Boeing 747-400

Pesawat berbadan lebar

Boeing 747-400 adalah pesawat jet berbadan lebar yang diproduksi oleh Boeing Commercial Airplanes sebagai pembaruan dari seri Boeing 747 pendahulunya. Bermula dari program "Advanced Series 300" yang diumumkan pada September 1984 di acara Pertunjukan Udara Farnborough, Boeing menargetkan 747-400 dapat mengurangi biaya operasional hingga 10% dengan mesin yang lebih efisien dan jangkauan terbang yang lebih jauh 1.850 km. Northwest Airlines menjadi maskapai pertama yang memesan dengan pesanan sebanyak 10 pesawat pada 22 Oktober 1985. Pesawat 747-400 pertama diluncurkan pada 26 Januari 1988 dan melakukan penerbangan perdana pada 29 April 1988. Sertifikat kelaikan diraih pada 9 Januari 1989 dan memasuki layanan operasional dengan Northwest Airlines pada 9 Februari 1989.

Boeing 747-400
Boeing 747-400 Virgin Atlantic Airways
JenisPesawat jet berbadan lebar
Negara asalAmerika Serikat
PembuatBoeing Commercial Airplanes
Penerbangan perdana29 April 1988
Diperkenalkan9 Februari 1989 dengan Northwest Airlines
StatusTidak diproduksi
Pengguna utamaAtlas Air
Dibuat
  • Varian penumpang: 1988–2005[1]
  • Varian kargo: 1993–2009
  • Varian kombi: 1989–2002
Jumlah694[2]
Dikembangkan dariBoeing 747-300
Varian
Dikembangkan menjadiBoeing 747-8

Boeing 747-400 mempertahankan kerangka 747 sebelumnya, termasuk dek atas yang lebih panjang seperti pada 747-300, dengan tambahan winglet setinggi 1,8 m di kedua ujung sayapnya. Boeing 747-400 menawarkan tiga pilihan mesin yang ditingkatkan: Pratt & Whitney PW4000, General Electric CF6-80C2, atau Rolls-Royce RB211-524G/H. Desain kokpit kaca menghilangkan peran flight engineer pada 747-400. Pesawat ini dapat membawa 416 penumpang dalam konfigurasi tiga kelas dengan jangkauan terbang sejauh 13.490 km dan berat maksimum lepas landas sebesar 397.000 kg.

Varian 747-400M "kombi" diluncurkan pada bulan Juni 1989. Varian 747-400D "domestik" untuk penerbangan domestik Jepang, tanpa winglet, memasuki layanan operasional pada 22 Oktober 1991. Varian 747-400F kargo, tanpa pemanjangan dek atas, melakukan penerbangan perdana pada bulan Mei 1993. Dengan berat maksimum lepas landas yang ditingkatkan menjadi 410.000 lb, varian jarak yang lebih jauh memasuki layanan operasional sebagai 747-400ERF kargo pada Oktober 2002 dan disusul oleh 747-400ER penumpang beberapa bulan kemudian. 747 LCF merupakan 747-400 konversi kargo berukuran ekstra besar yang didesain untuk mengirimkan komponen Boeing 787 Dreamliner. Beberapa 747-400 telah digunakan sebagai pesawat khusus VIP atau untuk keperluan khusus lainnya seperti pesawat uji menembak dengan laser YAL-1 atau peluncur orbit ulang-alik dari udara Cosmic Girl.

Boeing 747-400 menjadi seri Boeing 747 yang paling banyak terjual dengan 694 pengiriman dalam kurun waktu 20 tahun dari 1989 hingga 2009.[3] Pesaing terdekatnya adalah pesawat yang berukuran lebih kecil, McDonnell Douglas MD-11 bermesin tiga dan Airbus A340 bermesin empat. Seri 747-400 telah dikembangkan menjadi 747-8, diperkenalkan pada tahun 2011, yang memiliki badan lebih panjang dan dengan sejumlah peningkatan. Pada akhir 2010-an, 747-400 yang sudah menua mulai digantikan oleh pesawat jet berbadan lebar jarak jauh bermesin ganda seperti Boeing 777, 787, dan Airbus A350. Pada tahun 2021, China Airlines memensiunkan 747-400 varian penumpang terakhirnya, yang juga merupakan salah satu 747-400 terakhir yang diproduksi enam belas tahun sebelumnya.[4]

Pengembangan

Latar belakang

Gambaran desain eksterior 747-400

Sejak diperkenalkan pada tahun 1969, Boeing 747 telah meraih kesuksesan besar dengan banyak maskapai penerbangan dan khalayak umum.[5] Sebagai pesawat jet berbadan lebar pertama di dunia, 747 telah merevolusi perjalanan udara dan memperkuat dominasi Boeing di pasar pesawat penumpang.[6] Pada tahun 1980, Boeing mengumumkan 747-300, seri 747 terbaru pada saat itu yang memiliki kapasitas penumpang yang lebih besar. Hal itu dimungkinkan dengan menstandardisasi pemanjangan dek atas (Stretched Upper Deck/SUD), yang sebelumnya menjadi opsi pada seri 747-200.[7] Ukuran dek atas 747 dengan opsi SUD lebih panjang daripada dek atas 747 aslinya. Di samping kapasitas penumpang yang lebih besar, 747-300 tidak menawarkan peningkatan jangkauan terbang, teknologi kokpit, maupun bahan konstruksinya.[8] Pada saat yang bersamaan, 747 menjadi semakin mahal untuk dioperasikan karena beberapa faktor, seperti sistem kendali penerbangan yang masih konvensional, harus dioperasikan dengan tiga awak kokpit, dan biaya bahan bakar yang lebih tinggi.[5]

Pada tahun 1982, Boeing memperkenalkan model 757 dan 767 sebagai pesawat penumpang jet bermesin ganda yang menggunakan kokpit kaca, mesin yang baru, dan bahan konstruksi yang lebih maju. Pada saat yang bersamaan, hasil penjualan 747-100, -200, -300, dan SP secara kolektif melampaui angka 700, namun pesanan baru mulai menurun secara drastis.[9] Pengenalan 747-300 tidak banyak menghasilkan keuntungan untuk menekan kerugian, dan Boeing sendiri menghadapi persaingan dari pabrikan pesawat lain dengan desain yang lebih modern. Hasilnya, Boeing mulai mempertimbangkan sebuah peningkatan yang lebih signifikan terhadap 747.[8]

Pada awal tahun 1984, pejabat resmi Boeing telah mengidentifikasi lima tujuan untuk meningkatkan 747 terbaru: teknologi yang baru, kabin yang ditingkatkan, jangkauan terbang yang lebih jauh 1.900 km, mesin yang lebih efisien, dan biaya operasional yang lebih rendah 10%.[8] Pada bulan September 1984, Boeing mengumumkan pengembangan turunan 747 terbaru, "Advanced Series 300", di Pertunjukan Udara Farnborough.[8] Pada 22 Oktober 1985, Northwest Airlines menjadi maskapai pertama yang memesan 747-400 dengan pesanan sebanyak 10 pesawat.[10] Cathay Pacific, KLM, Lufthansa, Singapore Airlines, dan British Airways juga mengumumkan pesanan 747-400 beberapa bulan kemudian, disusul oleh United Airlines, Air France, dan Japan Airlines.[10]

Upaya desain

Kokpit kaca terkomputerisasi pada 747-400

Tujuh maskapai pemesan pertama, yaitu British Airways, Cathay Pacific, KLM, Lufthansa, Northwest Airlines, Qantas, dan Singapore Airlines, membentuk grup konsultan untuk membantu Boeing dalam proses desain 747-400.[11] Meskipun pesawat ini direncanakan sebagai peningkatan dari segi teknologi, Boeing pada awalnya mengajukan perubahan minimal pada desain pesawat agar dapat mengurangi biaya pengembangan dan mempertahankan kemiripan dengan seri yang sudah ada.[11] Maskapai yang bergabung dengan grup konsultan menginginkan perubahan yang lebih maju, termasuk kokpit kaca yang dioperasikan dua pilot. Sebagai hasil dari masukan tersebut, desain kokpit digital 747-400 menggunakan teknologi layar tabung sinar katode (CRT) yang pertama kali digunakan pada 757 dan 767. Sistem pilot otomatis juga diubah menjadi seperti pada 757 dan 767; pada 747-400 sebuah pembaruan perangkat lunak ditambahkan untuk mengaktifkan mode 'intervensi ketinggian jelajah'.[12]:145

Tambahan winglet pada ujung sayap 747-400

Bentang sayap 747-400 diperpanjang 5,2 m dari seri 747 pendahulunya dengan ujung sayap yang lebih panjang. Untuk mengurangi hambatan aerodinamis, kedua sayap dipasang dengan winglet setinggi 1,8 m.[13] Meskipun lebih panjang, sayap 747-400 lebih ringan 2.700 kg karena menggunakan bahan aluminium paduan.[13] Ekor horizontal pesawat juga didesain ulang untuk memuat tangki bahan bakar berkapasitas 12.000 liter, menghasilkan jangkauan terbang tambahan sejauh 650 km, dan rudder travel-nya diperbesar 30 derajat.[13] Roda pendaratannya didesain ulang dengan roda yang lebih besar dan rem dari bahan karbon.[13] Perubahan pada interior pesawat termasuk kabin yang didesain ulang dengan bahan dan setelan yang lebih baru.[14]

Mesin terbaru yang ditawarkan pada 747-400 adalah Pratt & Whitney PW4000, General Electric CF6-80C2B1F, dan Rolls-Royce RB211-524G/H.[13] Kesemua mesin tersebut menawarkan konsumsi bahan bakar yang lebih rendah dan daya dorong yang lebih besar, bersama dengan sistem FADEC yang mengatur kinerja mesin untuk meningkatkan efisiensi dibandingkan seri 747 pendahulunya.[13] Sebuah auxiliary power unit (APU) baru yang diproduksi oleh Pratt & Whitney Canada dipilih untuk memberikan dukungan daya bagi 747-400 ketika di darat, dengan menekan penggunaan bahan bakar hingga 40% dibandingkan desain APU sebelumnya.[13]

Produksi dan pengujian

Pada bulan September 1987, perakitan akhir 747-400 pertama dimulai di pabrik Boeing Everett, pabrik yang sama dimana Boeing merakit seri 747 pendahulunya.[14] Lebih dari lima puluh persen komponen pesawat diproduksi oleh subkontraktor, dengan struktur utama, nasel mesin, dan beberapa bagian kecil diproduksi oleh Northrop, dan rangka badan dek atas oleh Daewoo.[15] Seluruh komponen disatukan selama proses perakitan akhir di pabrik Boeing Everett. Pesawat pertama diselesaikan pada akhir 1987 menggunakan mesin PW4000.[14] Pada 26 Januari 1988, 747-400 pertama diluncurkan dari pabrik Boeing Everett, sedangkan 737-400 pertama diluncurkan dari pabrik Boeing Renton pada hari yang sama, menjadikan hari itu sebagai kali pertama dimana dua pesawat jet penumpang diluncurkan secara bersamaan dalam sejarah Boeing.[14] Pada saat peluncurannya, 747-400 telah mendapatkan lebih dari 100 pesanan.[14]

Boeing Field, salah satu lokasi pengujian 747-400

747-400 melakukan penerbangan perdana pada 29 April 1988, di bawah komando pilot uji James Loesch dan kopilot Kenneth Higgins.[16] Penerbangan perdana tersebut terlambat enam minggu dari jadwal karena masalah pada pengiriman komponen dari subkontraktor dan penyelesaian masalah pada sistem elektronik pesawat.[14] Penerbangan perdana itu lepas landas dari Paine Field, lokasi pabrik Everett, dan mendarat di Boeing Field di selatan Seattle dalam waktu 2 jam 26 menit.[16] Program uji terbang 747-400 menggunakan empat pesawat pertama yang diproduksi. Satu pesawat uji masing-masing menggunakan mesin CF6-80C2B1F dan RB211-524G/H, sedangkan dua lainnya menggunakan mesin PW4000. Satu pesawat uji dijadikan sebagai cadangan.[16] Sertifikat kelaikan dari Federal Aviation Administration (FAA) diraih pada 9 Januari 1989 untuk mesin Pratt & Whitney PW4000, 18 Mei 1989 untuk General Electric CF6-80C2, dan 8 Juni 1989 untuk Rolls-Royce RB211-524G.

Selama program uji terbang berlangsung, Boeing mengalami masalah pada proses produksi 747-400, menyebabkan Boeing untuk memberitahukan penundaan pengiriman hingga satu bulan untuk 20 pesawat pertama.[14] Penyebab utama dari penundaan tersebut adalah kesulitan pada konfigurasi interior yang ditawarkan kepada maskapai, mulai dari penempatan toilet, dapur kabin hingga pemilihan warna peringatan di kabin.[14] Ditambah dengan pekerja yang masih baru dan cenderung tidak berpengalaman, kurangnya teknisi yang berpengalaman, dan masalah yang muncul pada proses integrasi sistem elektronik kokpit, produksi 747-400 mundur melewati jadwal seharusnya.[14] Boeing baru dapat menyelesaikan masalah awal produksi pada pertengahan tahun 1989.[14]

Memasuki layanan dan operasional

Northwest Airlines menjadi maskapai pertama yang mengoperasikan 747-400

Pesawat 747-400 pertama (N661US) dikirimkan kepada Northwest Airlines. N661US kemudian dioperasikan Delta Air Lines setelah Northwest melakukan merger dengan Delta hingga akhirnya dipensiunkan dan dipamerkan di Delta Flight Museum.[17] Pada 31 Mei 1989, Singapore Airlines mengoperasikan penerbangan internasional pertama menggunakan 747-400 dari Singapura menuju London.[18]

Pada bulan Mei 1989, satu minggu sebelum pengiriman perdana 747-400 kepada maskapai KLM, Boeing dikejutkan dengan keputusan Joint Aviation Authorities (JAA) yang menolak memberikan sertifikasi kepada 747-400. Penolakan tersebut disebabkan oleh kekhawatiran terhadap ketahanan lantai kabin dek atas yang dapat runtuh jika terjadi dekompresi.[14] Meskipun Boeing menegaskan lantai dek atas 747-400 tidak berbeda dari 747-300, JAA menekankan model terbaru akan beroperasi hingga 2020 dan lebih lama, sehingga standar baru yang lebih ketat harus diterapkan untuk mencegah risiko dari alat peledak.[19] Menjelang hari pengiriman perdana kepada KLM, negosiasi yang dilakukan Boeing, FAA, dan JAA menghasilkan keputusan dimana sertifikat operasi sementara akan diberikan kepada 747-400, namun Boeing harus mengembangkan peningkatan struktural terhadap pesawat dalam waktu dua tahun.[19] Kesepakatan di saat-saat terakhir tersebut memungkinkan KLM dan Lufthansa untuk menerima 747-400 mereka tanpa penundaan lebih lanjut.[19]

Setelah pengiriman awal 747-400, Boeing mulai memproduksi varian lain dari seri pesawat ini. Varian 747-400M "kombi" yang mampu membawa penumpang dan kargo diluncurkan pada bulan Juni 1989. Varian 747-400D "domestik", varian jarak pendek untuk penerbangan domestik di Jepang, melakukan penerbangan perdana pada 18 Maret 1991 dan memasuki layanan operasional dengan Japan Airlines pada 22 Oktober 1991. Varian 747-400F, khusus kargo, melakukan perdana pada bulan Mei 1993 dan selanjutnya dikirimkan kepada Cargolux.[19] Pada akhir tahun 1990-an, Boeing memproduksi empat varian dari seri 747-400.

Pengembangan lanjutan

Qantas mulai mengoperasikan 747-400ER pada bulan November 2002

Varian kargo yang mampu terbang lebih jauh, 747-400ERF, memasuki layanan operasional pada bulan Oktober 2002. Satu bulan kemudian, varian penumpang yang mampu terbang lebih jauh, 747-400ER, memasuki layanan operasional dengan Qantas, satu-satunya maskapai yang memesan 747-400ER varian penumpang. Qantas pada awalnya menggunakan 747-400ER pada rute Melbourne menuju Los Angeles dan Dallas menuju Sydney, yang memungkinkan kedua penerbangan tersebut diisi muatan penuh penumpang dan kargo. Sebelum kehadiran 747-400ER, Qantas harus mengosongkan kabin paling belakang dari 747-400 dan membatasi jumlah penumpang dan kargo. Interior kabin 747-400ER menggunakan desain Boeing Signature Interior yang kemudian tersedia pada 747-400 yang sudah diproduksi maupun yang baru diproduksi di pabrik.

747-400ER juga memperkenalkan peningkatan pada teknologi kokpit, termasuk penggunaan layar penampil kristal cair (LCD) yang menggantikan tabung sinar katode (CRT) pada 747-400. LCD kemudian menjadi standar pada 747-400 baru dan dapat dipasang pada pesawat yang sudah diproduksi. Tiga layar standby pada 747-400 juga digantikan oleh satu tampilan LCD, yaitu dengan layar standby terintegrasi (ISFD), yang juga menjadi standar pada seri 747-400 pada akhir tahun 2003.[20]

Pada tahun 2000-an, sebagai bagian dari upaya untuk mempromosikan pengembangan bahan bakar alternatif yang berkelanjutan, dan juga emisi bahan bakar yang lebih rendah, sejumlah pengguna 747-400 melakukan studi terhadap penggunaan minyak dari tanaman jarak. Maskapai Air New Zealand melakukan penerbangan menggunakan minyak jarak sebagai pengganti avtur; salah satu mesin dari sebuah 747-400 membakar campuran 50% minyak jarak dan 50% avtur selama dua jam ketika penerbangan berlangsung dan mengumpulkan informasi dari uji coba tersebut. Jarak sangat mudah untuk tumbuh, memerlukan sedikit pupuk atau air, dan menghasilkan tanaman yang kaya akan minyak.[21]

Pada tahun 2007, harga satu unit 747-400/-400ER adalah 234 atau 266,5 juta dolar AS, dan untuk 747-400F/-400ERF adalah 238 atau 268 juta dolar AS.[22] Produksi 747-400 varian penumpang secara resmi berakhir pada 15 Maret 2007.[1] Empat 747-400 dalam pesanan dibatalkan oleh Philippine Airlines yang menukar pesanannya dengan 777-300ER. Pesanan terakhir 747-400 dilakukan oleh China Airlines pada bulan November 2002, dengan 747-400 penumpang terakhir diproduksi pada tahun 2005 dan dikirimkan pada bulan April di tahun yang sama.[1] Pesawat tersebut merupakan 747 ke-1358 yang diproduksi (MSN33737/B-18215).[23] Pesawat seri 747-400 terakhir yang diproduksi adalah sebuah 747-400ERF yang dikirimkan kepada Kalitta Air pada 22 Desember 2009.[3]

Penghapusan armada

Nilai jual, beli, dan sewa 747-400 telah menurun tajam karena pesawat ini relatif mahal untuk dioperasikan. Dengan banyaknya 747-400 yang mencapai umur lebih dari 20 tahun, banyak maskapai yang mulai memensiunkan 747-400 dari armadanya. Maskapai yang sebelumnya mengoperasikan 747-400 telah menggantinya dengan pesawat yang lebih efisien bahan bakar. Daya tarik utama dari 747-400, seperti pendahulunya, adalah jangkauan terbangnya, bukan kapasitas angkutnya, dan pada banyak kasus hal ini telah tergantikan oleh pesawat berbadan lebar bermesin ganda dengan jangkauan terbang yang sama, seperti Boeing 777 dan 787 Dreamliner. Perubahan operasional maskapai dari yang awalnya hub and spoke menjadi point-to-point juga semakin mengurangi kebutuhan pesawat jet berukuran besar.[24] Maskapai penerbangan seperti British Airways dan Qantas yang berencana untuk mempertahankan kapasitas yang sama pada rute yang dioperasikan 747-400 lebih memilih Airbus A380 daripada 747-8, penerus langsung dari 747-400.

Sejumlah maskapai telah memensiunkan 747-400 mereka dari penerbangan lintas samudra. Pengguna 747-400 yang tersisa di rute lintas samudra pada tahun 2014 termasuk EVA Air, Qantas, Virgin Atlantic, British Airways, dan United Airlines. Penggunaan 747-400 di United Airlines juga mencerminkan perubahan operasional pesawat ini dari yang sebelumnya berfokus di rute Asia Pasifik menjadi domestik.[25] Pada 11 Januari 2017, United mengumumkan dimulainya penghapusan armada 747-400 dan resmi mengakhiri operasionalnya pada 7 November di tahun yang sama.[26][27] Delta Air Lines menjadi maskapai Amerika Serikat terakhir yang mengoperasikan Boeing 747 setelah memensiunkan armada 747-400 terakhirnya pada bulan Desember 2017.[28]

Pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia mempercepat pensiunnya seluruh Boeing 747-400 varian penumpang yang tersisa karena penurunan tajam jumlah penumpang.[29] Sebagai contoh, KLM memensiunkan armada 747-400 "kombi" dan penumpang pada bulan Maret 2020. Qantas mengumumkan penghapusan seluruh armada Boeing 747-nya pada akhir tahun 2020 dan menggantinya dengan Boeing 787-9. China Airlines juga mengumumkan penghapusan empat 747-400 varian penumpang yang tersisa pada akhir tahun 2020 akibat pandemi COVID-19 dan menggantinya dengan Airbus A350-900 dan Boeing 777-300ER. Namun, China Airlines belum memensiunkan 747-400 varian penumpang terakhirnya hingga bulan Februari 2021. British Airways memensiunkan 31 Boeing 747-400 yang tersisa empat tahun lebih cepat dari yang semula direncanakan pada tahun 2024.[30]

Desain

Badan pesawat 747-400 memiliki sayap yang lebih panjang dan lebih ringan daripada 747 seri pendahulunya, ditambah dengan winglet. Winglet memberikan peningkatan sebesar 3% pada penerbangan jarak jauh, meningkatkan kinerja lepas landas, dan ketinggian jelajah yang lebih tinggi.[13] Bentang sayap yang lebih panjang juga menambah bagian leading edge flap.[13] Berat kosong badan 747-400 lebih rendah daripada seri pendahulunya, namun jika ditambahkan modifikasi badannya menjadi lebih kuat tetapi juga lebih berat.[31] Roda pendaratannya menggunakan konfigurasi yang sama seperti 747 seri pendahulunya, namun sistem pengeremannya menggunakan bahan dasar karbon sebagai pengganti baja, dan beratnya secara keseluruhan lebih ringan 820 kg.[31]

Kokpit kaca pada 747-400 menggunakan layar CRT yang menampilkan instrumen penerbangan, bersama dengan alat diagnostik Sistem indikasi mesin dan peringatan bagi awak (EICAS).[11] Tempat bagi flight engineer yang tersedia di seri 747 pendahulunya dihilangkan, dan tampilan layar baru serta tata letak yang disederhanakan menghasilkan pengurangan dua pertiga dari tombol, lampu, dan alat indikator dibandingkan 747 seri pendahulunya.[11] Sistem lain yang dimasukkan termasuk komputer manajemen penerbangan (FMC) buatan Honeywell yang membantu pilot dalam menghitung ketinggian dan rute optimal dan juga komputer pusat pemeliharaan (CMC) yang melakukan tugas penyelesaian masalah secara otomatis.[11]

Interior 747-400 didesain ulang sehingga memiliki panel dinding kabin yang baru, kaca fenolik tahan panas, panel dari karbon komposit, dan tempat penyimpanan bagasi kabin di atas kepala yang lebih luas.[14] Kerangka kerja sistem hiburan di pesawat juga ditingkatkan, disebut sebagai Advanced Cabin Entertainment/Service Systems (ACESS), yang mengintegrasikan 18 saluran suara kabin, empat zona interkom kabin penumpang, telepon dalam kabin, dan lampu kabin penumpang dalam satu sistem terpadu.[32] Sebuah tempat tidur khusus awak pesawat yang bisa ditempati delapan orang dipasang di kabin belakang, sedangkan tempat tidur awak lainnya berada di dek atas tepat di belakang kokpit.[32]

Beberapa 747-400 terakhir yang dikirimkan memiliki interior kabin dengan desain Boeing Signature Interior yang diturunkan dari Boeing 777.[33]

Varian

747-400

Singapore Airlines menjadi pengguna 747-400 pertama di luar Amerika Serikat

Varian pertama dari keluarga seri 747-400, yaitu 747-400 varian penumpang standar, diluncurkan dengan bentang sayap yang lebih panjang, winglet, mesin yang baru, dan kokpit kaca yang menghapus peran flight engineer. Varian ini juga menggunakan dek atas yang lebih panjang, sama seperti pada 747-300. Varian ini menjadi varian yang paling banyak terjual dengan 442 unit yang dibuat.

Pada tahun 1989, Qantas menerima pengiriman 747-400 pertamanya (VH-OJA) dengan melakukan penerbangan langsung dari London menuju Sydney sejauh 18.001 km dalam waktu 20 jam 9 menit untuk mencatatkan rekor jarak penerbangan komersial terjauh.[34][35] Hingga 2014, penerbangan ini adalah penerbangan tercepat antara London dan Sydney.[36] Penerbangan yang tidak membawa penumpang maupun kargo komersial ini juga mencatatkan rekor lepas landas terberat pada 27 Juni 1988. Pesawat melakukan lepas landas dengan berat 404.810 kg, dan untuk memenuhi regulasi Fédération Aéronautique Internationale, pesawat harus naik ke ketinggian 2.000 m.[16] Pada 9 Februari 2020, sebuah Boeing 747-400 yang dioperasikan British Airways mencatatkan rekor kecepatan subsonik dari New York menuju London dalam waktu 4 jam 56 menit berkat dorongan kuat arus jet dari Badai Ciara.[37]

747-400F

747-400F Cargolux dengan pintu kargo yang membuka pada hidungnya

747-400F adalah varian kargo standar dari 747-400. Meskipun menggunakan standar sistem dan desain sayap yang sama dengan 747-400 varian penumpang, perbedaan yang jelas tampak pada dek atas yang lebih pendek seperti pada 747-100/-200 untuk mengurangi berat. Selain dek atas yang lebih pendek, tidak ada jendela yang terpasang pada dek utama pesawat. 747-400F memiliki berat maksimum lepas landas 397.000 kg dan berat maksimum angkut 124.000 kg.

Varian ini melakukan penerbangan perdana pada 4 Mei 1993 dan memasuki layanan operasional dengan Cargolux pada 17 November 1993. Pengguna terbesarnya adalah Atlas Air, Cargolux, China Airlines Cargo, Korean Air Cargo, Nippon Air Cargo, Polar Air Cargo, dan Singapore Airlines Cargo.

747-400F memiliki pintu kargo yang membuka pada hidungnya dan sistem mekanik penanganan kargo. Pintu kargo hidung ini membuka ke atas agar palet kargo atau kontainer setinggi 12 m dapat langsung masuk. Terdapat opsi pintu kargo yang berada di sisi kiri badan pesawat (seperti pada 747-400M "kombi") yang memungkinkan pemuatan kargo yang berdimensi lebih besar. Boeing mengirimkan 126 747-400F tanpa pesanan sisa hingga November 2009.[2]

Sebuah 747-400F baru diberi harga 101 juta dolar AS pada tahun 2008. Sebuah 747-400F yang diproduksi pada tahun 2003 dan disewakan dengan harga 400.000 dolar per bulan pada tahun 2019 dihargai 29 juta dolar sedangkan 747-400BCF dihargai sekitar 10 juta dolar.[38]

747-400M

747-400M KLM dengan jendela penumpang dan pintu kargo pada sisi kiri belakang badan pesawat

747-400M (varian "kombi" penumpang/kargo) melakukan penerbangan perdana pada 30 Juni 1989 dan memasuki layanan operasional dengan KLM pada 12 September 1989. 747-400M memiliki pintu kargo besar yang terpasang pada sisi kiri belakang badan pesawat untuk memuat kargo di lantai dek utama. Sebuah partisi terkunci memisahkan ruang kargo dari kabin penumpang di depannya, dan varian ini juga memiliki tambahan sistem perlindungan dari kebakaran, lantai dek utama yang diperkuat, sistem roller-conveyer, dan peralatan konversi dari konfigurasi penumpang menjadi kargo.[39] 747-400M terakhir dikirimkan kepada KLM pada 10 April 2002.[40]

747-400D

747-400D Japan Airlines dengan tambahan jendela penumpang pada dek atas dan sayap tanpa winglet

747-400D "domestik" adalah varian yang dikembangkan khusus untuk memenuhi tingginya permintaan kapasitas penerbangan domestik di Jepang. Varian ini dapat mengangkut 568 penumpang dalam konfigurasi dua kelas atau 660 penumpang dalam konfigurasi kelas ekonomi seluruhnya.[41]

747-400D tidak memiliki ujung sayap yang lebih panjang dan winglet seperti varian 747-400 lainnya. Winglet tidak banyak memberikan keuntungan pada penerbangan jarak pendek dan hanya menambah berat dan biaya operasional. 747-400D dapat dikonversi menjadi 747-400 standar jika diperlukan. 747-400D dapat dibedakan dari tampilannya yang sekilas mirip dengan 747-300 dengan tambahan jendela di dek atasnya dan dapur kabin di dek atas yang diubah menjadi tempat duduk penumpang. Japan Airlines menjadi pengguna pertama 747-400D pada 22 Oktober 1991. Sebanyak 19 unit 747-400D diproduksi dengan pengiriman terakhir kepada All Nippon Airways pada 11 Februari 1996.[40] Varian ini tidak lagi beroperasi setelah All Nippon Airways memensiunkan 747-400D terakhirnya pada 31 Maret 2014.[42]

747-400ER

Qantas menjadi satu-satunya maskapai yang memesan dan mengoperasikan 747-400ER

747-400ER diluncurkan pada 28 November 2000 setelah Qantas memesan enam unit pesawat ini.[40] Varian ini umumnya dirujuk sebagai '910k' yang menandakan berat maksimum yang bisa diangkut varian ini (910.000 lb) berkat modifikasi struktural dan roda pendaratannya. 747-400ER memiliki opsi satu atau dua tangki bahan bakar tambahan berkapasitas 12.300 liter yang dipasang di kompartemen kargo di bawah kabin bagian depan. Namun, Qantas hanya menggunakan satu tangki tambahan, dan tidak ada pesawat yang dikirimkan dengan dua tangki tambahan. Perubahan lain pada 747-400ER adalah pemindahan lokasi komponen sistem oksigen serta sistem tangki dan pompa air minum, karena tangki bahan bakar tambahan memblokir akses ke tempat dimana kedua sistem tersebut seharusnya dipasang.[43]

747-400ER pertama yang dibuat digunakan sebagai pesawat uji dan dicat dengan corak standar Boeing. Qantas menerima pengiriman perdana 747-400ER pada 31 Oktober 2002; yang mana merupakan 747-400ER kedua yang dibuat. Pesawat yang digunakan untuk uji terbang kemudian dikirimkan kepada Qantas setelah program uji terbangnya selesai. Qantas menjadi maskapai satu-satunya yang memesan varian ini untuk mengoperasikan penerbangan dari Melbourne menuju Los Angeles dan sebaliknya dengan muatan penuh. 747-400ER dapat terbang lebih jauh 805 km atau membawa muatan lebih banyak 6.800 kg daripada 747-400 standar.[43] Varian ini tidak lagi beroperasi setelah Qantas memensiunkan 747-400ER terakhirnya pada 22 Juli 2020.[44]

747-400ERF

747-400ERF pertama dioperasikan oleh Air France Cargo

747-400ERF adalah varian kargo dari 747-400ER yang diluncurkan pada 30 April 2001.[40] Bentuk 747-400ERF menyerupai 747-400F namun memiliki berat kotor yang lebih tinggi agar muatannya lebih besar. Tidak seperti 747-400ER, tidak ada maskapai yang melengkapi 747-400ERF miliknya dengan tangki bahan bakar tambahan karena maskapai lebih mementingkan kapasitas kargo. 747-400ERF memiliki berat maksimum lepas landas sebesar 412.769 kg dan daya maksimum angkut sebesar 112.760 kg. 747-400ERF memberikan maskapai kargo dua pilihan berupa muatan kargo yang 10.000 kg lebih banyak atau jangkauan terbang yang 972 km lebih jauh daripada 747-400F.[45]

747-400ERF memiliki jangkauan terbang sejauh 9.200 km bila muatannya diisi penuh, sekitar 525 km lebih jauh dari 747-400F, dan memiliki rangka badan, roda pendaratan, dan bagian sayap yang diperkuat di samping ban roda yang lebih besar. Perusahaan penyewa pesawat ILFC menerima 747-400ERF pertama pada 17 Oktober 2002 untuk selanjutnya dioperasikan maskapai Air France Cargo. Boeing telah mengirimkan 40 747-400ERF tanpa pesanan sisa.[2] 747-8F, penerus langsung dari 747-400F/-400ERF, memiliki kapasitas angkut yang lebih besar dari keduanya namun dengan jangkauan terbang yang lebih pendek daripada 747-400ERF bila berat maksimum lepas landasnya tercapai.[46]

747-400BCF

747-400BCF Cathay Pacific Cargo yang tidak memiliki pintu kargo pada hidungnya

747-400BCF (Boeing Converted Freighter), sebelumnya dikenal sebagai 747-400SF (Special Freighter), adalah program konversi 747-400 standar penumpang menjadi kargo.[47] Program ini diluncurkan pada tahun 2004 dengan kontraktor yang disetujui Boeing untuk melakukan konversi, seperti HAECO, KAL Aerospace, dan SIA Engineering Company. 747-400BCF pertama dikirimkan kepada Cathay Pacific Cargo.[48] Cathay Pacific Cargo mengakhiri operasional 747-400BCF pada tahun 2019.[49]

747-400BDSF (Bedek Special Freighter) adalah program lain dari konversi 747-400 standar penumpang menjadi kargo yang dilakukan oleh Israel Aerospace Industries.[50] Pesawat 747-400BDSF pertama dikirimkan kepada Air China Cargo.[51] Sejumlah 747-400M "kombi" yang dioperasikan EVA Air juga dikonversi menjadi 747-400BDSF setelah dipensiunkan dari penerbangan penumpang.[52]

Baik 747-400BCF maupun 747-400BDSF tidak memiliki pintu kargo pada bagian hidungnya; kargo hanya dapat dimuat di pintu kargo pada sisi kiri belakang badan pesawat. Selain itu, 747-400BCF memiliki kapasitas angkut yang lebih sedikit daripada 747-400 khusus kargo lainnya yang disebabkan oleh bobot tambahan dari pengerjaan penguatan lantai dek utama untuk membawa muatan kargo.[49]

747 LCF

Boeing 747 LCF

Untuk mempersingkat waktu pengiriman komponen-komponen Boeing 787 Dreamliner yang dibuat oleh subkontraktor dari beberapa negara, Boeing mengumumkan sebuah program pada bulan Oktober 2003. Boeing akan mengkonversi 747-400 bekas menjadi 747 kargo berukuran ekstra besar, dikenal sebagai "Large Cargo Freighter" (LCF). Pesawat ini akan membawa komponen-komponen 787 Dreamliner ke pabrik Boeing di Everett untuk dilakukan perakitan akhir.[53] 747 LCF memiliki rangka badan yang mirip seperti pesawat kargo Aero Spacelines Supper Guppy atau Airbus Beluga.

Desain konversi pesawat ini dilakukan oleh insinyur Boeing dari Puget Sound, Moskwa, dan Canoga Park, California, bersama dengan Gamesa Aeronáutica dari Spanyol,[54] sedangkan proses konversi pesawat dilakukan di Taiwan oleh EGAT, anak perusahaan dari Evergreen Group.[55] Boeing membeli empat 747-400 bekas dan mengkonversi kesemuanya menjadi 747 LCF; pesawat keempat dan terakhir melakukan penerbangan perdana pada bulan Januari 2010.

Dengan menggunakan 747 LCF, lama pengiriman komponen-komponen 787 Dreamliner bisa berkurang menjadi satu hari, dibandingkan dengan kapal laut yang bisa mencapai 30 hari.[56] Sebelum kehadiran Airbus Beluga XL, 747 LCF memiliki kapasitas angkut kargo terbesar daripada pesawat lain, dan tiga kali kapasitas 747-400F standar.[54][57]

Varian khusus

  • C-33: Proposal varian transpor militer AS dengan basis 747-400F. Pesawat ini ditujukan untuk melengkapi armada Boeing C-17 Globemaster III. C-33 memiliki jangkauan terbang yang lebih jauh dan harga yang lebih terjangkau, meskipun tidak dapat menggunakan landasan pacu biasa maupun membawa peralatan militer berukuran besar dan memiliki perkiraan biaya operasional yang lebih tinggi. Rencana ini dibatalkan setelah militer AS memilih membeli lebih banyak C-17.[58]
  • KC-33A: Proposal varian tanker dan transpor militer dengan basis 747-400BCF.[59]
  • YAL-1: Pesawat uji menembak dengan laser dengan basis 747-400F untuk Angkatan Udara AS. Pesawat dimodifikasi secara besar-besaran untuk membawa peralatan Chemical Oxygen Iodine Laser (COIL) yang dipasang pada hidung pesawat untuk menghancurkan peluru kendali balistik antarbenua. Pesawat ini tidak lagi beroperasi sejak tahun 2012 setelah pendanaan programnya dihentikan.[60]
  • Sejumlah negara menggunakan 747-400 sebagai pesawat khusus VIP, termasuk Arab Saudi, Bahrain, Korea Selatan, Maroko, Oman, dan Uni Emirat Arab.[butuh rujukan]
  • Sebuah 747-400 bekas Virgin Atlantic dengan julukan Cosmic Girl digunakan oleh Virgin Galactic sebagai peluncur udara ke orbit untuk kendaraan peluncur antariksa LauncherOne.[61][62]
  • 747-400 Water Bomber: Global SuperTanker mengkonversi 747-400BCF bekas Japan Airlines sebagai pesawat pemadam kebakaran. Pesawat ini membawa 74.190 liter air atau bahan kimia pemadam api dalam delapan tangki bertekanan. Global SuperTanker menerima sertifikasi FAA pada 12 September 2016.[63]

Pengguna

Per Juni 2021, terdapat 39 747-400 varian penumpang yang aktif. Pengguna terbesarnya adalah Rossiya Airlines dengan sembilan unit. Terdapat pula 213 747-400 varian kargo yang aktif, dengan pengguna terbesarnya Atlas Air (34), Kalitta Air (24), dan China Airlines Cargo (18).[64]

Mantan pengguna

Daftar berikut juga termasuk maskapai yang sempat menggunakan pesawat ini dalam jangka waktu singkat, selain maskapai pengguna utama.

Komersial

Nonkomersial

Pengiriman

VarianJumlah200920082007200620052004200320022001200019991998199719961995199419931992199119901989
747-40044223651993443301816324247485434
747-400D1921682
747-400ER633
747-400ERF4066862543
747-400F126288897615121510843542
747-400M6111325523661287
Jumlah69481416141315192731254753392625405661626241

Kecelakaan dan insiden

Kecelakaan pertama 747-400 terjadi pada 4 November 1993, ketika China Airlines Penerbangan 605 yang terbang dari Taipei menuju Bandara Kai Tak di Hong Kong, mendarat 640 m melewati daerah pendaratan di landasan pacu dengan angin dari samping berkecepatan 20 hingga 38 knot. Ditambah dengan dimatikannya autobrake dan speed brake yang sudah dilipat, pengereman manual dan pembalik daya dorong mesin tidak mampu mencegah pesawat meluncur ke Pelabuhan Victoria. Tidak ada yang mengalami luka serius, namun pesawat tidak dapat digunakan lagi.[67] Kecelakaan kedua terjadi pada 31 Oktober 2000, ketika Singapore Airlines Penerbangan 006 yang terbang dari Singapura menuju Los Angeles dengan perhentian di Taipei, menabrak peralatan konstruksi bandara saat melakukan lepas landas dalam cuaca buruk dari landasan pacu yang ditutup di Bandara Chiang Kai-shek. Pesawat habis terbakar dan menewaskan 79 penumpang dan empat awak. Penyebab kecelakaan tersebut adalah kesalahan pilot yang mengarahkan pesawat ke landasan pacu yang salah.[68]

747-400F telah mengalami empat kecelakaan. Pada 3 September 2010, UPS Airlines Penerbangan 6, sebuah 747-400F yang terbang dari Dubai menuju Köln, jatuh sekitar 25 menit setelah lepas landas. Awak pesawat menyatakan keadaan darurat akibat kebakaran dalam penerbangan, dan setelah gagal mencoba melakukan pendaratan, tidak dapat melihat instrumen pesawat karena asap yang memasuki kokpit. Masker oksigen di pesawat tersebut tidak memiliki penyaring asap yang baik dan kedua pilot kehabisan oksigen. Pesawat menghantam daratan dengan kecepatan tinggi dan menewaskan kedua pilot. Kesimpulan dari kecelakaan tersebut adalah api yang berasal dari baterai ion litium, dan FAA memutuskan untuk membatasi kapasitas baterai litium yang dapat dibawa oleh pesawat.[69][70] Pada 28 Juli 2011, Asiana Airlines Penerbangan 991, sebuah 747-400F yang terbang dari Seoul menuju Shanghai, jatuh ke Samudra Pasifik di lepas pantai Pulau Jeju setelah melaporkan masalah teknis akibat kemungkinan kebakaran dalam penerbangan. Kedua pilot tewas dalam kecelakaan tersebut.[71] Pada 29 April 2013, National Airlines Penerbangan 102, sebuah 747-400BCF, jatuh ketika lepas landas dari Pangkalan Udara Bagram, Afghanistan dan menewaskan ketujuh awak pesawat. Kecelakaan tersebut disebakan oleh berpindahnya titik berat pesawat ke belakang pada saat lepas landas akibat bergeraknya kendaraan militer yang diangkut pesawat.[72] Pada 16 Januari 2017, Turkish Airlines Penerbangan 6491, sebuah 747-400F yang dioperasikan ACT Airlines, jatuh ke permukiman warga ketika pilot berupaya mendaratkan pesawat dalam cuaca berkabut di dekat Bandara Manas di Bishkek, Kirgiztan. Sebanyak 39 orang tewas, yang terdiri dari empat awak pesawat and 35 orang di darat.[73]

Insiden lain yang melibatkan 747-400 tidak menyebabkan kerusakan parah pada pesawat. Pada 15 Desember 1989, KLM Penerbangan 867, sebuah 747-400M yang terbang dari Tokyo menuju Amsterdam dengan perhentian di Anchorage, Alaska, terbang melalui awan vulkanik tebal dan menyebabkan kerusakan serius pada pesawat serta penggantian keempat mesin pesawat.[74] Pada 23 Juli 1999, seorang pria menusuk pilot hingga tewas dalam pesawat 747-400D yang beroperasi sebagai All Nippon Airways Penerbangan 61 dari Tokyo menuju Sapporo. Pria yang berusaha membajak pesawat tersebut berhasil ditahan oleh awak lainnya dan pesawat mendarat dengan selamat.[75] Pada 23 September 1999, Qantas Penerbangan 1 yang terbang dari Sydney menuju London dengan perhentian di Bangkok, meluncur keluar landasan pacu setelah pesawat mendarat 1.000 meter melewati daerah pendaratan di landasan pacu Bandara Don Mueang selama badai dan hujan deras, menyebabkan kerusakan pada pesawat dan sejumlah penumpang terluka.[76] Pada 31 Januari 2001, pilot Japan Airlines Penerbangan 907, sebuah 747-400D yang terbang dari Tokyo menuju Naha, melakukan manuver mendadak di udara untuk menghindari tabrakan dengan DC-10-40 Japan Airlines akibat masalah instruksi dari petugas ATC; sejumlah penumpang dan awak dalam pesawat 747-400D mengalami luka akibat manuver mendadak tersebut dan juga terdapat kerusakan pada interior kabin.[77] Pada 9 Oktober 2002, Northwest Airlines Penerbangan 85 yang terbang dari Detroit menuju Tokyo, melakukan pendaratan darurat di Anchorage setelah rudder bagian dari bawah sirip vertikal pesawat mengalami kerusakan.[78] Pada 25 Juli 2008, Qantas Penerbangan 30 yang terbang dari Hong Kong menuju Melbourne, mendarat darurat di Manila dengan lubang di bagian kanan depan bawah badan pesawat; tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut dan penyelidik menemukan kemungkinan penyebabnya adalah ledakan dari tabung oksigen darurat.[79][80][81]

Pesawat yang dipamerkan

N661US, 747-400 pertama yang diproduksi Boeing, dipamerkan di '747 Experience' di Delta Flight Museum
  • B-2468, pesawat 747-400M yang sebelumnya dioperasikan Air China, dipamerkan di Taman Hiburan Shijingshan Beijing di Distrik Shijingshan, Beijing, Republik Rakyat Tiongkok.[82]
  • VH-OJA, pesawat 747-400 yang sebelumnya dioperasikan Qantas dan diberi nama City of Canberra, dipamerkan di Museum Historical Aviation Restoration Society di Bandara Shellharbour di selatan Wollongong, New South Wales, Australia. Pesawat ini merupakan 747-400 pertama yang diterima Qantas dan masih memegang rekor penerbangan tanpa henti yang dilakukan pesawat komersial dari London menuju Sydney dalam waktu 20 jam 9 menit 5 detik, sebuah rekor yang diraih pada tahun 1989.[83]
  • N661US, pesawat 747-400 yang sebelumnya dioperasikan Delta Air Lines, dipamerkan di Delta Flight Museum di Bandara Hartsfield-Jackson di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Pesawat ini merupakan 747-400 pertama yang diproduksi Boeing dan pertama kali beroperasi dengan Northwest Airlines menggunakan kode registrasi yang sama.[84][85]
  • PK-LHF, pesawat 747-400 yang sebelumnya dioperasikan Lion Air, direncanakan untuk diubah menjadi restoran Steak 21 di Summarecon Mal Bekasi, Indonesia.[86] Pesawat ini pertama kali beroperasi dengan Singapore Airlines menggunakan kode registrasi 9V-SMC.[87]
  • HS-TGR, pesawat 747-400 yang sebelumnya dioperasikan Thai Airways International. Pesawat ini dibeli pada bulan Juli 2018 oleh seorang pebisnis asal Thailand bernama Somchai Phukieow dan diparkir di sebuah lapangan di Chai Nat, 200 km utara Bangkok, Thailand.[88]
  • PH-BFB, pesawat 747-400 yang sebelumnya dioperasikan KLM dan diberi nama City of Bangkok, dipamerkan di kompleks Corendon Village Hotel di Badhoevedorp, Amsterdam, Belanda.[89] Untuk memindahkan pesawat dari Bandara Schiphol ke kompleks Hotel Corendon, jalan tol A9 ditutup pada malam hari Jumat 8 Februari hingga Sabtu 9 Februari 2019.[90]
  • HS-STA, pesawat 747-400 yang sebelumnya dioperasikan Orient Thai Airlines, diubah menjadi kafe dan restoran di distrik Lat Krabang, Bangkok, Thailand.[91] Pesawat ini pertama kali beroperasi dengan United Airlines menggunakan kode registrasi N187UA.[92]
  • G-CIVB, pesawat 747-400 ketiga dari tiga 747-400 yang dicat dengan corak lama British Airways, akan dipamerkan di Bandara Cotswold di Kemble, Gloucestershire, Britania Raya. Pesawat yang sebelumnya dioperasikan British Airways ini menggunakan corak Negus yang digunakan British Airways pada tahun 1970-an hingga 1980-an. Pesawat tiba di Kemble pada 8 Oktober 2020 dan akan dipreservasi untuk selanjutnya digunakan sebagai tempat acara khusus dan pesawat pembelajaran.[93][94]
  • G-CIVW, pesawat 747-400 yang sebelumnya dioperasikan British Airways, akan digunakan sebagai lokasi pembuatan film dan pelatihan awak pesawat. Pesawat ini diparkir di Lapangan Terbang Dunsfold, Surrey, Britania Raya pada 22 Oktober 2020, bergabung dengan 747-200 G-BDXJ yang sudah berada di lapangan terbang tersebut selama beberapa tahun.[95][96][97]
  • G-BNLY, pesawat 747-400 kedua dari tiga 747-400 yang dicat dengan corak lama British Airways dan diberi nama City of Swansea, akan dipamerkan di Lapangan Terbang Dunsfold, bergabung dengan 747-400 C-CIVW dan 747-200 G-BDXJ sebagai lokasi pembuatan film. Pesawat yang sebelumnya dioperasikan British Airways ini menggunakan corak desain dari konsultan merek Landor Associates yang digunakan British Airways pada tahun 1980-an hingga 1990-an.[98] Pesawat tiba di Dunsfold pada 5 Desember 2020.[99]
  • G-BYGC, pesawat 747-400 pertama dari tiga 747-400 yang dicat dengan corak lama British Airways, akan dipamerkan di Pangkalan Pertahanan St Athan di St Athan, Vale of Glamorgan, Wales. Pesawat yang sebelumnya dioperasikan British Airways ini menggunakan corak British Overseas Airways Corporation, pendahulu British Airways.[100][101] Pesawat tiba di St Athan untuk dipreservasi pada 11 Desember 2020.[102]

Spesifikasi

Varian747-400[103]747-400ER[103]747-400F[104]747-400ERF[104]
Awak kokpit2
Kapasitas angkut416 (23F @ 61" + 80J @ 39" + 313Y @ 32") penumpang274.100 lb (124.330 kg) kargo273.400 lb (124.012 kg) kargo
Palet kargo30 LD1/LD328 LD1/LD3+ 2 LD1 + 30 palet (96" × 125") di dek utama
Kapasitas maksimum[105]550/660 penumpang
Panjang keseluruhan231 ft 10 in (70,66 m)
Bentang sayap211 ft 5 in (64,44 m)
Luas sayap5.650 sq ft (525 m2)[106]
Aspek rasio7,91
Tinggi keseluruhan63 ft 8 in (19,41 m)
Berat maksimum lepas landas875.000 lb (396.893 kg)910.000 lb (412.769 kg)875.000 lb (396.893 kg)910.000 lb (412.769 kg)
Berat kosong operasionalPW: 404.600 lb (164.019 kg)GE: 412.300 lb (187.016 kg)GE: 360.900 lb (163.701 kg)GE: 361.600 lb (164.019 kg)
Kapasitas tangki bahan bakar57.285 gal (216.850 L)63.705 gal (241.150 L)53.985 gal (204.360 L)
Kecepatan jelajahMach 0,855 (504 kn; 933 km/h)Mach 0,845 (498 kn; 922 km/h)
Batas kecepatan di udara[105]Mach 0,92 (609 kn; 1127 km/h)
Jarak lepas landas9.700 ft (2.955 m)10.700 ft (3.260 m)9.550 ft (2.910 m)10.700 ft (3.260 m)
Jangkauan terbang7.285 nmi (13.490 km)7.585 nmi (14.045 km)4.455 nmi (8.250 km)4.985 nmi (9.230 km)
Mesin (× 4)PW4000 / GE CF6 / RR RB211GE CF6[107]PW4000 / GE CF6 / RR RB211PW4000 / GE CF6
Daya dorong (× 4)56.500–63.300 lbf (251–282 kN)62.100–63.300 lbf (276–282 kN)56.400–63.300 lbf (251–282 kN)62.100–63.300 lbf (276–282 kN)

Lihat pula

Pengembangan yang berhubungan
Pesawat sebanding dalam peran, konfigurasi, dan era

Referensi

Bibliografi

Pranala luar