Awaloedin Djamin

tokoh kepolisian Indonesia

Jenderal Polisi (Purn.) Prof. Dr. Drs. Awaloedin Djamin, M.P.A. (26 September 1927 – 31 Januari 2019)[1] adalah tokoh Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan akademikus. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) pada periode 1978 sampai 1982, sebagai Menteri Tenaga Kerja pada Kabinet Ampera (1966), dan juga pernah ditugaskan sebagai Duta Besar untuk Jerman Barat. Ia aktif mengajar di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan diangkat sebagai Guru Besar dan Lektor Luar Biasa pada tahun 1964. Ia diangkat sebagai Dekan PTIK dan Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia pada tahun 1986.

Awaloedin Djamin
Awaloedin Djamin saat menjadi Ketua Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (1998–2003)
Rektor Universitas Pancasila
Masa jabatan
1983–1995
Pengganti
Subroto
Sebelum
Kepala Staf Angkatan Kepolisian Republik Indonesia ke-8
Masa jabatan
26 September 1978 – 3 Desember 1982
PresidenSoeharto
Duta Besar Indonesia untuk Jerman Barat ke-8
Masa jabatan
1976–1978
PresidenSoeharto
Kepala Lembaga Administrasi Negara
Masa jabatan
1970–1976
PresidenSoeharto
Sebelum
Pendahulu
Prajudi Atmosudirdjo
Pengganti
Sondang P. Siagian
Sebelum
Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia ke-11
Masa jabatan
24 Februari 1966 – 6 Juni 1968
Presiden
Informasi pribadi
Lahir(1927-09-26)26 September 1927
Padang, Sumatera Barat, Hindia Belanda
Meninggal31 Januari 2019(2019-01-31) (umur 91)
Jakarta, Indonesia
Alma mater
Karier militer
Dinas/cabang Kepolisian Republik Indonesia
Masa dinas1950 - 1982
Pangkat Jenderal Polisi
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Kehidupan awal

Awaloedin Djamin lahir di Padang dari keluarga bangsawan Marah Djamin dan Zulhidjah. Dari garis ayah, ia merupakan cucu Soetan Basri, anak Marah Oejoeb gelar Marah Maharadja Besar yang merupakan Regent Padang terakhir. Adapun sang ibu adalah putri seorang demang bernama Iljas Bagindo Saripado.[2] Awaloedin memiliki adik bernama Zoraidah, ibu Evita Nursanty.[3]

Pendidikan dasar sampai SMP ia habiskan di Padang dan kemudian SMA di Bukittinggi.[4]

Karier

Potret Awaloedin sebagai Menteri Tenaga Kerja (1966) dan sebagai Kapolri (1978)

Setamat SLTA, dia melanjutkan studinya di Fakultas Ekonomi (1949-1950). Masuk menjadi prajurit polisi, kemudian menempuh pendidikan di PTIK hingga lulus tahun 1955. Pada 25 April 1955, turut mendirikan Ikatan Mahasiswa Djakarta (IMADA) bersama 23 mahasiswa lainnya. Dia lalu ditempatkan pada bagian Sekretariat Jawatan Kepolisian Negara (1955) dan menjabat Kasi Umum Sekretariat Jawatan Kepolisian Negara (1958). Kemudian dia memperdalam studinya di University of Pittsburgh dan dilanjutkan ke University of Southern California, Amerika Serikat, hingga menggondol gelar Ph.D. pada 1962.

Sepulang dari Amerika Serikat, Awaloedin menjabat sebagai Lektor Luar Biasa PTIK (1964). Kemudian, berturut-turut menjadi Direktur Kekaryaan Depak (1964), Anggota Musyawarah Pembantu Perencana Nasional (1965), Anggota DPRGR (1964-1966), Menteri Tenaga Kerja Kabinet Ampera (1966), dan Deputi Pangak Urusan Khusus semasa Kapolri Hoegeng Imam Santoso (1968). Sebelum ditugaskan sebagai Duta Besar untuk Jerman Barat (1976), terlebih dulu dia menjadi Direktur Lembaga Administrasi Negara (1970). Dan akhirnya, dia dipanggil pulang ke Jakarta untuk dilantik oleh Presiden Soeharto menjadi Kapolri, pada 26 September 1978.

Awaloedin menjabat Kapolri selama empat tahun, dari tahun 1978 sampai tahun 1982. Selain semasa kepemimpinannya organisasi Polri diarahkan pada kelembagaan yang dinamis dan profesional, pada masa Awaloedin pula KUHAP UU No. 8 Tahun 1981 sebagai hasil karya bangsa Indonesia sendiri disahkan DPR-RI. KUHAP sebagai pengganti Het Herziene Inlandsh Reglement (HIR), hukum acara pidana produk kolonial Belanda yang dianggap telah usang dan tidak manusiawi. Dalam hal ini, Polri berperan aktif menyumbangkan pokok-pokok pikiran untuk materi KUHAP baru itu.

Hasratnya dalam bidang pendidikan, ternyata belum sirna. Terbukti, Awaloedin masih pula mengabdikan dirinya dalam pendidikan dan pengembangan profesi kepolisian. Setelah tidak lagi menjadi Kapolri dia masih bersedia menjabat sebagai Dekan PTIK yang notabene berada di bawah Kapolri. Namun, kecintaan kepada Polri dan demi nusa dan bangsa membuat Awaloedin tidak mau terjebak dalam status simbol. Maka dia memilih tetap menerima jabatan Dekan PTIK.

Kematian

Awaloedin Djamin meninggal dunia pada umur 91 Tahun tepatnya pada hari Kamis Tanggal 31 Januari 2019 pukul 14:55 WIB setelah di rawat di RS. Medistra Jakarta dan di semayamkan di rumah duka Jl. Daha, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.[5] Dia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama (TMPNU) Kalibata, Jakarta Selatan.

Penghargaan

Kapolri Letjen Awaloedin Djamin menerima kunjungan kehormatan Kepala Kepolisian Filipina Mayjen Fidel V Ramos (kiri), Desember 1979.

Selama menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, ia telah menerima berbagai tanda penghargaan baik dalam maupun luar negeri.[6]

Baris ke-1Bintang Mahaputera AdipradanaBintang Dharma
Baris ke-2Bintang Bhayangkara UtamaBintang Bhayangkara PratamaBintang Bhayangkara Nararya
Baris ke-3Grand Cross of the Order of Merit of the Federal Republic of Germany - JermanCommander of the Philippine Legion of Honor - FilipinaSatyalancana Jana Utama
Baris ke-4Satyalancana Karya BhaktiSatyalancana Pancawarsa IIISatyalancana Peringatan Perjuangan Kemerdekaan
Baris ke-5Satyalancana Perang Kemerdekaan ISatyalancana Perang Kemerdekaan IISatyalancana Penegak

Filmografi

Referensi

Pranala luar

Jabatan diplomatik
Didahului oleh:
Achmad Tirtosudiro
Duta Besar Indonesia untuk Jerman Barat
1976–1978
Diteruskan oleh:
Josef Muskita
Jabatan kepolisian
Didahului oleh:
Widodo Budidarmo
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
1978–1982
Diteruskan oleh:
Anton Soedjarwo