap berkaitan dengan konsili ini, mengeluarkan sebuah kanon Alkitab yang identik dengan yang disebutkan di atas,[34] atau, jika tidak, daftar tersebut sekurang-kurangnya merupakan kompilasi dari abad ke-6.[42] Penugasan oleh Paus Damasus I untuk mengerjakan Alkitab edisi Vulgata berbahasa Latin, ca 383, memiliki peranan penting dalam penetapan kanon di Barat.[43]

Dalam sebuah surat (ca tahun 405) kepada Eksuperius, seorang uskup dari Toulouse, Paus Innosensius I menyebutkan kitab-kitab suci yang telah diterima dalam kanon.[44] Ketika para uskup dan konsili ini berbicara tentang hal tersebut, mereka dipandang tidak mendefinisikan sesuatu yang baru, melainkan "mengesahkan apa yang telah menjadi pemikiran Gereja."[45] Sejak abad ke-4 telah ada suara bulat di Kekristenan Barat mengenai kanon Perjanjian Baru sebagaimana adanya saat ini.[46] Sementara pada abad ke-5 di Kekristenan Timur, dengan sedikit pengecualian, telah menerima Kitab Wahyu dan karenanya — sehubungan dengan kanon Perjanjian Baru — berada dalam keselarasan dengan Barat.[47]

Konsili Firenze

Halaman daftar isi dalam Alkitab Raja James lengkap 80 buku, mendaftarkan "Kitab-Kitab Perjanjian Lama", "Kitab-Kitab yang Disebut Apokrifa", dan "Kitab-Kitab Perjanjian Baru"

Sebelum Reformasi Protestan, Konsili Firenze (1439–1443) diadakan. Dengan persetujuan konsili ekumenis ini, Paus Eugenius IV (menjabat 1431–1447) mengeluarkan beberapa bulla kepausan (dekrit-dekrit) dengan tujuan memulihkan gereja-gereja Timur, yang dianggap Gereja Katolik sebagai badan-badan yang skismatis, kepada persekutuan dengan Roma. Para teolog Katolik menganggap dokumen-dokumen ini sebagai pernyataan-pernyataan yang infalibel tentang doktrin Katolik. Decretum pro Jacobitis berisi daftar lengkap dari kitab-kitab yang diterima oleh Gereja Katolik sebagai diilhamkan, tetapi tidak menggunakan istilah "kanon" dan "kanonik". Dengan demikian, Konsili Firenze mengajarkan pengilhaman dari seluruh Kitab Suci, tetapi tidak secara resmi membicarakan kanonisitas.[48][49]

Sebuah Alkitab Gutenberg dipajang di Perpustakaan Kongres Amerika Serikat.

Kanon Luther dan apokrifa

Martin Luther (1483–1546) berupaya mengeluarkan kitab Ibrani, Yakobus, Yudas, dan Wahyu dari kanon (sebagian karena alasan bahwa kitab-kitab tersebut dianggap bertentangan dengan doktrin Protestan tertentu seperti sola scriptura dan sola fide),[50] tetapi hal ini tidak diterima secara luas di kalangan para pengikutnya.

Saat ini kitab-kitab tersebut berada pada urutan terakhir dalam Alkitab Luther berbahasa Jerman.[50] Selain itu Luther memindahkan kitab-kitab yang kemudian disebut Deuterokanonika ke suatu bagian terpisah yang disebutnya Apokrifa.

Konsili Trente

Menanggapi tuntutan Martin Luther, Konsili Trente pada tanggal 8 April 1546 menetapkan kanon Alkitab Katolik seperti yang sekarang ini, yang menyertakan kitab-kitab deuterokanonika, dan keputusan tersebut dikonfirmasi dengan anatema melalui pemungutan suara (24 setuju, 15 tidak setuju, 16 abstain).[51] Konsili tersebut mengkonfirmasi daftar yang sama seperti yang dihasilkan dalam Konsili Firenze pada tahun 1442,[52] Konsili Kartago Augustinus pada tahun 397–419,[53] dan kemungkinan Konsili Roma Damasus pada tahun 382.[54][55] Kitab-kitab Perjanjian Lama yang telah ditolak Luther kemudian diberi istilah "deuterokanonik", tidak menandakan derajat pengilhaman yang lebih rendah, tetapi waktu penetapan yang lebih akhir. Vulgata Sisto-Klementina dalam bagian Apendiks disertakan beberapa buku yang dianggap sebagai apokrifa oleh konsili tersebut: Doa Manasye, 3 Esdras, dan 4 Esdras.[56]

Pengakuan-pengakuan iman Protestan

Beberapa pengakuan iman Protestan menyebutkan nama-nama dari 27 kitab dalam kanon Perjanjian Baru, termasuk Pengakuan Iman Prancis (1559),[57] Pengakuan Iman Belgia (1561), dan Pengakuan Iman Westminster (1647). Pengakuan Iman Helvetik Kedua (1562), menegaskan bahwa "kedua Perjanjian adalah Firman Allah yang sejati" dan merujuk pada De Civitate Dei karya Agustinus, pengakuan ini menolak kanonisitas Apokrifa.[58] Tiga Puluh Sembilan Pasal, yang diterbitkan oleh Gereja Inggris pada tahun 1563, menyebutkan nama kitab dalam Perjanjian Lama, tetapi tidak menyebutkan nama kitab dalam Perjanjian Baru. Pengakuan Iman Belgia[59] dan Pengakuan Iman Westminster menyebutkan nama dari 39 kitab dalam Perjanjian Lama dan, selain dari kitab-kitab Perjanjian Baru yang sudah disebutkan, secara tegas menolak kanonitas kitab-kitab lainnya.[60]

Epitome Formula Concord Lutheran tahun 1577 menyatakan bahwa bahwa Kitab Suci profetik dan apostolik hanya terdiri dari Perjanjian Lama dan Baru.[61] Luther sendiri tidak menerima kanonisitas Apokrifa meskipun ia percaya bahwa kitab-kitabnya "tidak setara dengan Kitab Suci, tetapi berguna dan baik untuk dibaca".[62] Leksionari Lutheran dan Anglikan terus menyertakan pembacaan dari Apokrifa.[63]

Kanon dari berbagai tradisi Kristen

Penetapan secara dogmatis atas kanon-kanon Alkitab belum dilakukan hingga Konsili Trente tahun 1546 (bagi Katolik Roma),[64] 39 Artikel tahun 1563 (bagi Gereja Inggris), Pengakuan Iman Westminster tahun 1647 (bagi Calvinisme), dan Sinode Yerusalem tahun 1672 (bagi Ortodoks Yunani). Tradisi lainnya, meskipun juga memiliki kanon-kanon tertutup, mungkin tidak dapat disebutkan waktunya secara tepat sehubungan dengan kapan kanon mereka masing-masing dianggap lengkap atau terselesaikan. Tabel-tabel di bawah ini menerminkan keadaan saat ini dari beragam kanon Kristen.

Perjanjian Lama

Semua tradisi Kristen utama menerima kewibawaan dan inspirasi ilahi dari seluruh kitab protokanon Ibrani. Selain itu, dari semua tradisi ini, kecuali Protestan, juga menambahkan berbagai kitab Deuterokanonika. Dalam beberapa Alkitab Protestan, terutama Alkitab Luther dan Alkitab Raja James berbahasa Inggris, mempertahankan banyak dari kitab Deuterokanonika ini sebagai bagian dari tradisi Gereja di dalam suatu bagian khusus yang disebut "Apokrifa".

Beberapa kitab yang tercantum di sini, seperti Perjanjian Kedua Belas Patriark bagi Gereja Apostolik Armenia, mungkin pernah menjadi suatu bagian penting dari tradisi Alkitab, yang mungkin masih memiliki posisi kehormatan, tetapi sudah tidak lagi dianggap sebagai bagian dari Alkitab. Kitab lainnya, seperti Doa Manasye bagi Gereja Katolik Roma, mungkin dimasukkan dalam naskah-naskah, tetapi tidak pernah meraih suatu tingkat kepentingan yang tinggi dalam tradisinya. Tidak ada kejelasan seputar tingkat kepentingan secara tradisi bagi kitab tertentu lainnya, seperti Mazmur 152–155 dan Mazmur dari Salomo dari Kekristenan Siria.

Seandainya kanon Alkitab Tewahedo Ortodoks dipertimbangkan juga, perlu dibuat beberapa pokok kejelasan. Kitab Ratapan, Yeremia, dan Barukh, termasuk Surat Nabi Yeremia dan 4 Barukh, semuanya dipandang kanonik oleh Gereja-gereja Tewahedo Ortodoks. Namun tidak selalu jelas bagaimana penyusunan atau pembagian tulisan-tulisan ini. Dalam beberapa daftar, semuanya mungkin dimuat dengan judul "Yeremia", sedangkan yang lain membaginya dengan berbagai cara ke dalam kitab-kitab terpisah. Kemudian Kitab Amsal dibagi menjadi dua kitab, yaitu Messale (Amsal 1–24) dan Tägsas (Amsal 25–31).

Selain itu, sementara Kitab Yobel dan Henokh cukup dikenal di kalangan akademisi Barat, tetapi tidak demikian halnya dengan 1–3 Makabian. Ketiga kitab Makabian tersebut sering kali disebut "Makabe Ethiopia", tetapi isinya sangat berbeda dengan Kitab Makabe yang dikenal dan/atau dikanonisasi dalam tradisi-tradisi lainnya. Yang terakhir, Kitab Joseph ben Gurion, atau Pseudo-Yosefus, merupakan suatu kisah sejarah orang-orang Yahudi yang diduga berdasarkan pada tulisan-tulisan Yosefus.[65] Versi Ethiopianya (Zëna Ayhud) memiliki 8 bagian dan termasuk dalam kanon yang lebih luas dari Tewahedo Ortodoks.[66][67]

Tradisi BaratTradisi Ortodoks TimurTradisi Ortodoks OrientalTradisi Asiria Timur
KitabProtestan
[O 1]
Katolik RomaOrtodoks YunaniOrtodoks SlaviaOrtodoks GeorgiaApostolik Armenia
[O 2]
Ortodoks SuriahOrtodoks KoptikTewahedo Ortodoks
[O 3]
Gereja Asiria dari Timur
Taurat
KejadianYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
KeluaranYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
ImamatYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
BilanganYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
UlanganYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
Sejarah
YosuaYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
Hakim-hakimYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
RutYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
1–2 SamuelYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
1–2 Raja-rajaYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
1–2 TawarikhYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
Doa ManasyeTidak
(Apokrifa)
[O 4]
Tidak – ada dlm. bbrp. naskahYa (?)
(bgn. dr. Syair Pujian)[O 5]
Ya (?)
(bgn. dr. Syair Pujian)[O 5]
Ya (?)
(bgn. dr. Syair Pujian)[O 5]
Ya (?)Ya (?)Ya (?)Ya
(bgn. dr. 2 Tawarikh)
Ya (?)
Ezra
(1 Ezra)
YaYa
1 Esdras
Ya
Esdras B'
Ya
1 Esdras
Ya
1 Ezra
Ya
1 Ezra
YaYaYaYa
Nehemia
(2 Ezra)
YaYa
2 Esdras
Ya
Esdras Γ'
YaYaYaYaYaYaYa
1 Esdras
(3 Ezra)
Tidak
1 Esdras
(Apokrifa)
Tidak
3 Esdras
(ada dlm. bbrp. naskah)
Ya
Esdras A'
Ya
2 Esdras
Ya
2 Ezra
Ya
2 Ezra
[O 6]
Tidak (?) – ada dlm. bbrp. naskahTidak – ada dlm. bbrp. naskahYa
Ezra Kali
Tidak (?) – ada dlm. bbrp. naskah
2 Esdras 3–14
(4 Ezra)

[O 7]
Tidak
2 Esdras
(Apokrifa)
Tidak
4 Esdras
(ada dlm. bbrp. naskah)
Tidak
(naskah Yunani hilang)
[O 8]
Tidak
3 Esdras
(lampiran)
Ya (?)
3 Ezra
Ya
3 Ezra
[O 6]
Tidak (?) – ada dlm. bbrp. naskahTidak – ada dlm. bbrp. naskahYa
Ezra Sutu'el
Tidak (?) – ada dlm. bbrp. naskah
2 Esdras 1–2; 15–16
(5–6 Ezra)

[O 7]
Tidak
(bgn. dr. apokrifon 2 Esdras)
Tidak
(bgn. dr. 4 Esdras)
Tidak
(naskah Yunani)
[O 9]
TidakTidakTidakTidakTidakTidakTidak
Ester[O 10]YaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
Tambahan EsterTidak
(Apokrifa)
YaYaYaYaYaYaYaYaYa
TobitTidak
(Apokrifa)
YaYaYaYaYaYaYaYaYa
YuditTidak
(Apokrifa)
YaYaYaYaYaYaYaYaYa
1 MakabeTidak
(Apokrifa)
YaYaYaYaYaYaYaTidakYa
2 MakabeTidak
(Apokrifa)
YaYaYaYaYaYaYaTidakYa
3 MakabeTidak
(Apokrifa)
[O 11]
TidakYaYaYaYa
[O 6]
YaTidak – ada dlm. bbrp. naskahTidakYa
4 MakabeTidakTidakTidak
(lampiran)
Tidak
(lampiran)
YaTidak
(tradisi awal)
Tidak (?) – ada dlm. bbrp. naskahTidak
(naskah Koptik)
TidakTidak (?) – ada dlm. bbrp. naskah
YobelTidakTidakTidakTidakTidakTidakTidakTidakYaTidak
HenokhTidakTidakTidakTidakTidakTidakTidakTidakYaTidak
1 MakabianTidakTidakTidakTidakTidakTidakTidakTidakYaTidak
2 dan 3 Makabian[O 12]TidakTidakTidakTidakTidakTidakTidakTidakYaTidak
Pseudo-Yosefus Ethiopik
(Zëna Ayhud)
TidakTidakTidakTidakTidakTidakTidakTidakYa
(kanon yg. lbh. luas)[O 13]
Tidak
Perang Yahudi VITidakTidakTidakTidakTidakTidakTidak – ada dlm. bbrp. naskah[O 14]TidakTidakTidak – ada dlm. bbrp. naskah[O 14]
Perjanjian Kedua Belas PatriarkTidakTidakTidak
(naskah Yunani)
TidakTidakTidak – ada dlm. bbrp. naskahTidakTidakTidakTidak
Yusuf dan AsnatTidakTidakTidakTidakTidakTidak – ada dlm. bbrp. naskahTidakTidakTidak
(tradisi awal?)
[O 15]
Tidak
Hikmat
AyubYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
Mazmur 1–150[O 16]YaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
Mazmur 151TidakTidak – ada dlm. bbrp. naskahYaYaYaYaYaYaYaYa
Mazmur 152-155TidakTidakTidakTidakTidakTidakYa (?)TidakTidakTidak (?) – ada dlm. bbrp. naskah
Mazmur Salomo[O 17]TidakTidakTidak – ada dlm. bbrp. naskahTidakTidakTidakTidak – ada dlm. bbrp. naskahTidakTidakTidak – ada dlm. bbrp. naskah
AmsalYaYaYaYaYaYaYaYaYa
(dlm. 2 kitab)
Ya
PengkhotbahYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
Kidung AgungYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
KebijaksanaanTidak
(Apokrifa)
YaYaYaYaYaYaYaYaYa
Sirakh (1–51)[O 18]Tidak
(Apokrifa)
Ya
[O 19]
YaYaYaYaYaYaYaYa
Doa Salomo
(Sirakh 52)
[O 20]
TidakTidak (?) – ada dlm. bbrp. naskahTidakTidakTidakTidakTidakTidakTidakTidak
Nabi-nabi Besar
YesayaYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
Kenaikan YesayaTidakTidakTidakTidakTidakTidak –
liturgis (?)
[O 21]
TidakTidakTidak –
Naskah Ethiopik
(tradisi awal?)
[O 22]
Tidak
YeremiaYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
Ratapan (1–5)YaYa
[O 23]
YaYaYaYaYaYaYa
(bgn. dr. Säqoqawä Eremyas)[O 24]
Ya
Ratapan Ethiopik (7:1–11,63)TidakTidakTidakTidakTidakTidakTidakTidakYa
(bgn. dr. Säqoqawä Eremyas)[O 24]
Tidak
BarukhTidak
(Apokrifa)
YaYaYaYaYaYaYaYa
[O 25][O 26]
Ya
Surat YeremiaTidak
(Apokrifa)
Ya
(Barukh 6)
YaYaYaYaYaYaYa
(bgn. dr. Säqoqawä Eremyas)
[O 27][O 24][O 26]
Ya
Apokalipsis Siria
dari Barukh
(2 Baruch 1–77)[O 28]
TidakTidakTidakTidakTidakTidakYa (?)TidakTidakTidak (?) – ada dlm. bbrp. naskah
Surat Barukh
(2 Barukh 78–87)[O 28]
TidakTidakTidakTidakTidakTidakYa (?)TidakTidakYa (?)
Apokalipsis Yunani
dari Barukh
(3 Barukh)[O 29]
TidakTidakTidak
(naskah Yunani)
Tidak
(naskah Slavonik)
TidakTidakTidakTidakTidakTidak
4 BarukhTidakTidakTidakTidakTidakTidakTidakTidakYa
(bgn. dr. Säqoqawä Eremyas)
Tidak
YehezkielYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
DanielYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
Tambahan Daniel[O 30]Tidak
(Apokrifa)
YaYaYaYaYaYaYaYaYa
Nabi-nabi Kecil
HoseaYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
YoelYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
AmosYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
ObajaYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
YunusYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
MikhaYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
NahumYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
HabakukYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
ZefanyaYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
HagaiYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
ZakhariaYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
MaleakhiYaYaYaYaYaYaYaYaYaYa
Catatan tabel

Perjanjian Baru

Dalam berbagai denominasi Kristen, kanon Perjanjian Baru pada umumnya disepakati sejumlah 27 kitab. Namun cara pengurutan kitab-kitab tersebut mungkin berbeda di antara berbagai tradisi. Sebagai contoh, dalam tradisi Lutheran, Slavonik, Tewahedo Ortodoks, Siria, dan Armenia, urutan kitab-kitab Perjanjian Baru berbeda dengan apa yang dianggap sebagai pengaturan standar. Perjanjian Baru dalam Alkitab Protestan di Rusia dan Ethiopia biasanya mengikuti cara pengurutan Ortodoks setempat. Gereja Ortodoks Siria dan Gereja Asiria dari Timur mengikuti tradisi liturgis Pesyita, yang mana secara historis tidak memasukkan kelima kitab Antilegomena Perjanjian Baru: 2 Yohanes, 3 Yohanes, 2 Petrus, Yudas, dan Wahyu. Tetapi kitab-kitab itu dimasukkan dalam Alkitab tertentu dari tradisi Siria modern.

Karya-karya Perjanjian Baru lainnya yang secara umum dianggap apokrif tetap dimuat dalam beberapa Alkitab dan naskah. Sebagai contoh, Surat kepada Jemaat di Laodikia[68] dimasukkan dalam berbagai naskah Vulgata Latin, dalam delapan belas Alkitab Jerman sebelum terjemahan Luther, dan juga dalam sejumlah Alkitab Inggris awal seperti Alkitab Gundulf dan terjemahan Inggris dari John Wycliffe; bahkan, pada tahun 1728, William Whiston menganggapnya sebagai surat Paulus yang asli. Demikian pula Surat Paulus yang Ketiga kepada Jemaat di Korintus[69] pernah dipandang sebagai bagian dari Alkitab Ortodoks Armenia,[70] namun sudah tidak dicetak lagi dalam edisi-edisi modern. Dalam tradisi Ortodoks Siria, Surat Paulus yang Ketiga kepada Jemaat di Korintus juga memiliki arti sejarah yang penting. Baik Afrahat maupun Efraim dari Siria menjunjung tinggi surat tersebut dan memperlakukannya seakan-akan kanonik.[71] Namun surat tersebut dikeluarkan dari Pesyita dan akhirnya dikeluarkan seluruhnya dari kanon.

Didache,[72] Gembala Hermas,[73] dan tulisan lainnya yang dikaitkan dengan para Bapa Apostolik, pernah dianggap suci oleh berbagai Bapa Gereja awal. Tulisan-tulisan tersebut masih dihormati dalam beberapa tradisi, meskipun tidak lagi dianggap kanonik. Namun kitab-kitab kanonik tertentu dalam tradisi Tewahedo Ortodoks berasal dari tulisan-tulisan para Bapa Apostolik serta Pengajaran Gereja Kuno. Gereja-gereja Tewahedo Ortodoks mengakui delapan kitab tambahan Perjanjian Baru ini dalam kanonnya yang lebih luas. Kitab-kitab tersebut yaitu: 4 kitab "Sinodos" (praktik menggereja), 2 "Kitab Kovenan", "Klemens Ethiopik", dan "Didaskalia Ethiopik" (Ordinansi-Gereja Apostolik).[74]

KitabTradisi ProtestanTradisi Katolik RomaTradisi Ortodoks TimurTradisi Apostolik Armenia
[N 1]
Tradisi Ortodoks KoptikTradisi Tewahedo OrtodoksTradisi Kristen Siria
Injil kanonik[N 2]
MatiusYaYaYaYaYaYaYa[N 3]
Markus[N 4]YaYaYaYaYaYaYa[N 3]
LukasYaYaYaYaYaYaYa[N 3]
Yohanes[N 4][N 5]YaYaYaYaYaYaYa[N 3]
Sejarah kerasulan
Kisah[N 4]YaYaYaYaYaYaYa
Kisah Paulus dan Tekla[N 6][75][76]TidakTidakTidakTidak
(tradisi awal)
TidakTidakTidak
(tradisi awal)
Surat-surat Paulus
RomaYaYaYaYaYaYaYa
1 KorintusYaYaYaYaYaYaYa
2 KorintusYaYaYaYaYaYaYa
Korintus kepada Paulus dan 3 Korintus[N 6][N 7]TidakTidakTidakTidak – ada dlm. bbrp. naskahTidakTidakTidak
(tradisi awal)
GalatiaYaYaYaYaYaYaYa
EfesusYaYaYaYaYaYaYa
FilipiYaYaYaYaYaYaYa
Surat KoloseYaYaYaYaYaYaYa
LaodikiaTidak – ada dlm. bbrp. edisi[N 8]Tidak – ada dlm. bbrp. naskahTidakTidakTidakTidakTidak
1 TesalonikaYaYaYaYaYaYaYa
2 TesalonikaYaYaYaYaYaYaYa
1 TimotiusYaYaYaYaYaYaYa
2 TimotiusYaYaYaYaYaYaYa
TitusYaYaYaYaYaYaYa
FilemonYaYaYaYaYaYaYa
Surat-surat Umum
IbraniYa[N 9]YaYaYaYaYaYa
YakobusYa[N 9]YaYaYaYaYaYa
1 PetrusYaYaYaYaYaYaYa
2 PetrusYaYaYaYaYaYaYa[N 10]
1 Yohanes[N 4]YaYaYaYaYaYaYa
2 YohanesYaYaYaYaYaYaYa[N 10]
3 YohanesYaYaYaYaYaYaYa[N 10]
YudasYa[N 9]YaYaYaYaYaYa[N 10]
Apokalipsis[N 11]
WahyuYa[N 9]YaYaYaYaYaYa[N 10]
Bapa Apostolik[N 12] dan Pengajaran Gereja[N 13]
1 Klemens[N 14]Tidak
(Kodeks Alexandrinus dan Hierosolymitanus)
2 Klemens[N 14]Tidak
(Kodeks Alexandrinus dan Hierosolymitanus)
Gembala Hermas[N 14]Tidak
(Kodeks Sinaiticus)
Surat Barnabas[N 14]Tidak
(Kodeks Hierosolymitanus dan Sinaiticus)
Didache[N 14]Tidak
(Kodeks Hierosolymitanus)
Ser`atä Seyon
(Sinodos)
TidakTidakTidakTidakTidakYa
(kanon yg. lbh. luas)
Tidak
Te'ezaz
(Sinodos)
TidakTidakTidakTidakTidakYa
(kanon yg. lbh. luas)
Tidak
Gessew
(Sinodos)
TidakTidakTidakTidakTidakYa
(kanon yg. lbh. luas)
Tidak
Abtelis
(Sinodos)
TidakTidakTidakTidakTidakYa
(kanon yg. lbh. luas)
Tidak
Kitab
Kovenan 1

(Mäshafä Kidan)
TidakTidakTidakTidakTidakYa
(kanon yg. lbh. luas)
Tidak
Kitab
Kovenan 2

(Mäshafä Kidan)
TidakTidakTidakTidakTidakYa
(kanon yg. lbh. luas)
Tidak
Klemens Ethiopik
(Qälëmentos)[N 15]
TidakTidakTidakTidakTidakYa
(kanon yg. lbh. luas)
Tidak
Didaskalia Ethiopik
(Didesqelya)[N 15]
TidakTidakTidakTidakTidakYa
(kanon yg. lbh. luas)
Tidak
Catatan tabel

Lihat pula

Referensi

Pustaka

Bacaan Lanjutan

  • Barnstone, Willis (ed.) The Other Bible: Ancient Alternative Scriptures. HarperCollins, 1984, ISBN 978-0-7394-8434-0.
  • Childs, Brevard S., The New Testament as Canon: An Introduction ISBN 0-334-02212-6
  • Gamble, Harry Y., The New Testament Canon: Its Making and Meaning ISBN 0-8006-0470-9
  • McDonald, Lee Martin, Forgotten Scriptures. The Selection and Rejection of Early Religious Writings, 2009, ISBN 978-0-664-23357-0
  • McDonald, Lee Martin, The Formation of the Christian Biblical Canon ISBN 0-687-13293-2
  • McDonald, Lee Martin, Early Christianity and Its Sacred Literature ISBN 1-56563-266-4
  • McDonald, Lee Martin, The Biblical Canon: Its Origin, Transmission, and Authority ISBN 978-1-56563-925-6
  • McDonald, Lee Martin, and James A. Sanders (eds.) The Canon Debate ISBN 1-56563-517-5
  • Metzger, Bruce Manning, The Canon of the New Testament: Its Origin, Development, and Significance ISBN 0-19-826180-2
  • Souter, Alexander, The Text and Canon of the New Testament, 2nd. ed., Studies in theology; no. 25. London: Duckworth (1954)
  • Stonehouse, Ned Bernhard, The Apocalypse in the Ancient Church: A Study in the History of the New Testament Canon, 1929
  • Taussig, Hal A New New Testament: A Bible for the 21st Century Combining Traditional and Newly Discovered Texts, 2013
  • Wall, Robert W., The New Testament as Canon: A Reader in Canonical Criticism ISBN 1-85075-374-1
  • Westcott, Brooke Foss, A General Survey of the History of the Canon of the New Testament, 4th. ed, London: Macmillan (1875)

Pranala luar