Awan Magellan

galaksi

Dua Awan Magellan (Inggris: Magellanic Cloud atau Nubeculae Magellani[2]) adalah Galaksi katai tak beraturan yang dapat terlihat dari belahan bumi selatan, yang mana galaksi ini termasuk anggota Grup Lokal dan mungkin mengorbit Galaksi Bima Sakti kita. Karena mereka berdua menunjukkan tanda-tanda struktur batang, mereka sering diklasifikasikan sebagai galaksi spiral Magellan. Awan Magellan terbagi dua, yaitu:

Awan Magellan Besar dan Awan Magellan Kecil.
Antena ALMA bermandikan cahaya merah. Di belakangnya terdapat Galaksi Bima Sakti (kiri) dan Awan Magellan (atas).[1]

Sejarah

Awan Magellan telah dikenal sejak milenium pertama di Asia Barat. Penyebutan pertama Awan Magellan Besar dipatenkan oleh Astronom Persia, Al Sufi.[3][4] Tahun 964, Al Sufi, dalam bukunya yang berjudul Book of Fixed Stars, menyebut Awan Magellan Besar dengan sebutan al-Bakr ("Domba") "selatan Arab"; ia mengatakan bahwa Awan Magellan Besar tidak dapat terlihat dari utara Arab dan Baghdad, tetapi dapat terlihat dari Bab-el-Mandeb (12°15' N), yang mana merupakan wilayah paling selatan dari Arab.[2]

Di Eropa, Awan Magellan pertama kali diobservasi oleh penjelajah Italia, Peter Martyr d'Anghiera dan Andrea Corsali di akhir abad ke-15. Selanjutnya, galaksi ini dilaporkan oleh Antonio Pigafetta, yang mendampingi ekspedisi Ferdinand Magellan mengelilingi dunia pada 1519-1522.[2] Namun, penamaan Awan Magellan tidak begitu meluas sampai waktu yang lama. Dalam Uranometria Bayer mereka ditetapkan sebagai nubecula major dan nubecula minor.[5] Pada tahun 1756, peta bintang kepunyaan Astronom Prancis, Lacaille, Awan Magelan ditulis le Grand Nuage dan le Petit Nuage ("Awan Magelan Besar" dan "Awan Magelan Kecil").[6]

Di Sri Lanka kuno, awan ini disebut sebagai 'Maha Mera Paruwathaya' yang berarti "Gunung Besar", karena terlihat sebagai pegunungan yang jauh.

Karakteristik

Awan Magellan Besar
Awan Magellan Kecil

Awan Magellan Besar dan Awan Magellan Kecil adalah objek mencolok di belahan bumi bagian selatan, yang terlihat seperti potongan Galaksi Bima Sakti dengan mata telanjang. Berada kira-kira 21° di langit malam, jarak mereka berdua sangat jauh, yaitu sekitar 75.000 tahun cahaya. Sebelum penemuan Galaksi Katai Elips Sagittarius pada tahun 1994, mereka adalah galaksi terdekat dengan kita. Awan Magellan Besar terletak sekitar 160.000 tahun cahaya dari Galaksi Bima Sakti,[7][8][9][10] sedangkan Awan Magellan Kecil terletak sejauh 200.000 tahun cahaya.[11] Awan Magellan Besar berdiameter kira-kira dua kali diameter Awan Magellan Kecil (14.000 tahun cahaya dan 7.000 tahun cahaya). Untuk perbandingan, Galaksi Bima Sakti berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya.

Para astronom percaya bahwa Awan Magellan mengorbit Galaksi Bima Sakti dalam jarak mereka, tetapi bukti menunjukkan bahwa sangat jarang bagi mereka untuk mendekat dengan Bima Sakti seperti sekarang ini.[12] Pengamatan dan bukti teoretis menunjukkan bahwa kedua Awan Magellan telah terdistorsi akibat interaksi pasang surut dengan Bima Sakti saat mereka melakukan perjalanan mendekati Bima Sakti. Gravitasi mereka juga telah mengganggu Bima Sakti, mendistorsi bagian terluar piringan galaksi kita.

Awan Magellan Besar adalah galaksi tuan rumah dari supernova (SN 1987A), supernova paling terang yang diketahui dalam empat abad terakhir.

Diumumkan tahun 2006, pengukuran dengan Teleskop Luar Angkasa Hubble menunjukkan kedua Awan Magellan tersebut mungkin bergerak terlalu cepat untuk menjadi tetangga jangka panjang Bima Sakti.[13]

Awan Magellan Mini

Astrofisikawan D. S. Mathewson, V. L. Ford, dan N. Visvanathan mengusulkan bahwa Awan Magellan Kecil mungkin terbagi dua, dengan bagian kecilnya berada di belakang bagian utama Awan Magellan Kecil (yang terlihat dari sudut pandang kita), dan dipisahkan sejauh 30.000 tahun cahaya. Mereka menyarankan alasan ini karena interaksi yang dahulunya membelah Awan Magellan Besar dengan Awan Magellan Kecil, dan kedua bagian tersebut masih saling memisahkan diri. Mereka menjuluki bagian yang lebih kecil ini dengan nama Awan Magellan Mini.[14][15]

Lihat pula

Referensi

Sumber

  • Eric Chaisson and Steve McMillan, Astronomy Today (Englewood Cliffs: Prentice-Hall, Inc., 1993), p. 550.
  • Michael Zeilik, Conceptual Astronomy (New York: John Wiley & Sons, Inc., 1993), pp. 357–8.

Pranala luar