Ampi Tanudjiwa

Mayor Jenderal TNI (Purn.) Raden Ampi Nurkamal Tanudjiwa (lahir 21 April 1948) adalah seorang perwira tinggi militer dan politikus dari Indonesia. Jabatan militer terakhirnya adalah sebagai Wakil Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dari tahun 1998 hingga 2000, sedangkan jabatan politik terakhirnya adalah sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dari tahun 2000 hingga 2003.

Ampi Tanudjiwa
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Masa jabatan
6 Desember 2000 – 25 April 2003
PresidenAbdurrahman Wahid
Megawati Sukarnoputri
Grup parlemenTNI/Polri
Daerah pemilihanSulawesi
Informasi pribadi
Lahir21 April 1948 (umur 76)
Sukabumi, Negara Jawa Barat
Partai politikPartai NasDem (2013 – 2014)
Karier militer
Pihak Indonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Darat
Masa dinas1972 – 2003
Pangkat Mayor Jenderal
SatuanInfanteri (Inf)
KomandoKomando Distrik Militer 1102/Aceh Utara
Komando Resor Militer 064/Maulana Yusuf
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Masa kecil dan pendidikan

Ampi lahir pada tanggal 21 April 1948 di Sukabumi, Negara Jawa Barat. Ayahnya, K.H. R.N.A.L. Tanudjiwa, merupakan seorang perwira menengah polisi beretnis Sunda-Banten dengan pangkat terakhir Kolonel, sedangkan ibunya, R.A. Tejaningsih Calmi, beretnis Sunda-Palembang.[1]

Ampi memulai pendidikan di SD dan lulus pada tahun 1959. Ia lalu melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Jakarta dari tahun 1959 hingga 1962 dan Sekolah Menengah Atas Negeri dari tahun 1962 hingga 1965.[1]

Selama berdinas di militer, Ampi melanjutkan pendidikannya di berbagai perguruan tinggi. Ampi memperoleh gelar sarjana ilmu Administrasi Negara pada tahun 1995 dari Universitas Iskandar Muda, gelar sarjana hukum dari Sekolah Tinggi Hukum Militer AHM-PTHM pada tahun 1996, dan gelar magister dalam bidang manajemen pemasaran dari American World University pada tahun 1998.[1]

Karier militer

Ampi memulai dinasnya di Angkatan Darat sejak ia masuk ke Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Bagian Umum dan Darat pada tahun 1969.[1] Ia lulus dan dilantik sebagai Letnan Dua pada tanggal 16 Desember 1972.[2] Tak lama setelah dilantik, Ampi ditempatkan di Mempawah sebagai komandan peleton di Batalyon Infanteri 642. Ia dipromosikan sebagai komandan kompi di batalyon yang sama pada tahun 1976 dan menjabat hingga 1978.[1]

Setahun kemudian, Ampi dipindahkan ke Komando Distrik Militer di Sambas dan menjabat sebagai kepala seksi intelijen selama setahun. Ia lalu mengikuti kursus lanjutan perwira hingga tahun 1982. Setelah menyelesaikan kursus tersebut, Ampi dimutasi ke Komando Pengembangan Pendidikan dan Latihan (Kobangdiklat) dan menjabat sebagai Kepala Biro Pengamanan Personil Pusat Pengembangan Teritorial hingga tahun 1984. Ia memperoleh kenaikan pangkat dan dipromosikan menjadi Kepala Seksi Pengamanan Pusat Pengembangan Teritorial.[1]

Setelah memegang posisi di Kalimantan Barat dan Kobangdiklat, Ampi kembali ke provinsi kelahirannya. Ia ditunjuk sebagai Wakil Komandan Batalyon Infanteri 315 oleh komandan batalyon Iping Somantri. Setahun kemudian, pada tahun 1989, Ampi menggantikan Iping Somantri dan menjadi komandan batalyon tersebut. Jabatan komandan batalyon diembannya dalam waktu singkat karena pada tahun 1990 Ampi diperintahkan untuk mengikuti pendidikan militer lanjutan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad).[1]

Setelah lulus dari Seskoad, Ampi ditempatkan di Komando Resor Militer 012. Di Korem tersebut, Ampi memegang jabatan sebagai Kepala Seksi Intel dari tahun 1991 hingga 1992, Komandan Distrik Militer Aceh Utara dari 1992 hingga 1993, dan Kepala Staf Resor Militer dari 1993 hingga 1995. Ia dipindahkan ke Kodam Bukit Barisan setelah bertugas empat tahun di Aceh dan ditunjuk sebagai Asisten Teritorial dari Panglima Daerah Militer Bukit Barisan saat itu, Mayjen Sedaryanto.

Kurang dari setahun setelah ditunjuk sebagai Asisten Teritorial, Ampi kembali ke Jawa Barat sebagai Komandan Resor Militer (Danrem) 064 yang melingkupi Banten. Ampi mengakui bahwa Banten merupakan tanah leluhurnya dan keinginannya untuk bertugas di Banten akhirnya terwujud dengan penunjukannya sebagai Danrem 064. Ampi melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Banten tiga hari sebelum pelantikannya pada tanggal 3 Juni 1995 sebagai upaya orientasi dengan jabatannya tersebut.[3]

Usai bertugas di tanah leluhurnya selama kurang lebih dua tahun, Ampi dipromosikan menjadi brigadir jenderal pada tanggal 4 Agustus 1997.[4] Ia mengemban jabatan sebagai Kepala Staf Daerah Militer VII/Wirabuana empat hari kemudian, menggantikan Brigjen Kivlan Zein.[5] Ampi kembali menerima kenaikan pangkat menjadi mayor jenderal setahun kemudian dan ia ditunjuk sebagai Wakil Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Wadan Sesko ABRI) pada bulan Mei 1998.[6]

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Pada tanggal 14 Juni 2000, Markas Besar TNI mengumumkan mutasi sejumlah perwira tinggi. Ampi termasuk salah satu perwira yang dimutasikan dan ia digantikan dari jabatannya oleh Brigjen Tony A. Rompis.[7] Sebagai gantinya, Ampi ditunjuk sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia pengganti antarwaktu dari Fraksi TNI/Polri. Ia dilantik pada tanggal 6 Desember 2000, menggantikan Soeyanto Suryokusumo.[8]

Selama berkiprah di Dewan Perwakilan Rakyat, Ampi duduk di dalam Komisi V DPR yang memiliki lingkup tugas di bidang infrastruktur dan perhubungan. Ia terlibat dalam pembahasan sejumlah usul perundang-undangan, seperti Susunan Kedudukan DPR dan RUU Usul lnisiatif Otonomi Batam. Di dalam fraksinya, Ampi menjabat sebagai Ketua Kelompok Seksi V dan Koordinator Wilayah Sulawesi.[9]

Ampi mengakhiri masa jabatannya di DPR seiring dengan pensiunnya dari militer pada tahun 2003. Penggantinya, Herman Ladjidja Djuni, dilantik pada tanggal 25 April 2003.[9]

Kehidupan setelah pensiun

Pemilihan Gubernur Banten

Ampi pertama kali terlibat dalam pencalonan sebagai Gubernur Banten pada tahun 2006. Ketika itu, Ampi bersaing dengan sejumlah tokoh dan politikus untuk memperoleh dukungan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam konvensi yang diadakan oleh partai tersebut pada tanggal 5 April 2006. Ampi hanya memperoleh tiga suara dan kalah dari Ratu Atut Chosiyah yang memperoleh 714 suara.[10][11]

Ampi kembali berupaya untuk mencalonkan dirinya sebagai Gubernur Banten pada tahun 2016. Ia menyatakan pada bulan Februari 2016 bahwa ia akan mengikuti pemilihan Gubernur Banten 2017 dari jalur independen dengan Laksamana Muda (Purn.) Sony Santoso sebagai pendampingnya.[12] Kendati demikian, ia mengganti pasangan calon wakil gubernurnya dengan Maryani saat mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada bulan Agustus.[13] Ampi gagal dalam tahap verifikasi akibat tidak mampu memenuhi jumlah minimum fotokopi KTP yang harus diserahkan kepada KPU sebagai bukti dukungan.[14]

Partai NasDem

Ampi bergabung dengan Partai Nasdem sebagai anggota Dewan Pertimbangan ketika partai tersebut didirikan pada tahun 2013.[15] Ampi keluar dari NasDem dan mengundurkan diri dari Dewan Pertimbangan Partai Nasdem pada tahun 2014.[16]

Dugaan keterlibatan dalam Saracen

Saracen, sebuah sindikat penyebar kebencian yang menggunakan isu sara untuk memanipulasi opini publik, terungkap pada akhir bulan Agustus 2017. Dalam struktur kepengurusan Saracen, nama Ampi terdaftar sebagai anggota dewan penasihat.[17] Dugaan atas keterlibatannya semakin menguat ketika sebuah gambar yang menunjukkan Ampi sedang berdiskusi dengan orang-orang yang masuk ke dalam struktur kepengurusan Saracen, yakni Eggi Sudjana dan Rijal Kobar, beredar ke publik.[18]

Ampi membantah keterlibatannya dalam Saracen dan menyatakan bahwa ia tidak mengenal orang-orang yang masuk dalam kepengurusan Saracen kecuali Eggi Sudjana.[19] Akibat pencatutan namanya tersebut, Ampi mengumumkan niatnya untuk menggugat organisasi Saracen.[20] Ia mengemukakan bahwa foto yang menunjukkan dirinya bersama dengan Eggi Sudjana dan Rijal Kobar merupakan hasil manipulasi.[18]

Keluarga

Ampi Tanudjiwa (kedua dari kanan) dalam foto yang diambil saat pernikahan seorang anaknya.

Ampi menikah dengan Taty Muliaty. Pasangan tersebut memiliki tiga anak yang bernama Mufi Nurhakim Tanudjiwa (lahir 1978), Nurindah K. Tanudjiwa (lahir 1981), dan Nurnissa Tanudjiwa (lahir 1989).[9]

Referensi