Kota Banjarmasin

kota di Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia
(Dialihkan dari Banjarmasin)


Banjarmasin adalah kota terbesar di provinsi Kalimantan Selatan, yang berada di Indonesia. Kota ini pernah menjadi ibu kota provinsi Kalimantan (1945–1956) dan provinsi Kalimantan Selatan (1956–2022). Kota Banjarmasin yang dijuluki Kota Seribu Sungai ini memiliki wilayah seluas 98,46 km² yang wilayahnya merupakan delta atau kepulauan yang terdiri dari sekitar 25 buah pulau kecil (delta) yang dipisahkan oleh sungai-sungai di antaranya Pulau Tatas, Pulau Kelayan, Pulau Rantauan Keliling, Pulau Insan, Pulau Kembang, Pulau Bromo dan lain-lain.

Banjarmasin
Transkripsi bahasa daerah
 • Jawi Banjarبنجرماسين
Dari atas, kiri ke kanan: Jukung Teratai (Pasar Terapung, ikon kota Banjarmasin), Menara Pandang, Masjid Sultan Suriansyah, Tari Baksa Kembang, Patung Bekantan
Lambang resmi Banjarmasin
Julukan: 
Kota Seribu Sungai
Motto: 
Kayuh baimbai
(Banjar) Mendayung bersama-sama
Letak Banjarmasin di Kalimantan Selatan
Letak Banjarmasin di Kalimantan Selatan
Banjarmasin di Kalimantan Selatan
Banjarmasin
Banjarmasin
Letak Banjarmasin di Kalimantan Selatan
Banjarmasin di Kalimantan
Banjarmasin
Banjarmasin
Banjarmasin (Kalimantan)
Banjarmasin di Indonesia
Banjarmasin
Banjarmasin
Banjarmasin (Indonesia)
Koordinat: 3°18′52″S 114°35′32″E / 3.31442947°S 114.59225374°E / -3.31442947; 114.59225374
Negara Indonesia
ProvinsiKalimantan Selatan
Tanggal berdiri24 September 1526
Hari jadi24 September 1526; 497 tahun lalu (1526-09-24)
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
Pemerintahan
 • Wali KotaIbnu Sina
 • Wakil Wali KotaArifin Noor
 • Sekretaris DaerahIkhsan Budiman
Luas
 • Total98,46 km2 (38,02 sq mi)
Populasi
 (31 Desember 2023)[2]
 • Total678.243
 • Kepadatan6,900/km2 (18,000/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam 94,62%
Kristen 3,91%
Protestan 2,45%
Katolik 1,46%
Buddha 0,74%
Hindu 0,47%
Konghucu 0,02%
Lainnya 0,24%[3]
 • BahasaBanjar, Indonesia
 • IPMKenaikan 79,98 (2023)
tinggi[4]
Zona waktuUTC+08:00 (WITA)
Kode BPS
6371 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 511
Pelat kendaraanDA xxxx
Kode Kemendagri63.71 Edit nilai pada Wikidata
Kode SNI 7657:2023BJM[5]
DAURp 736.034.808.000,- (2020)[6]
Flora resmiKasturi (Mangifera Casturi)
Fauna resmiBekantan (Nasalis Larvatus)
Situs webbanjarmasinkota.go.id

Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri pada akhir tahun 2023, Kota Banjarmasin memiliki penduduk sebanyak 678.243 jiwa dengan kepadatan 6.900 jiwa/km².[1][2] Wilayah metropolitan Banjarmasin yaitu Banjar Bakula memiliki penduduk sekitar 2,2 juta jiwa.[2]

Sejarah

Rumah Banjar Bubungan Tinggi, simbol Kota Banjarmasin.
Perahu Tambangan, simbol Kota Banjarmasin
Kawasan pecinan di Banjarmasin pada tahun 1862
Pintu gerbang dengan tulisan 1606 (tahun ketika VOC pertama kali datang di Kota Banjarmasin) dibangun untuk menyambut kedatangan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Dirk Fock pada tahun 1924
Sejarah afiliasi Kota Banjarmasin

Kuripan (sebelum 1350)
Negara Dipa (1350-1478)
Negara Daha (1478-1520)
Banjar (1520-1526)
Demak (1526-1546)
Banjar (1546-1635)
VOC (1635–1638)
Banjar (1638-1701)
Inggris (1701—1707)
Banjar (1707-1787)
Republik Belanda (1787–1795)
Bataafse Republiek (1795–1806)
 Hindia Belanda (1806–1809)
Banjar (1809-1815)
Britania Raya (1815–1816)
 Hindia Belanda (1817–1942)
Jepang (1942–1945)
 Hindia Belanda (1945–1949)
 Indonesia (14 Agustus 1950)
 Indonesia (7 Oktober 2006–sekarang)[c 1]

Kerajaan Banjar

Kota Banjarmasin sebelum tahun 1526 adalah nama kampung yang terletak di bagian utara muara Sungai Kuin, yaitu kawasan Kelurahan Kuin Utara dan Alalak Selatan saat ini. Banjarmasin berasal dari kata Banjarmasih, nama asli Banjarmasin sebelum dirobah nama oleh Belanda dari kata Banjarmasih. Dalam kontrak di abad ke-17 (tahun 1663) dengan VOC masih kita dapatkan istilah Bandzermasch (Banjarmasih). Banjarmasih adalah nama suatu kampung di muara sungai Kuyin, sebuah anak sungai Barito, Muara Kuyin terletak antara pulau Kembang dan pulau Alalak. Kampung Banjar Masih terbentuk oleh lima aliran sungai kecil, yaitu Sungai Sipandai, Sungai Sigaling, Sungai Keramat, Sungai Jagabaya dan Sungai Pangeran yang semuanya bertemu membentuk sebuah danau. Kata Banjar berasal dari Bahasa Melayu yang berarti kampung atau juga berarti berderet-deret sebagai letak perumahan kampung berderet sepanjang tepian sungai.[7][8]

Pada abad ke-16, muncul Kerajaan Banjar Masih dengan raja pertama Raden Samudera, seorang pelarian yang terancam keselamatannya oleh pamannya Pangeran Tumenggung yang menjadi raja Kerajaan Negara Daha sebuah kerajaan Hindu di pedalaman (Hulu Sungai). Kebencian Pangeran Tumenggung terjadi ketika Maharaja Sukarama masih hidup berwasiat agar cucunya Raden Samudera yang kelak menggantikannya sebagai raja. Raden Samudera sendiri adalah putra dari pasangan Puteri Galuh Intan Sari (anak perempuan Maharaja Sukarama) dan Raden Bangawan (keponakan Maharaja Sukarama). Atas bantuan Arya Taranggana, mangkubumi negara Daha, Raden Samudera melarikan diri ke arah hilir sungai Barito yang kala itu terdapat beberapa kampung di antaranya kampung Banjar (disebut juga Banjar Masih).

Sekitar tahun 1520, Patih Masih (kepala Kampung Banjar) dan para patih (kepala kampung) sekitarnya sepakat menjemput Raden Samudera yang bersembunyi di kampung Belandean dan setelah berhasil merebut Bandar Muara Bahan di daerah Bakumpai, yaitu bandar perdagangan negara Daha dan memindahkan pusat perdagangan ke pelabuhan Bandar (dekat muara sungai Kelayan) beserta para penduduk dan pedagang, kemudian menobatkan Raden Samudera menjadi raja dengan gelar Pangeran Samudera. Hal ini menyebabkan peperangan dan terjadi penarikan garis demarkasi dan blokade ekonomi dari pantai terhadap pedalaman.

Pangeran Samudera mencari bantuan militer ke berbagai wilayah pesisir Kalimantan, yaitu Kintap, Satui, Swarangan, Asam Asam, Laut Pulo, Pamukan, Pasir, Kutai, Berau, Karasikan, Biaju, Sebangau, Mendawai, Sampit, Pembuang, Kota Waringin, Sukadana, Lawai dan Sambas.

Hal ini untuk menghadapi Kerajaan Negara Daha yang secara militer lebih kuat dan penduduknya kala itu lebih padat. Bantuan yang lebih penting adalah bantuan militer dari Kesultanan Demak yang hanya diberikan kalau raja dan penduduk memeluk Islam. Kesultanan Demak dan majelis ulama Walisanga kala itu sedang mempersiapkan aliansi strategis untuk menghadapi kekuatan kolonial Portugis yang memasuki kepulauan Nusantara dan sudah menguasai Kesultanan Malaka.

Sultan Trenggono mengirim seribu pasukan dan seorang penghulu Islam, yaitu Khatib Dayan yang akan mengislamkan raja Banjar Masih dan rakyatnya. Pasukan Pangeran Samudera berhasil menembus pertahanan musuh. Mangkubumi Arya Taranggana menyarankan rajanya daripada rakyat kedua belah pihak banyak yang menjadi korban, lebih baik kemenangan dipercepat dengan perang tanding antara kedua raja. Tetapi pada akhirnya Pangeran Tumenggung akhirnya bersedia menyerahkan kekuasaan kepada Pangeran Samudera.

Dengan kemenangan Pangeran Samudera dan diangkutnya rakyat negara Daha (orang Hulu Sungai) dan penduduk Bandar Muara Bahan (orang Bakumpai) maka muncullah kota baru, yaitu Banjar Masih yang sebelumnya hanya sebuah desa yang berpenduduk sedikit. Pada 24 September 1526 bertepatan tanggal 6 Zulhijjah 932 H, Pangeran Samudera memeluk Islam dan bergelar Sultan Suriansyah (1526-1550). Rumah Patih Masih dijadikan keraton, juga dibangun paseban, pagungan, sitilohor (sitihinggil), benteng, pasar dan masjid (Masjid Sultan Suriansyah). Muara sungai Kuin ditutupi cerucuk (trucuk) dari pohon ilayung untuk melindungi keraton dari serangan musuh. Di dekat muara sungai Kuin terdapat rumah syahbandar, yaitu Goja Babouw Ratna Diraja seorang Gujarat.[9]

Kerajaan Banjar Masih berkembang pesat, Sultan Suriansyah digantikan anaknya Sultan Rahmatullah 1550-1570, selanjutnya Sultan Hidayatullah 1570-1620 dan Sultan Musta'in Billah 1520-1620. Kota-kota yang terkenal di pulau Kalimantan pada awal abad ke-18 adalah Borneo (Brunei City), Ноrmata (Karimata), Marudo, Bendamarfin (Banjarmasin), dan Lava (Lawai). Untuk memperkuat pertahanan terhadap musuh, Sultan Mustainbillah mengundang Sorang, yaitu panglima perang suku Dayak Ngaju beserta sepuluh orang lainnya untuk tinggal di keraton. Seorang masuk Islam dan menikah dengan adik sultan, kemungkinan dia adik dari isteri Sultan, yaitu Nyai Siti Diang Lawai yang berasal dari kalangan suku Biaju (Dayak Ngaju). Tahun 1596, Belanda merampas 2 jung lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten. Hal ini dibalas ketika ekspedisi Belanda yang dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin tanggal 7 Juli 1607.

Pada tahun 1612, armada Belanda tiba di Banjar Masih (Banjar Lama) untuk membalas atas ekspedisi tahun 1607. Armada ini menyerang Banjar Masih dari arah pulau Kembang dan menembaki keraton di sungai Kuin pusat pemerintahan Kesultanan Banjar sehingga kota Banjar (kini Banjar Lama) atau kampung Keraton dan sekitarnya hancur, sehingga ibu kota kerajaan dipindahkan dari Banjar Masih ke Martapura. Walaupun ibu kota kerajaan telah dipindahkan tetapi aktivitas perdagangan di pelabuhan Banjarmasin (kota Tatas) tetap ramai.

Menurut berita dinasti Ming tahun 1618 menyebutkan bahwa terdapat rumah-rumah di atas air yang dikenal sebagai rumah Lanting (rumah rakit) hampir sama dengan apa yang dikatakan Valentijn. Di Banjarmasin (kota Tatas) banyak sekali rumah dan sebagian besar mempunyai dinding terbuat dari bambu (bahasa Banjar: pelupuh) dan sebagian dari kayu. Rumah-rumah itu besar sekali, dapat memuat 100 orang, yang terbagi atas kamar-kamar. Rumah besar ini dihuni oleh satu keluarga dan berdiri di atas tiang yang tinggi. Menurut Willy, kota Tatas (kini Banjarmasin Tengah di sungai Martapura) terdiri dari 300 buah rumah. Bentuk rumah hampir bersamaan dan antara rumah satu dengan lainnya yang dihubungkan dengan titian. Alat angkutan utama pada masa itu adalah jukung atau perahu.

Selain rumah-rumah panjang di pinggir sungai terdapat lagi rumah-rumah rakit yang diikat dengan tali rotan pada pohon besar di sepanjang tepi sungai. Kota Tatas (kini Banjarmasin) merupakan sebuah wilayah yang dikelilingi sungai Barito, sungai Kuin dan Sungai Martapura seolah-olah membentuk sebuah pulau sehingga dinamakan Pulau Tatas. Di utara Pulau Tatas adalah Banjar Lama (Kuin) bekas ibu kota pertama Kesultanan Banjar, wilayah ini tetap menjadi wilayah Kesultanan Banjar hingga digabung ke dalam Hindia Belanda tahun 1860. Sedangkan pulau Tatas dengan Benteng Tatas (Fort Tatas) menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda yang sekarang menjadi pusat kota Banjarmasin saat ini. Nama Banjarmasih, oleh Belanda lama kelamaan diubah menjadi Banjarmasin, namun nama Banjarmasin biasanya mengaju kepada kota Tatas di sungai Martapura, sedangkan nama Banjar Masih mengacu kepada Banjar Lama di sungai Kuin. Kota Banjarmasin modern merupakan aglomerasi pulau Tatas (Kota Tatas), Kuin (Banjar Lama) dan daerah sekitarnya.

Masa Pendudukan Belanda

Kesultanan Banjar dihapuskan Belanda pada tanggal 11 Juni 1860, merupakan wilayah terakhir di Kalimantan yang masuk ke dalam Hindia Belanda, tetapi perlawanan rakyat di pedalaman Barito baru berakhir dengan gugurnya Sultan Muhammad Seman pada 24 Januari 1905. Kedudukan golongan bangsawan Banjar sesudah tahun 1864, sebagian besar hijrah ke wilayah Barito mengikuti Pangeran Antasari, sebagian lari ke rimba-rimba, antara lain hutan Pulau Kadap Cinta Puri, sebagian kecil dengan anak dan isteri dibuang ke Betawi, Bogor, Cianjur dan Surabaya, sebagian mati atau dihukum gantung. Sementara sebagian kecil menetap dan bekerja dengan Belanda mendapat ganti rugi tanah, tetapi jumlah ini amat sedikit.[10]

Tahun 1747, VOC-Belanda memperoleh Pulau Tatas (Banjarmasin bagian Barat) yang menjadi pusat Banjarmasin semenjak saat itu hingga ditinggalkan Belanda tahun 1809. Tahun 1810 Inggris menduduki Banjarmasin.[11] dan menyerahkannya kembali kepada Belanda tahun 1817. Daerah Banjar Lama (Kuin) dan Banjarmasin bagian Timur masih tetap menjadi daerah pemerintahan pribumi di bawah Sultan Banjar dengan pusat pemerintahan di keraton Martapura (istana kenegaraan) hingga diserahkan pada tanggal 14 Mei 1826.

Pada tahun 1835, misionaris mulai beroperasi di Banjarmasin.[12] Tahun 1849, Banjarmasin (Pulau Tatas) menjadi ibu kota Divisi Selatan dan Timur Borneo.[13] Saat itu, rumah Residen terletak di Kampung Amerong berhadap-hadapan dengan Istana pribadi Sultan di Kampung Sungai Mesa yang dipisahkan oleh sungai Martapura. Pulau Tatas yang menjadi daerah hunian orang Belanda dinamakan kotta-blanda. Ditetapkan dalam Staatblaad tahun 1898 no. 178.[10], kota ini merupakan Onderafdeeling Banjarmasin en Ommelanden (1898-1902), yang merupakan bagian dari Afdeeling Bandjermasin en Ommelanden (Banjarmasin dan daerah sekitarnya).[14] Tahun 1918, Banjarmasin, ibu kota Residentie Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo mendapat Gemeente-Raad. Pada 1 Juli 1919, Deean gemeente mulai berlaku beranggotakan 7 orang Eropa, 4 Bumiputra dan 2 Timur Asing.

Pada tahun 1936, ditetapkan Ordonantie pembentukan Gouvernementen Sumatra, Borneo en de Groote-Oost (Stbld. 1936/68). Borneo Barat dan Borneo Selatan-Timur menjadi daerah Karesidenan dan sebagai Gouvernementen Sumatra, Borneo en de Groote-Oost yang pusat pemerintahannya adalah Banjarmasin.[15]

Tahun 1937, otonomi kota Banjarmasin ditingkatkan dengan Stads Gemeente Banjarmasin karena Banjarmasin sebagai ibu kota Gouvernement Borneo.[16]

Masa Pendudukan Jepang

Tanggal 16 Februari 1942, Jepang menduduki Banjarmasin.[17] Kemudian Jepang membentuk pemerintahan pendudukan bagi Borneo & kawasan Timur di bawah Angkatan Laut Jepang.[18]

Masa Kemerdekaan Indonesia

Tanggal 17 September 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu (tentara Australia) yang memasuki Banjarmasin.[19][20] Pada tanggal 1 Juli 1946, H. J. van Mook menerima daerah Borneo en de Groote-Oost dari tentara pendudukan Sekutu dan menyusun rencana pemerintahan federal melalui Konferensi Malino (16-22 Juli 1946) dan Konferensi Denpasar (7-24 Desember 1946) yang memutuskan pembentukan 4 negara bagian yaitu Jawa, Sumatra, Borneo (Netherlands Borneo) dan Timur Besar (Negara Indonesia Timur), namun pembentukan negara Borneo terhalang karena ditentang rakyat Banjarmasin.[21][22][23][24]

Pada tahun 1946, Banjarmasin sebagai ibu kota Daerah Banjar satuan kenegaraan sebagai daerah bagian dari Republik Indonesia Serikat. Kotapradja Banjarmasin termasuk ke dalam Daerah Banjar, meskipun demikian Daerah Banjar tidak boleh mencampuri hak-hak dan kewajiban rumah-tangga Kotapradja Banjarmasin dalam daerahnya sendiri.[25]

Geografis

Kantor wali kota (balai kota) Banjarmasin.
Pusat Kota Banjarmasin

Letak

Kota Banjarmasin terletak pada 3°15' sampai 3°22' Lintang Selatan dan 114°32' Bujur Timur, ketinggian tanah asli berada pada 0,16 m di bawah permukaan laut dan hampir seluruh wilayah digenangi air pada saat pasang. Kota Banjarmasin berlokasi daerah kuala sungai Martapura yang bermuara pada sisi timur Sungai Barito. Letak Kota Banjarmasin nyaris di tengah-tengah Indonesia.

Kota ini terletak di tepian timur sungai Barito dan dibelah oleh Sungai Martapura yang berhulu di Pegunungan Meratus. Kota Banjarmasin dipengaruhi oleh pasang surut air laut Jawa, sehingga berpengaruh kepada drainase kota dan memberikan ciri khas tersendiri terhadap kehidupan masyarakat, terutama pemanfaatan sungai sebagai salah satu prasarana transportasi air, pariwisata, perikanan dan perdagangan.

Menurut data statistik 2001 dari seluruh luas wilayah Kota Banjarmasin yang kurang lebih 98,46 km² ini dapat dipersentasikan bahwa peruntukan tanah saat sekarang adalah lahan tanah pertanian 3.111,9 ha, perindustrian 278,6 ha, jasa 443,4 ha, permukiman adalah 3.029,3 ha dan lahan perusahaan seluas 336,8 ha. Perubahan dan perkembangan wilayah terus terjadi seiring dengan pertambahan kepadatan penduduk dan kemajuan tingkat pendidikan serta penguasaan ilmu pengetahuan teknologi.

Batas wilayah

Batas-batas wilayah Kota Banjarmasin adalah sebagai berikut:

UtaraKabupaten Barito Kuala
TimurKabupaten Banjar
SelatanKabupaten Banjar
BaratKabupaten Barito Kuala

Fungsi dan Penggunaan Tanah

Tugu 0 km di Kota Banjarmasin

Tanah aluvial yang didominasi struktur lempung adalah merupakan jenis tanah yang mendominasi wilayah Kota Banjarmasin. Sedangkan batuan dasar yang terbentuk pada cekungan wilayah berasal dari batuan metaforf yang bagian permukaan ditutupi oleh kerakal, kerikil, pasir dan lempung yang mengendap pada lingkungan sungai dan rawa.

Penggunaan tanah di Kota Banjarmasin tahun 2003 untuk lahan pertanian seluas 2.962,6 ha, industri 278,6 ha, perusahaan 337,3 ha, jasa 486,4 ha dan tanah perumahan 3.135,1 ha. Dibandingkan dengan data tahun-tahun sebelumnya lahan pertanian cenderung menurun, sementara untuk lahan perumahan mengalami perluasan sejalan dengan peningkatan kegiatan ekonomi dan pertumbuhan penduduk.[26] Luas optimal Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebuah kota adalah 30% dari luas kota,[27] sedangkan kota Banjarmasin hanya memiliki 10 sampai 12% RTH saja.[28]

Iklim

Kota Banjarmasin beriklim iklim sabana tropis (Aw) dengan curah hujan yang cukup tinggi sepanjang tahun. Curah hujan yang turun rata-rata per tahunnya kurang lebih 2.400 mm dengan fluktuasi tahunan berkisar antara 1.600-3.500 mm, jumlah hari hujan dalam setahun kurang lebih 150 hari dengan suhu udara yang sedikit bervariasi, sekitar 26 °C.

Kota Banjarmasin termasuk wilayah yang beriklim tropis. Angin Muson dari arah Barat yang bertiup akibat tekanan tinggi di daratan Benua Asia melewati Samudera Hindia menyebabkan terjadinya musim hujan, sedangkan tekanan tinggi di Benua Australia yang bertiup dari arah Timur adalah angin kering pada musim kemarau. Hujan lokal turun pada musim penghujan, yaitu pada bulan-bulan November–April. Dalam musim kemarau sering terjadi masa kering yang panjang. Curah hujan tahunan rata-rata sampai 2.628 mm dari hujan per tahun 156 hari. Suhu udara rata-rata sekitar 25 °C - 38 °C dengan sedikit variasi musiman. Fluktuasi suhu harian berkisar antara 74-91%, sedangkan pada musim kemarau kelembabannya rendah, yaitu sekitar 52% yang terjadi pada bulan-bulan Agustus, September dan Oktober.

Data iklim Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia
BulanJanFebMarAprMeiJunJulAgtSepOktNovDesTahun
Rekor tertinggi °C (°F)38
(100)
39
(102)
40
(104)
38
(100)
37
(99)
37
(99)
36
(97)
37
(99)
39
(102)
42
(108)
38
(100)
38
(100)
42
(108)
Rata-rata tertinggi °C (°F)29.2
(84.6)
30
(86)
31.3
(88.3)
32.1
(89.8)
31.1
(88)
30.9
(87.6)
31.5
(88.7)
32.3
(90.1)
33.6
(92.5)
34.2
(93.6)
32.1
(89.8)
30.2
(86.4)
31.54
(88.78)
Rata-rata harian °C (°F)25.7
(78.3)
26.3
(79.3)
27.4
(81.3)
27
(81)
26.9
(80.4)
26.4
(79.5)
26.7
(80.1)
27.2
(81)
28.2
(82.8)
28.4
(83.1)
27.8
(82)
26.4
(79.5)
27.03
(80.69)
Rata-rata terendah °C (°F)22.2
(72)
22.6
(72.7)
23.6
(74.5)
23.9
(75)
22.8
(73)
22
(72)
21.9
(71.4)
22.1
(71.8)
23.3
(73.9)
24.3
(75.7)
23.5
(74.3)
22.7
(72.9)
22.91
(73.27)
Rekor terendah °C (°F)22
(72)
21
(70)
21
(70)
22
(72)
20
(68)
18
(64)
17
(63)
18
(64)
20
(68)
22
(72)
21
(70)
21
(70)
17
(63)
Presipitasi mm (inci)344
(13.54)
262
(10.31)
256
(10.08)
213
(8.39)
135
(5.31)
111
(4.37)
85
(3.35)
62
(2.44)
69
(2.72)
153
(6.02)
239
(9.41)
310
(12.2)
2.239
(88,14)
Rata-rata hari hujan 21191815119767131720163
% kelembapan86858584838279788081848582.7
Rata-rata sinar matahari bulanan1451531862092172202482502522141981502.442
Sumber #1: Climate-Data.org[29] dan BMKG[30]
Sumber #2: Weatherbase dan WeatherAtlas[31][32]

Sungai

Siring tepian sungai Martapura di depan Masjid Raya Sabilal Muhtadin (bekas Benteng Tatas) merupakan waterfront Banjarmasin
Kesibukan lalu litas jukung dan perahu tambangan di sebuah sungai kecil di Banjarmasin pada masa Hindia Belanda.
Sungai di Banjarmasin
Perahu Tambangan bersampung bengkok (melengkung) yang sekarang sudah punah

Sungai menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Kota Banjarmasin sehingga Banjarmasin mendapat julukan "kota seribu sungai" meski sungai yang mengalir di Banjarmasin tak sampai seribu. Sungai menjadi wadah aktivitas utama masyarakat zaman dahulu hingga sekarang, utamanya dalam bidang perdagangan dan transportasi. Sungai-sungai yang membelah kota ini, diupayakan sebagai magnet ekonomi, khususnya pariwisata.[33] Data dari Dinas Kimprasko Banjarmasin menunjukkan pada 1997 di Ibu Kota Kalimantan Selatan itu terdapat 117 sungai, kemudian pada 2002 berkurang menjadi 70 sungai, lalu pada 2004 sampai sekarang hanya tinggal 60 sungai.[34][35] Penataan kota Banjarmasin semestinya penataan daratan harus mengikuti penataan sungai, artinya penataan sungai yang didahulukan baru penataan daratan.[36]

Berikut adalah beberapa nama sungai yang mengaliri Kota Banjarmasin.
Catatan: Tabel di bawah belumlah lengkap.

NoNama sungai[37]Panjang (km)Daerah yang dialiriNoNama sungaiPanjang (km)Daerah yang dialiri[38]
1Barito11,50Banjarmasin bagian barat25Pengambangan1,10Banua Anyar dan Pengambangan
2Martapura17,00Sepanjang kota Banjarmasin26Kerokan0,63
3Anjir Mulawarman2,9027Guring??
4Kuin3,10Kuin Cerucuk, Kuin Utara, Kuin Selatan, Pangeran, Pasar Lama28Jingah??Sungai Jingah
5Pangeran3,30Pangeran, Kuin Utara29Tapekong??Sepanjang Jl. Veteran
6Pelambuan1,38Pelambuan30Pulantan??Pemurus Dalam
7Alalak11,90Alalak Utara31Banguntan??Basirih
8Basirih1,50Basirih Selatan32Saka Mangkok??Mantuil
9Andai2,10Andai33Halinau??Mantuil
10Teluk Dalam2,20Teluk Dalam, Telaga Biru34Gardu??Sungai Lulut
11Duyung2,0235Gudang??Pemurus Dalam
12Banyiur SP2,0036Bengao??Kelayan Timur dan Kelayan Selatan
13Pekapuran2,54Kawasan Pekapuran37Simpang Jalar??Basirih Selatan
14Pemurus0,30Kawasan Pemurus38Banyun??
15Miai1,2539Jarak??Kuin Utara
16Awang1,6040Skip??Kelayan Selatan
17Tatah Belayung2,60Tanjung Pagar41Jeruju??Alalak Tengah
18Kelayan4,40Kawasan Kelayan42Bayuan??Alalak Tengah
19Simpang Jelai2,3043Siuding??Kuin Utara
20Liang Anggang1,5044Pandai??Kuin Utara
21Pekauman??45Beruntung??
22Mawar??Mawar46Belitung??
23Keramat??47Kuripan??Kuripan
24TatasAntasan Besar48Andai1,68sungai andai

Demografi

Pasar tradisional di Banjarmasin pada zaman Belanda.

Kota Banjarmasin terdiri atas 5 kecamatan, yaitu:

  1. Banjarmasin Barat: 13,13 km²
  2. Banjarmasin Selatan: 38,27 km²
  3. Banjarmasin Tengah: 6,66 km²
  4. Banjarmasin Timur: 23,86 km²
  5. Banjarmasin Utara: 16,54 km²

Jumlah penduduk di wilayah ini dapat diperincikan sebagai berikut:Tabel Jumlah Penduduk Banjarmasin tahun 2015[39]

NomorKecamatanLuas (km²)Jumlah Penduduk (jiwa)Kepadatan (jiwa/km²)
1Banjarmasin Selatan38,27157.6784.120
2Banjarmasin Timur23,86120.0625.032
3Banjarmasin Barat13,13149.73211.404
4Banjarmasin Tengah6,6694.75014.227
5Banjarmasin Utara16,54153.2189.263
Jumlah98,46675.4406.860

Perkembangan populasi penduduk Banjarmasin.

No.TahunPopulasi
11780 [40]2.300 jiwa
21900[41]52.685 jiwa
31930[42]57.822 jiwa
41990[43]481.371 jiwa
52000[44][45]527.724 jiwa
62005[43]589.115 jiwa
72010[46]625.395 jiwa
82020[47]657.663 jiwa

Suku bangsa

Kehidupan masyarakat Banjar di Sungai Martapura tempo dulu.
3 Macam Busana Pengantin Banjar
Berkas:Kuntau.jpg
Kuntau, seni beladiri tradisional Suku Banjar

Mayoritas penduduk kota Banjarmasin berasal dari suku Banjar (79,26%). Penduduk asli yang mendiami Banjarmasin adalah orang Banjar Kuala yang memiliki budaya sungai dengan interaksi masyarakat yang sangat kuat terhadap sungai baik dalam kegiatan sosial maupun ekonomi. Hal ini dapat diihat dari adanya Pasar Terapung yang menjadi salah satu objek wisata andalan Kota Banjarmasin.[48] Di perkampungan sepanjang aliran-aliran sungai hampir 100% masih dihuni masyarakat asli Banjar Kuala. Di Banjarmasin juga banyak orang Banjar dari daerah-daerah lain di Kalimantan Selatan, baik dari sekitar kawasan Banjar Bakula yang juga didiami suku Banjar Kuala, maupun dari kawasan dari Banua Anam yang didiami suku Banjar Hulu dan Banjar Batang Banyu.

Suku minoritas terbesar yang cukup mudah ditemui di Banjarmasin yaitu suku Jawa (10,27%), Madura (3,17%) dan keturunan Tionghoa (1,56%). Orang Jawa umumnya tersebar merata, sedangkan orang Madura dan Tionghoa berkelompok mendiami beberapa kantong pemukiman. Di kawasan kampung Gadang, Kelayan, Pekapuran dan Pekauman terdapat pengelompokan pemukiman berdasarkan etnis Banjar, Madura dan Tionghoa.

Di Banjarmasin juga terdapat pemukinan keturunan Arab di kawasan Jalan Antasan Kecil Barat yang biasa menjadi tujuan wisata kuliner khas Timur Tengah. Komunitas Suku Dayak yang bisa ditemui di Banjarmasin biasanya Suku Dayak Bakumpai yang berasal dari Kabupaten Barito Kuala sampai hulu Sungai Barito, Suku Dayak Meratus yang berasal dari kawasan Pegunungan Meratus, Suku Dayak Ngaju dan Suku Dayak Maanyan yang berasal dari Kalimantan Tengah.

Suku-suku lainnya yang terdapat di Banjarmasin yaitu suku Bugis, Sunda, Batak dan lain-lain. Umumnya etnis-etnis lain yang sudah lama menetap di Banjarmasin akan mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Banjar karena sudah mengikuti adat istiadat, budaya dan bahasa Banjar, atau melakukan perkawinan dengan orang Banjar.

Komposisi Suku bangsa di kota Banjarmasin tahun 2010 antara lain:

NomorSuku BangsaJumlahPersentase
1Banjar495.76479,26%
2Jawa64.21210,27%
3Madura19.8253,17%
4Tionghoa9.7321,56%
5Dayak5.7270,92%
6Bugis3.7420,60%
7Sunda2.9410,47%
8Batak2.3540,38%
9Suku-suku lainnya30.9163,37%
Jumlah625.481100%

Agama

Masjid Sultan Suriansyah, Masjid tertua di Kalimantan yang berlokasi di Banjarmasin
Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Masjid terbesar di Banjarmasin yang memiliki bentuk kubah seperti tanggui, yaitu topi tradisional suku Banjar
Gereja Maranatha Banjarmasin dengan arsitektur tradisional Banjar
Tempat Ibadah Tridharma Banjarmasin, Kelenteng di kawasan Pecinan Banjarmasin

Islam adalah agama mayoritas yang dianut sekitar 95.54% masyarakat Kota Banjarmasin. Agama Islam memberi pengaruh kuat pada kebudayaan masyarakat Banjar. Perkembangan Islam di tanah Banjar dimulai seiring dengan sejarah pembentukan entitas Banjar itu sendiri. Islam memang telah berkembang jauh sebelum berdirinya Kerajaan Banjar di Kuin Banjarmasin, meskipun dalam kondisi yang relatif lambat lantaran belum menjadi kekuatan sosial-politik. Kerajaan Banjar menjadi tonggak sejarah pertama perkembangangan Islam di wilayah selatan pulau Kalimantan. Agama lain yang dianut masyarakat Banjarmasin, yaitu Kristen, Katolik, Buddha, Hindu dan Khonghucu yang kebanyakan dianut masyarakat keturunan Tionghoa dan pendatang.

Berikut penduduk Kota Banjarmasin menurut agama yang dianut:[3]

NomorAgamaJumlahKonsentrasi
1Islam597.55695,54%
2Kristen15.0952,41%
3Katolik6.4841,04%
4Buddha4.2620,68%
5Hindu4370,07%
6Khonghucu1220,02%
7Lainnya1.5250.24%
Total625.481100,00%

Agama di Banjarmasin

  Islam (95.54%)
  Kristen (2.41%)
  Katolik (1.04%)
  Buddha (0.68%)
  Hindu (0.07%)
  Khonghucu (0.02%)
  Lainnya (0.24%)
  Tidak tahu (0%)

Berikut jumlah tempat ibadah di Kota Banjarmasin tahun 2015:

Tempat ibadah (2015)[49]
NoAgamaTempat IbadahJumlah
1IslamMasjid200
Musala813
Jumlah1.013
2Kristen ProtestanGereja Protestan31
Jumlah31
3Kristen KatolikGereja Katolik10
Jumlah10
4HinduPura1
Jumlah1
4BuddhaVihara8
Jumlah8

Pemerintahan

Daftar Wali Kota

Berikut adalah Daftar Wali Kota Banjarmasin dari masa ke masa.

NoPotretWali KotaAwal menjabatAkhir menjabatWakil Wali KotaKet.
1Mansur19451950
2Aidan Sinaga19501958
3Burhan Afhani19581960
4H. Horman19601965
H. Quderah Adenan

(Penjabat Sementara)

19651965
5M. Hanafiah19651970
6Riduan Iman19711973
Drs. Asful Anwar

(Penjabat Sementara)

19731974
7Siddik Susanto19741978
8Kol. Komaruddin19781984
9Kol. M.Effendi Ritonga19841989
10Sadjoko19891999
11 Sofyan Arpan199923 Agustus 2003Midfai Yabani
12Midfai Yabani20032004
Iskandar
(Penjabat)
20042005
13 Yudhi Wahyuni12 Agustus 200512 Agustus [}2010]]Alwi Sahlan
14 Muhidin12 Agustus 201012 Agustus 2015Irwan Anshari
M. Thamrin
(Penjabat)
12 Agustus 201517 Februari 2016
15 Ibnu Sina17 Februari 201617 Februari 2021Hermansyah
Hermansyah
(Pelaksana tugas)
26 September 20205 Desember 2020
Mukhyar
(Pelaksana harian)
17 Februari 20211 April 2021
Akhmad Fydayeen
(Penjabat)
1 April 202123 Juni 2021
(15)Ibnu Sina23 Juni 2021PetahanaArifin Noor


Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Banjarmasin dalam dua periode terakhir.

Partai PolitikJumlah Kursi dalam Periode
2014-2019[50]2019-2024 [51]
PKB6 5
Gerindra3 6
PDI-P5 5
Golkar8 6
NasDem1 1
PKS4 5
PPP5 2
PAN4 9
Hanura3 0
Demokrat5 5
PBB1 1
Jumlah Anggota45 45
Jumlah Partai11 10

Kecamatan

Kota Banjarmasin memiliki 5 kecamatan dan 52 kelurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 647.003 jiwa dengan luas wilayah 72,00 km² dan sebaran penduduk 8.986 jiwa/km².[52][53]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Banjarmasin, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
KecamatanJumlah
Kelurahan
Daftar
Kelurahan
63.71.03Banjarmasin Barat9
63.71.01Banjarmasin Selatan12
63.71.05Banjarmasin Tengah12
63.71.02Banjarmasin Timur9
63.71.04Banjarmasin Utara10
TOTAL52


Daftar Penguasa Banjarmasin

Ronggo (kepala pribumi) Banjarmasin Raden Tumenggung Suria Kasuma dan panakawannya (foto oleh Hendrik Veen, 1913)

Penguasa Banjarmasin semula adalah patih (kepala desa), setelah menjadi Kesultanan adalah Sultan Banjar, setelah perpindahan ibu kota kerajaan ke Martapura, pelabuhan Banjarmasin di bawah otoritas Putera Mahkota atau adik Sultan Banjar, dan setelah dikuasai Belanda, Banjarmasin di bawah Residen Belanda.

Penguasa Kota Banjarmasin:[54]

  1. Patih Masih, kepala kampung Banjarmasih (Kuin Utara)
  2. Sultan Suriansyah, Sultan ke-1, berkedudukan di Kuin
  3. Sultan Rahmatullah, Sultan ke-2, berkedudukan di Kuin
  4. Sultan Hidayatullah, Sultan ke-3, berkedudukan di Kuin
  5. Sultan Mustain Billah, berkedudukan di Kuin
  6. Sultan Agung, berkedudukan di Sungai Pangeran
  7. Pangeran Abdullah bin Sultan Muhammadillah, Putra Mahkota
  8. Pangeran Dupa, Putra Mahkota[55]
  9. Jan van Suchtelen (1747-1752), residen Belanda di Tatas
  10. Bernard te Lintelo (1752-1757), residen Belanda di Tatas
  11. R. Ringholm (1757-1764), residen Belanda di Tatas
  12. Lodewijk Willem de Lile (1760-1764), residen Belanda di Tatas[56]
  13. Willem Adriaan Palm (1764-1777), residen Belanda di Tatas
  14. Piter Waalbek (1777-1784), residen Belanda di Tatas
  15. Barend van der Worm (1784-1787), residen Belanda di Tatas
  16. Alexander Hare (1812), Resident-Comissioner Inggris di Tatas[57][58]
  17. C. L. Hartmann[59]
  18. A. M. E. Ondaatje (1858), residen Belanda di Banjarmasin.[60]
  19. I.N. Nieuwen Huyzen (1860), residen Belanda di Tatas
  20. C.C. Tromp. (mulai 11 November 1870).[61]
    1. Ronggo 1876: Pangeran Toemenggoeng Tanoe Karsa
    2. Ronggo 6 Agustus 1876-24 Maret 1893: Raden Toemenggoeng Soeria Kasoema
  21. C.A. Kroesen (1898), residen Belanda di Tatas
    1. Ronggo 24 Maret 1893-1906: Kiahi Mas Djaja Samoedra
  22. C.J. Van Kempen (1924), residen Belanda di Tatas. Mulai tahun 1919 Banjarmasin memiliki Burgemester (Wali kota)
  23. J. De Haan (1924-1929), residen Belanda di Tatas
  24. R. Koppenel (1929-1931), residen Belanda di Tatas
  25. W.G. Morggeustrom (1933-1937), residen Belanda di Tatas

Pendidikan

Sekolah Menengah Atas Negeri

Sekolah Menengah Kejuruan

Madrasah Aliyah

Perguruan Tinggi

Perguruan Tinggi yang ada di Kota Banjarmasin antara lain:

  • Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis (STT GKE) Banjarmasin
  • (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi) STIE Panca setia Banjarmasin

Kesehatan

Pers & Media

Gedung TVRI Stasiun Kalimantan Selatan

Radio

  • RRI Banjarmasin [65]
  • Radio Jaringan Nirwana Group Banjarmasin [66]
  • Radio Abdi Persada[67]
  • Radio Smart FM[68]
  • i-Radio Banjarmasin 90,10 FM[69]
  • Radio Al-Jihad FM 105,10
  • Radio Gema FM 105,90
  • Radio DBS FM 101,90
  • Radio SKY (Swara Kayutangi) 89,30 FM
  • Radio Music Channel 96,00 FM
  • Radio Khana 98,40 FM
  • Radio Sangkakala 92,10 FM
  • Radio Sabilal Muhtadin 88,50 FM
  • Radio Nusantara Antik 102,70 FM
  • Radio Madinatussalam 90,90 FM
  • RRI Pro 4 87,70 FM
  • RRI Pro 3 92,50 FM
  • RRI Pro 2 95,20 FM
  • RRI Pro 1 97,60 FM
  • Kumala 96,80 FM
  • SUN FM 103,50
  • Kanal FM 105,50
  • Pelangi FM 94,40
  • MNC Trijaya 104,30 FM
  • Nirwana 99,20 FM
  • Rafada UIN 107,70 FM
  • Gol Radio 106,70 FM

Surat Kabar Harian

Televisi

Tabloid Lokal

  • Tabloid URBANA
  • Serambi UMMAH

Pariwisata

Objek Wisata

Pasar Lima di Banjarmasin

Kota Banjarmasin memiliki berbagai objek wisata, baik wisata alam, wisata sejarah, wisata kuliner, maupun wisata pendidikan.[70][71][72]

Plaza Posindo Banjarmasin

Sosial Budaya

Lagu Daerah

  1. Ampar-Ampar Pisang
  2. Paris Barantai
  3. Kampung Batuah
  4. Talambat Badatang
  5. Pangeran Suriansyah
  6. Banua Banjar
  7. Pambatangan
  8. Anak Pipit
  9. Uma-Abah
  10. Ampat-Lima
  11. Baras Kuning
  12. Galuh Banjar

Tokoh kelahiran Banjarmasin

Lain-lain

Sumber

Catatan

Referensi

Pustaka

Pranala luar

Kota-kota besar di Indonesia
 KotaProvinsiPopulasi  KotaProvinsiPopulasi
1JakartaDaerah Khusus Ibukota Jakarta10.562.088
Kota Banjarmasin
7MakassarSulawesi Selatan1.423.877
2SurabayaJawa Timur2.874.3148BatamKepulauan Riau1.196.396
3MedanSumatera Utara2.460.8589Bandar LampungLampung1.166.066
4BandungJawa Barat2.444.16010PekanbaruRiau983.356
5PalembangSumatera Selatan1.668.84811PadangSumatera Barat909.040
6SemarangJawa Tengah1.653.52412MalangJawa Timur843.810
Sumber: Sensus Penduduk BPS, 2020. Catatan: Tidak termasuk kota satelit.