Abdul Malik bin Qathan al-Fihri
- Halaman
- Pembicaraan
Abdul Malik bin Qathan Al-Fihri | |
---|---|
Wali Al-Andalus | |
Masa jabatan 732–734 | |
Wali Al-Andalus | |
Masa jabatan 741–741 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 653 |
Meninggal | 741 |
Anak | Qathan Umayyah |
Karier militer | |
Pertempuran/perang |
|
![]() ![]() | |
Abdul Malik bin Qathan Al-Fihri (bahasa Arab: عبد الملك بن قطن الفهري) adalah gubernur Al-Andalus yang menjabat dua kali. Ia pertama kali menjabat setelah pembunuhan Abdurrahman Al-Ghafiqi dalam Pertempuran Balath Asy-Syuhada pada 114 H (732 M), kemudian Ubaidillah bin Al-Habhab memecatnya pada 116 H (734 M), dan Uqbah bin Al-Hajjaj As-Saluli menggantikannya, sampai Uqbah meninggal pada 123 H (741 M), sehingga Abdul Malik menjabat lagi. Dalam masa jabatannya yang kedua, ia dihadapkan dengan pemberontakan Berber dan sulit baginya untuk melawan mereka, sehingga dia meminta bantuan pasukan Suriah yang terkepung di Maroko untuk melawan pemberontakan Berber di Al-Andalus. Setelah Berber dikalahkan, mereka memberontak dan membunuh Abdul Malik.
Ada perbedaan pendapat tentang silsilahnya:
Abdul Malik disebutkan lahir pada tahun 653 pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan (berkuasa 644–656).[4] Ketika masih muda, ia berpartisipasi dalam Pertempuran al-Harrah pada tahun 683 di masa kekhalifahan Yazid bin Muawiyah (berkuasa 680–683) dengan penduduk Madinah, dan dia termasuk di antara prajurit yang selamat serta melarikan diri dari kejaran pasukan Muslim bin Uqbah, lalu melarikan diri ke Ifriqiyah.[6] Ia kemudian bermukim di Kordoba.[4]
Abdul Malik pertama kali menjabat sebagai gubernur Al-Andalus setelah pembunuhan Abdurrahman bin Abdullah Al-Ghafiqi, gubernur Al-Andalus sebelumnya di bulan Sya'ban 114 H, di Pertempuran Balath Asy-Syuhada.[3] Ubaidah bin Abdurrahman al-Qaisi selaku gubernur Ifriqiyah segera mengirim berita terbunuhnya Al-Ghafiqi dan pengangkatan Abdul Malik sebagai gubernur baru kepada Khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Hisyam kemudian menyetujui pengangkatan Abdul Malik sebagai gubernur pada bulan Ramadhan dan ada yang mengatakan bulan Syawal 114 H.[7]
Selama menjabat, provinsi wilayah utara memberontak terhadapnya, lalu Abdul Malik berbaris pada tahun 115 H[8] ke Aragon dan menundukkan para pemberontak, lalu menyeberangi Pirenia untuk memperkuat wilayah Gascogne. Abdul Malik juga mencoba menyusup ke Aquitaine, tetapi perlawanan pasukan Duke Odo memaksanya mundur di tengah serangan bangsa Basque di sekitar pegunungan yang membuatnya mengalami kerugian besar.[9] Selama masa pemerintahannya juga seorang gubernur Narbonne,[10] Yusuf Al-Fihri, melakukan pertempuran di sekitar Narbonne (dalam bahasa Arab Arbunah).[11]
Sejarawan Husain Mu'nis menukil dari Kronik 754 bahwa selama menjabat, Abdul Malik memihak pada orang Arab Yaman dan meminggirkan orang Arab Qais.[12] Ia tetap menjabat sampai Ubaidillah bin Al-Habhab, gubernur Mesir dan Ifriqiyah, memecatnya pada bulan Syawal 116 H. Kedudukannya digantikan oleh Uqbah bin Al-Hajjaj As-Saluli.[13] Abdul Malik menentang pemecatannya itu, sehingga dia mencoba untuk memberontak terhadap Uqbah dan menyebabkan kerusuhan, hingga akhirnya Uqbah memenjarakannya.[12]
Sejarawan tidak sepakat tentang bagaimana Abdul Malik menjadi gubernur Al-Andalus untuk kedua kalinya. Penulis Akhbar Majmu'ah fi Fath Al-Andalus menyebutkan bahwa Abdul Malik bin Qathan menggulingkan Uqbah bin Al-Hajjaj As-Saluli[14] sedangkan Ibnu al-Abbar al-Qudha'i menyebutkan bahwa Ubaidillah bin Al-Habhab mendukung naiknya Abdul Malik sebagai gubernur Al-Andalus setelah kematian Uqbah bin Al-Hajjaj.[15] Ibnu Idzari sendiri mengatakan bahwa Uqbah menunjuk Abdul Malik untuk menjadi gubernur Al-Andalus ketika dia akan meninggal[16] serta di bawah tekanan Yaman sendiri setelah akhir-akhir masa jabatan Uqbah melemah.[17]
Masa jabatan kedua Abdul Malik atas Al-Andalus bertepatan dengan pemberontakan Berber di Maroko yang dipimpin oleh Maisarah al-Matghari melawan gubernur Kekhalifahan Umayyah. Khalifah Hisyam segera mengirim pasukan Suriah yang dipimpin oleh Kultsum bin Iyadh al-Qusyairi untuk menghadapi mereka.[18] Namun, pasukan ini dikalahkan oleh Berber.[19] Pasukan yang tersisa kemudian dikejar oleh Berber dan berlindung di Ceuta hingga mereka dikepung di sana. Ketika pengepungan semakin lama, mereka bahkan memakan hewan milik mereka sendiri.[20] Balj bin Bisyr al-Qusyairi, komandan pasukan yang terkepung, meminta Abdul Malik bin Qathan agar diizinkan untuk menyeberang ke Al-Andalus bersama pasukan lainnya. Abdul Malik tidak mengizinkan mereka karena takut kekuasaannya terancam.[21] Setelah pemberontakan Berber mengancamnya di wilayah utara, Abdul Malik segera mengirim kapal untuk membawa mereka ke Al-Andalus dengan syarat mereka menghadirkan para sandera. Abdul Malik juga berjanji akan memindahkan mereka ke Ifriqiyah jika pemberontakan Berber berhasil ditumpas.[22] Setelah sampai ke Al-Andalus, pasukan Suriah segera berbaris dengan Umayyah dan Qathan, putra Abdul Malik bin Qathan. Mereka berhadapan dengan pasukan Berber di Wadi Salith dekat Toledo, dan berhasil mengalahkan mereka. Kemudian Abdul Malik meminta mereka berangkat ke Ifriqiyah yang disetujui oleh mereka. Namun, dia menunda menyediakan kapal yang akan membawa mereka ke Ifriqiyah, sehingga mereka takut padanya, memberontak melawannya, menggulingkannya, dan mengangkat Balj bin Bisyr sebagai gubernur Al-Andalus.[23] Mereka kemudian menghina Abdul Malik dengan mengatakan bahwa Abdul Malik lolos dari pedang mereka pada hari Pertempuran al-Harrah.[24] Pasukan Suriah akhirnya menyalib Abdul Malik pada waktu itu, ketika dia berusia di atas sembilan puluh tahun, dan mereka menyalibkan seekor babi di sebelah kanannya dan seekor anjing di sebelah kirinya.[6] Ia dibunuh pada tahun 741 M.[4]