Bayer

perusahaan asal Jerman

Bayer AG (/ˈb.ər, ˈb.ər/; Jerman: [ˈbaɪɐ]) adalah sebuah perusahaan farmasi dan ilmu hayati multinasional asal Jerman. Bayer merupakan salah satu perusahaan farmasi terbesar di dunia. Berkantor pusat di Leverkusen, bidang bisnis Bayer meliputi farmasi manusia dan hewan; produk perawatan kesehatan ritel; bahan kimia pertanian, benih, dan produk bioteknologi. Saham perusahaan ini merupakan salah satu komponen dari indeks pasar saham Euro Stoxx 50.[3] Werner Baumann telah menjadi CEO Bayer sejak tahun 2016.[4]

Bayer AG
Aktiengesellschaft (AG)
Kode emitenFWB: BAYN
Komponen DAX
Industri
Didirikan1 Agustus 1863; 160 tahun lalu (1863-08-01)[1]
PendiriFriedrich Bayer
Kantor
pusat
Leverkusen, Jerman
Wilayah operasi
Seluruh dunia
Tokoh
kunci
  • Werner Baumann (CEO)
  • Werner Wenning (Chairman dewan pengawas)
ProdukObat hewan, pencitraan diagnostik, obat umum dan khusus, produk kesehatan wanita, obat bebas, (sebelumnya) pengobatan diabetes, pestisida, benih, bioteknologi tanaman
PendapatanKenaikan 43,545 milyar (2019)[2]
Kenaikan €4,189 milyar (2019)[2]
Kenaikan €4,091 milyar (2019)[2]
Total asetPenurunan €126,258 milyar (2019)[2]
Total ekuitasKenaikan €47,517 milyar (2019)[2]
Karyawan
103.824 (FTE, akhir tahun 2019)[2]
Situs webwww.bayer.com
Pabrik Bayer Leverkusen

Didirikan di Barmen pada tahun 1863 sebagai sebuah pabrik bahan pewarna, produk pertama dan paling terkenal dari Bayer adalah aspirin. Pada tahun 1898, Bayer mendaftarkan nama heroin sebagai merek dagang untuk obat diasetilmorfin buatannya, lalu memasarkannya sebagai pereda batuk dan pengganti non-adiktif dari morfin hingga tahun 1910. Bayer juga memperkenalkan fenobarbital; prontosil, antibiotik pertama yang digunakan secara luas dan berhasil mendapat Hadiah Nobel di bidang Obat pada tahun 1939; antibiotik Cipro (siprofloksasin); dan pil pengaturan kelahiran Yaz (drospirenon).

Pada tahun 1925, Bayer menjadi salah satu dari enam perusahaan kimia yang digabung untuk membentuk IG Farben,[5] perusahaan farmasi dan alat kesehatan terbesar di dunia. Dewan Kendali Sekutu menyita IG Farben pasca Perang Dunia II,[a][7] karena perannya dalam upaya perang Nazi dan keterlibatannya dalam Holocaust, yang meliputi penggunaan tenaga kerja paksa dari kamp konsentrasi dan pembelian manusia untuk keperluan pengujian medis berbahaya. Pada tahun 1951, IG Farben dikembalikan ke bentuk semula, yakni dipecah menjadi enam perusahaan, dan kemudian dipecah lagi menjadi tiga perusahaan, yakni BASF, Bayer, dan Hoechst.[6][8]

Bayer memainkan peran penting dalam Wirtschaftswunder di Jerman Barat pasca perang, sehingga segera dapat kembali menjadi perusahaan farmasi dan kimia terbesar di dunia. Pada tahun 2006, perusahaan ini mengakuisisi Schering. Pada tahun 2014, perusahaan ini mengakuisisi bisnis ritel milik Merck & Co., dengan merek seperti Claritin, Coppertone, dan Dr. Scholl's. Pada tahun 2018, Bayer mengakuisisi Monsanto dengan harga $63 milyar.[9] Bayer CropScience mengembangkan tanaman transgenik dan pestisida.

Awal mula

Pendirian

Saham Farbenfabriken vorm. Friedr. Bayer & Comp di Elberfeld, diterbitkan pada tanggal 1 Mei 1908

Bayer AG didirikan sebagai sebuah pabrik bahan pewarna pada tahun 1863 di Barmen (kemudian menjadi bagian dari Wuppertal), Jerman, oleh Friedrich Bayer dan mitranya, Johann Friedrich Weskott, seorang ahli pewarna.[10] Friedrich Bayer bertanggung jawab melakukan kegiatan komersial. Fuhsin dan anilin awalnya menjadi produk paling penting dari perusahaan ini.[butuh rujukan]

Kantor pusat dan sebagian besar pabrik Bayer kemudian dipindah dari Barmen ke lahan yang lebih luas di Elberfeld pada tahun 1866. Friedrich Bayer (1851–1920), anak dari pendiri Bayer, adalah seorang ahli kimia dan kemudian bergabung ke perusahaan ini pada tahun 1873. Setelah Friedrich Bayer meninggal pada tahun 1880, perusahaan ini didaftarkan sebagai sebuah badan hukum dengan nama Farbenfabriken vorm. Friedr. Bayern & Co, atau juga dikenal sebagai Elberfelder Farbenfabriken.[butuh rujukan]

Palang Bayer, Leverkusen

Perusahaan ini kemudian pindah dari Elberfeld ke Wiesdorf di Rhein dan menempati lahan milik produsen alizarin, Leverkus and Sons. Sebuah kota baru bernama Leverkusen pun didirikan di sana pada tahun 1930 dan menjadi lokasi kantor pusat Bayer AG hingga saat ini. Logo perusahaan ini, yakni palang Bayer, diperkenalkan pada tahun 1904, dan menampilkan dua kata BAYER yang ditulis secara vertikal dan horizontal, dengan berbagi satu huruf Y dan dikelilingi oleh lingkaran.[11] Versi terang dari logo tersebut pun menjadi salah satu ikon di Leverkusen.[12]

Aspirin

Sebotol Bayer Aspirin, 1899

Produk besar pertama dari Bayer adalah asam asetilsalisilat—yang pertama kali dideskripsikan oleh ahli kimia asal Prancis, Charles Frederic Gerhardt pada tahun 1853[13]—sebagai hasil modifikasi dari asam salisilat atau salisin, sebuah ramuan tradisional yang ditemukan di pepagan dari tanaman dedalu.[14][15] Pada tahun 1899, merek dagang Aspirin telah didaftarkan di seluruh dunia sebagai merek untuk produk asam asetilsalisilat buatan Bayer, namun status merek dagang tersebut dicabut di Amerika Serikat, Prancis, dan Britania Raya setelah penyitaan aset dan merek dagang milik Bayer di Amerika Serikat selama Perang Dunia I oleh Amerika Serikat, serta karena penggunaan kata aspirin yang telah meluas.[16]

Kata aspirin tetap digunakan di Amerika Serikat, Britania Raya, dan Prancis untuk menyebut produk asam asetilsalisilat, namun tidak hanya untuk buatan Bayer.[16] Walaupun begitu, aspirin masih merupakan merek dagang milik Bayer di lebih dari 80 negara, termasuk Kanada, Meksiko, Jerman, dan Swiss. Hingga tahun 2011, diperkirakan 40.000 ton aspirin diproduksi setiap tahunnya dan 10–20 milyar tablet aspirin dikonsumsi di Amerika Serikat sebagai pencegahan gangguan kardiovaskular.[17] Aspirin termasuk dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia, yang berisikan hasil modifikasi paling penting yang dibutuhkan dalam sebuah sistem kesehatan dasar.[18]

Ada sebuah kontroversi mengenai peran ilmuwan Bayer dalam pengembangan aspirin. Arthur Eichengrün, seorang ahli kimia Bayer, mengatakan bahwa ialah yang pertama kali menemukan formula aspirin yang tidak menyebabkan efek samping berupa mual dan mulas. Ia juga mengatakan bahwa ialah yang menciptakan nama aspirin dan merupakan orang pertama yang menggunakan formula baru untuk diuji keselamatan dan efikasinya. Bayer menyatakan bahwa aspirin ditemukan oleh Felix Hoffmann untuk membantu ayahnya yang mengidap artritis.[19] Sejumlah sumber pun mendukung klaim Arthur Eichengrün.[20][21] Sebagian besar sejarawan menyebut aspirin diciptakan oleh Hoffmann dan/atau Eichengrün.[15][21]

Referensi

Catatan

Sumber

Karya

  • Bangen, Hans (1992). Geschichte der medikamentösen Therapie der Schizophrenie. Berlin: VWB-Verlag. ISBN 3-927408-82-4. 
  • Dickerman, Michael (2017). "Monowitz". Dalam Bartrop, Paul R.; Dickerman, Michael. The Holocaust: An Encyclopedia and Document Collection. Volume 1. Santa Barbara: ABC-CLIO. hlm. 439–440. 
  • Strzelecka, Irena (2000). "Experiments". Dalam Długoborski, Wacław; Piper, Franciszek. Auschwitz, 1940–1945. Central Issues in the History of the Camp. Volume 2: The Prisoners, their Life and Work. Oświęcim: Auschwitz-Birkenau State Museum. 
  • Fernandez, Humberto; Libby, Therissa A. (2011). Heroin: Its History, Pharmacology & Treatment. Center City, MN: Hazelden Publishing. 
  • Hager, Thomas (2006). The Demon under the Microscope. Harmony Books. ISBN 1-4000-8214-5. 
  • Hayes, Peter (2001) [1987]. Industry and Ideology: IG Farben in the Nazi Era. Cambridge: Cambridge University Press. 
  • Jacobs, Steven Leonard (2017). "I G Farben". Dalam Bartrop, Paul R.; Dickerman, Michael. The Holocaust: An Encyclopedia and Document Collection. Volume 1. Santa Barbara: ABC-CLIO. hlm. 312–314. 
  • Jeffreys, Diarmuid (2009) [2008]. Hell's Cartel: IG Farben and the Making of Hitler's War Machine. London: Bloomsbury Publishing PLC. 
  • Kumar, B. Rajesh (2012). Mega Mergers and Acquisitions: Case Studies from Key Industries. New York: Palgrave Macmillan. ISBN 978-1137005908. 
  • Lewis, Derek; Zitzlsperger, Ulrike (2016). "Bayer AG". Historical Dictionary of Contemporary Germany. Lanham, MA, and Plymouth: Rowman & Littlefield. 
Lifton, Robert Jay; Hackett, Amy (1998). "Nazi Doctors". Dalam Berenbaum, Michael; Gutman, Yisrael. Anatomy of the Auschwitz Death Camp. Bloomington: Indiana University Press. hlm. 301–316. 

Bacaan lebih lanjut

Pranala luar