Aliansi nista (geopolitik)

Aliansi nista mengacu pada aliansi yang dianggap tidak alami, tidak biasa, atau tidak diinginkan, dan biasanya terbentuk antara negara-negara yang saling bermusuhan.

Penggunaan awal

Pada tahun 1855, istilah aliansi nista dipakai untuk menyebut persekutuan Eropa Barat dengan Kesultanan Utsmaniyah melawan kepentingan Rusia, Yunani, dan sebagian besar kawasan Balkan.[1]

Penggunaan kini

Pada tahun 1912, politikus Amerika Serikat Theodore Roosevelt meluncurkan kampanye melawan "pemerintahan tak terlihat", "aliansi nista antara bisnis korup dan politik korup".[2]

Dalam konteks Perang Dunia II, istilah ini digunakan untuk menyebut Pakta Molotov-Ribbentrop antara Jerman Nazi dan Uni Soviet yang membagi-bagi Polandia.[3]

Istilah ini juga dipakai oleh Republik Biafra untuk mencap Nigeria dan persekutuannya dengan Britania Raya dan Uni Soviet.[4]

Istilah ini dipakai oleh kaum nasionalis Afrika untuk menyebut pemerintahan kulit putih di Afrika bagian selatan sejak 1961 sampai 1980: Afrika Selatan, Rhodesia, dan Kekaisaran Portugal.[5][6][7] Contohnya, dalam pertemuan Dewan Menteri Organisasi Kesatuan Afrika di Addis Ababa, Ethiopia, pada tanggal 27 Februari sampai 6 Maret 1970, Dewan menyatakan bahwa mereka "sangat khawatir dengan menguatnya aliansi nista antara pemerintahan-pemerintahan rasis di Pretoria, Salisbury, Lisbon, dan persekongkolan mereka dengan negara-negara imperialis..."[8] Dalam resolusi 3151 G (XXVIII) tanggal 14 Desember 1973, Majelis Umum PBB mengutuk aliansi nista antara apartheid Afrika Selatan dan zionisme.[9]

Lihat pula

Referensi

Pranala luar